Bogor (Antaranews Megapolitan) - Substansi pendekatan ke-sosial ekonomi (sosek)-an sebagai suatu pendekatan interdisiplin dan transdisiplin ilmu masih sangat diperlukan, bahkan semakin penting diterapkan dalam menjawab tantangan permasalahan pertanian kini dan mendatang, meskipun reputasi dan pandangan sosek maupun pertanian semakin menurun.

Demikian garis besar hasil Sarasehan Alumni Sosek Pertanian IPB "Perkembangan Pemikiran Sosial Ekonomi Pertanian di Indonesia", di kampus IPB Baranangsiang, Bogor (3/3).

Sarasehan diikuti sekira 50 orang alumni Sosek Pertanian IPB, termasuk di antaranya Arif Satria (Rektor IPB); Bayu Krisnamurthi (mantan Wakil Menteri Pertanian dan Wakil Menteri Perdagangan RI); Bustanul Arifin (Guru Besar Unila); Suryo Adiwibowo (pakar lingkungan IPB yang juga mantan Sekjen Kementerian Lingkungan Hidup RI); Lely Pelitasari (Wakil Ketua Ombudsman RI); Yuana Setiowati (Deputi Pembiayaan Kemeneg Kop-UKM RI); dan Hanawijaya (Direktur Bank Jateng).

Rektor IPB mengatakan, tantangan pertanian dan permasalahan yang akan dihadapi masyarakat saat ini dan di masa yang mendatang akan semakin berat dan semakin kompleks. Oleh karena itu, IPB harus pandai membaca fenomena itu dan menjawabnya.

“Ke depan, IPB akan berkonsentrasi pada pengembangan kemampuan lulusan-lulusannya sebagai technopreneur dan sociopreneur yang didukung oleh kepemimpinan yang tangguh. IPB akan melengkapi kegiatan tridarma perguruan tinggi-nya dengan 'talent - scouting' bertahap sejak masuk hingga lulus, serta menyediakan 'start-up school' dan inkubasi bisnis,” ujar rektor.

Diskusi berkembang dan mengarah pada pentingnya 'rebranding' pertanian agar mampu menarik minat talenta terbaik dari anak-anak muda Indonesia. Semua menyadari pentingnya pertanian bagi kelangsungan hidup bangsa, tetapi minat terhadap pertanian terus menurun. Diduga hal itu disebabkan karena persepsi anak muda terhadap pertanian yang terlalu sempit.

Pendekatan kelestarian lingkungan, keseimbangan ekologis,  kesehatan-menyeluruh (one - health system), agribisnis yang inklusif, rantai pasok pangan, hubungan politik dengan eksploitasi sumber daya alam dan kemiskinan, serta berbagai persepsi  baru terkait pertanian, perlu disebarluaskan. Identifikasi kemampuan kreatif dan kepemimpinan sejak dini, yang kemudian dibina dalam lembaga pendidikan tinggi seperti IPB, perlu dikembangkan.

Semua itu memang membutuhkan pendekatan sosial ekonomi (sosek) yang bersifat interdisiplin, mengaitkan keilmuan dan kepedulian, serta berorientasi pada masyarakat. Alumni Sosek Pertanian IPB diharapkan peran kontributifnya.*

Pewarta: Oleh: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018