Bogor (Antaranews Megapolitan) - Segera wujudkan Kota Ramah Air, para akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesai (UI) dan Monash University Australia yang tergabung dalam The Australia - Indonesia Centre kerja sama dengan Sentul City melakukan benchmarking dalam bentuk Focus Group Discussion (9/1). Acara yang menghadirkan peserta dari akademisi, bisnis, government, community dan media (ABGCM) ini digelar di Taman Budaya Sentul City, Bogor.

Motor penggerak penelitian yang juga Guru Besar IPB, Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin menyampaikan kegiatan penelitian yang mereka lakukan harus didukung secara pentha helix, atau lima unsur yang terdiri dari ABGCM yaitu akademisi, bisnis, government, community dan media.

''Jika dukungan pentha helix itu kuat maka Kota Ramah Air akan bisa cepat terwujud, tidak perlu hingga 50 tahun. Namun, dengan teknologi yang ada, bisa diwujudkan dalam 5-10 tahun ke depan dengan melakukan lompatan-lompatan,'' ujarnya.

Prof. Hadi menyampaikan melalui acara FGD bisa dipikirkan bersama bagaimana mewujudkan Kota Ramah Air. Dikatakannya, di masa yang akan datang, diharapkan air tidak menjadi persoalan.

''Air tidak hanya memenuhi kebutuhan hidup manusia, tetapi bagaimana sumberdaya air sekaligus memberi manfaat untuk meningkatkan kenyamanan tinggal di kota. Kota yang ramah air adalah kota yang tidak kebanjiran di musim hujan dan tidak mengalami kekeringan di musim kemarau,'' imbuhnya.

Lebih lanjut ia menyampaikan, manusia harus belajar dari alam. Kita harus bisa melihat mengapa sungai itu selalu berkelok, padahal Tuhan bisa saja membuat sungai itu lurus. Karena air merupakan sumber kehidupan, Tuhan menciptakan sungai berkelok karena akan banyak masyarakat yang memanfaatkan air dari satu desa ke desa lainnya, sehingga air tidak cepat terbuang ke laut.

''Konsep kota dengan ramah air bisa dilakukan dengan green technology, rain garden atau taman hujan (taman yang memanen air hujan). Bisa juga dalam skala pekarangan, bisa dengan tanaman. Dengan konsep itulah kami teliti. Kota juga punya perencanaan melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), ruang terbuka hijaunya dimana, ruang terbuka birunya dimana, jadi biopori juga salah satu bentuk rain garden. Prinsipnya saat musim kemarau kita tidak kekeringan,'' paparnya.

Prof. Hadi dan tim saat ini tengah melakukan penelitian di Sentul City, Cibinong dan Pulo Geulis Kota Bogor. Perwakilan Sentul City, Ricky Teh, mengaku gembira bisa kerja sama dengan IPB.

Dengan studi kasus dibuat di Sentul City, maka Sentul City bisa menjadi model suatu kota mandiri, bisa menjadi contoh kota-kota lain di Indonesia. Prof Hadi berharap Kota Ramah Air menjadi suatu gerakan, menjadi suatu kebijakan pemerintah. (dh).


Pewarta: Oleh: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018