Bogor (Antaranews Megapolitan) - Mahasiswa selalu lekat dengan belajar, diskusi, debat dan menyampaikan pendapat di hadapan khalayak umum. Namun apa jadinya ketika berdebat di hadapan banyak orang dengan menggunakan bahasa asing di tempat di mana kebijakan dunia international diputuskan. Hampir sebagian mahasiswa menginginkan hal tersebut. Kesempatan tersebut merupakan salah satu ukiran sejarah dalam hidup mereka.

Itulah yang dialami oleh Citra Atrina Sari, mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) dan Arwa Violaditya Rarasocta, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB) pada ajang Geneva International Model United Nations 2018 (24-29/3) di Kantor Pusat PBB Palais des Nations, Jenewa-Swiss. Ajang tersebut digelar oleh GIMUN, yaitu sebuah organisasi mahasiswa yang mempunyai status Special Consultative langsung di bawah United Nations Economic and Social Council (Dewan Ekonomi dan Sosial PBB).

Citra dan Arwa lolos pada ajang tersebut dengan fully funded (biaya penuh dari Service de la Solidarité Internationale of the Canton of Geneva) dan menjadi delegasi pada ajang Model United Nations (MUN). MUN adalah simulasi sidang PBB, dimana setiap peserta akan berperan sebagai diplomat suatu negara. Setiap peserta akan menjadi perwakilan suatu negara dan berada di salah satu komite atau badan PBB untuk membahas isu permasalahan dunia sesuai tupoksi komite tersebut. Yang pada akhirnya diharapkan komite tersebut dapat mengeluarkan resolusi atas diskusi yang telah dilakukan.

Citra mengatakan setiap peserta membuat position paper yang menunjukkan posisi negaranya seperti apa terhadap isu permasalahan tersebut. Kemudian memberikan kebijakan yang akan diambil sebagai negara anggota PBB dalam upaya menyelesaikan isu permasalahan tersebut.

“Pada kegiatan ini saya menjadi perwakilan negara Belanda di komite Human Rights Council PBB. Komite ini membahas tentang terorisme dan minoritas. Topiknya adalah: Protecting Human Rights in the Context of Terrorism and Counter-terrorism dan Supporting the Rights and Opportunities of National or Ethnic, Religious, and Linguistic Minorities,” jelas Citra.

Dalam sidang tersebut mereka harus bertindak sediplomatis mungkin. Mereka harus menguasai posisi negara tersebut, kebijakan, dan mengerti hubungannya dengan negara-negara lain serta dampak dari kebijakan yang akan kita ambil. Sehingga memang harus banyak melakukan research dan analisis agar bisa mencapai suatu solusi atas isu yang dibicarakan. Tentunya tetap berusaha mempertahankan interest negara tersebut dalam bekerja sama dengan negara lain, tambahnya.

Sementara Arwa sendiri menyampaikan bahwa ia menjadi wakil dari Negara Oman pada komite Arab League. Arab League adalah organisasi regional yang terdiri dari negara-negara Arab yang bertujuan untuk memperkuat kerjasama regional dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan budaya.

“Di sana kami membahas dua topik, yaitu mengenai pembuatan panduan dalam pencegahan pembiayaan kelompok-kelompok teroris dan mengenai diversifikasi dan integrasi ekonomi antara negara-negara Arab,” ujarnya.

Citra dan Arwa berharap mereka dapat membagikan pengalaman ini kepada orang lain agar bisa menginspsirasi orang lain lebih banyak lagi. Ia ingin menularkan semangat kepemudaan agar Indonesia diisi oleh pemuda yang bermental positif dan bisa bersaing hingga kancah internasional. Agar di masa depan Indonesia bisa menjadi lebih baik dan lebih maju dari sebelumnya.

“Saya sangat senang dan bersyukur karena bisa menghadiri GIMUN dengan financial aid program. Ini adalah sebuah golden ticket yang prosesnya tidak mudah. Bisa mengikuti simulasi sidang PBB langsung di kantor pusat PBB adalah pengalaman yang tak terlupakan. Apalagi kita membawa nama almamater dan negara. Selain itu juga bisa mendapatkan pengalaman, pengetahuan, dan network baru,” ungkap Citra.(NA/Zul)

Pewarta: Oleh: Humas IPB/Citra Atrina Sari dan Arwa Violaditya R

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018