Bogor (Antaranews Megapolitan) - Sejumlah pedagang ayam dan pemilik warteg di Kota Bogor, Jawa Barat, mengharapkan pemerintah dapat mengendalikan harga ayam yang mengalami kenaikan sejak awal tahun baru hingga sekarang.
Haji Lutfi, pedagang ayam di Pasar Kebon Kembang saat dijumpai Jumat menyebutkan harga ayam saat ini mencapai Rp38 ribu per kilogram (kg). Mahalnya harga jual ayam membuat sepi pembelian.
"Minta tolong mbak sampaikan ke pemerintah, supaya harga ayam ini diturunkan, kalau naik terus kami jadi susah," kata Lutfi.
Lutfi yang sudah berdagang ayam sejak tahun 2000 ini mengakui bahwa setiap akhir tahun sering terjadi kenaikan harga ayam dikarenakan tingginya permintaan terutama menjelang pergantian tahun.
Biasanya dimaklumi oleh masyarakat karena setelah tahun baru harga akan normal kembali.
"Tapi tahun ini malah ngak turun-turun, naik terus," katanya.
Kenaikan harga ayam mengakibatkan penjualannnya sepi, biasanya sehari bisa menghabiskan 50 kg ayam. Kini hanya 30 kg paling banyak.
"Yang tidak enak itu pembeli banyak yang ngomel, komplain harga terlalu mahal katanya," kata Lutfi.
Lutfi dan sejumlah pedagang ayam lainnya di Pasar Kebon Kembang serta MA Salmun tetap memilih berjualan, walau ada informasi penyebaran selebaran untuk melakukan mogok berjualan lantaran harga mahal.
"Kami tidak dapat selebaran ajakan mogok, sebagian tetap berjualan. Kalau tidak jualan kami juga susah nggak ada pemasukan," katanya.
Harapan yang sama juga disampaikan Tuti pedagang warteg di Jl Menteng. Ia mendapati harga ayam mencapai Rp40 ribu di pasar tempatna biasa membeli kebutuhan.
Tuti juga disulitkan dengan harga beras yang melambung, serta cabai rawit besar yang juga ikutan mengalami kenaikan.
"Duh sekarang jadi serba susah, semua pada naik. Dulu telur, sekarang beras dan cabai, sekarang ayam lagi," katanya.
Tuti berharap pemerintah dapat segera mengatasi kenaikan harga ayam, cabai dan beras sehingga pedagang sepertinya bisa lebih tenang berjualan.
"Saya terpaksa menaikkan harga jual, sekarang kalau ada yang nambah nasi saya kenakan biaya Rp3.000, untungnya pelanggan saya memaklumi," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Sarana dan Komoditi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor Ade Tedy S mengatakan pihak telah mengecek ke sejumlah tempat pemotongan ayam untuk mengetahui penyebab kenaikan.
Menurut dia, kenaikan harga ayam terjadi pada distributornya yang kebayakan berada di wilayah Kabupaten Bogor. Biasanya harga jual Rp30 ribu kini menjadi Rp36 ribu sampai Rp38 ribu.
"Kami sudah cek ke sentra pemotongan ayam di Pondok Rumput. Harga ayam dari peternak itu memang mahal sekarang," katanya.
Tedy mengatakan informasi dari pemotongan hewan harga ayam hidup yang dibeli dari peternak Rp17 ribu naik menjadi Rp 32 ribu per kg.
"Biasanya pemotong beli ayam Rp17 ribu, maka harga ayam potong di pasar jadi Rp28 ribu. Sekarang harga dari peternak Rp32 ribu, jadi di pasar tambah naik lagi Rp38 ribu," kata Tedy.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Haji Lutfi, pedagang ayam di Pasar Kebon Kembang saat dijumpai Jumat menyebutkan harga ayam saat ini mencapai Rp38 ribu per kilogram (kg). Mahalnya harga jual ayam membuat sepi pembelian.
"Minta tolong mbak sampaikan ke pemerintah, supaya harga ayam ini diturunkan, kalau naik terus kami jadi susah," kata Lutfi.
Lutfi yang sudah berdagang ayam sejak tahun 2000 ini mengakui bahwa setiap akhir tahun sering terjadi kenaikan harga ayam dikarenakan tingginya permintaan terutama menjelang pergantian tahun.
Biasanya dimaklumi oleh masyarakat karena setelah tahun baru harga akan normal kembali.
"Tapi tahun ini malah ngak turun-turun, naik terus," katanya.
Kenaikan harga ayam mengakibatkan penjualannnya sepi, biasanya sehari bisa menghabiskan 50 kg ayam. Kini hanya 30 kg paling banyak.
"Yang tidak enak itu pembeli banyak yang ngomel, komplain harga terlalu mahal katanya," kata Lutfi.
Lutfi dan sejumlah pedagang ayam lainnya di Pasar Kebon Kembang serta MA Salmun tetap memilih berjualan, walau ada informasi penyebaran selebaran untuk melakukan mogok berjualan lantaran harga mahal.
"Kami tidak dapat selebaran ajakan mogok, sebagian tetap berjualan. Kalau tidak jualan kami juga susah nggak ada pemasukan," katanya.
Harapan yang sama juga disampaikan Tuti pedagang warteg di Jl Menteng. Ia mendapati harga ayam mencapai Rp40 ribu di pasar tempatna biasa membeli kebutuhan.
Tuti juga disulitkan dengan harga beras yang melambung, serta cabai rawit besar yang juga ikutan mengalami kenaikan.
"Duh sekarang jadi serba susah, semua pada naik. Dulu telur, sekarang beras dan cabai, sekarang ayam lagi," katanya.
Tuti berharap pemerintah dapat segera mengatasi kenaikan harga ayam, cabai dan beras sehingga pedagang sepertinya bisa lebih tenang berjualan.
"Saya terpaksa menaikkan harga jual, sekarang kalau ada yang nambah nasi saya kenakan biaya Rp3.000, untungnya pelanggan saya memaklumi," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Sarana dan Komoditi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor Ade Tedy S mengatakan pihak telah mengecek ke sejumlah tempat pemotongan ayam untuk mengetahui penyebab kenaikan.
Menurut dia, kenaikan harga ayam terjadi pada distributornya yang kebayakan berada di wilayah Kabupaten Bogor. Biasanya harga jual Rp30 ribu kini menjadi Rp36 ribu sampai Rp38 ribu.
"Kami sudah cek ke sentra pemotongan ayam di Pondok Rumput. Harga ayam dari peternak itu memang mahal sekarang," katanya.
Tedy mengatakan informasi dari pemotongan hewan harga ayam hidup yang dibeli dari peternak Rp17 ribu naik menjadi Rp 32 ribu per kg.
"Biasanya pemotong beli ayam Rp17 ribu, maka harga ayam potong di pasar jadi Rp28 ribu. Sekarang harga dari peternak Rp32 ribu, jadi di pasar tambah naik lagi Rp38 ribu," kata Tedy.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018