Bogor (Antaranews Megapolitan) - Menjelang berakhirnya 2017 Institut Pertanian Bogor (IPB) melantik rektor baru untuk periode 2017-2022, di tangan Dr Arif Satria kampus pertanian terbesar itu diharapkan bertransformasi menjadi lebih muda dan lincah menuju "Techno-socio-entrepreneurial university".

Arif Satria terpilih secara musyawarah mufakat menggantikan Prof Herry Suhardiyanto yang telah 10 tahun mengarungi biduk sebagai rektor dan menjadikan IPB sebagai perguruan tinggi paling inovatif.

Di lingkup IPB, Arif menjadi rektor termuda yang pernah ada, ia dilantik pada usia 46 tahun dan mendapat julukan rektor millenial. Sebelumnya ia menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA).

Meski belum bergelar profesor, lulusan program doktoral bidang kebijakan laut dari universitas Kagoshima, Jepang, ini sedang menyusun kajian bidang ekologi untuk mendapat gelar guru besar.

"Zaman `now` membutuhkan pendekatan yang serba `now`," kata Arif saat pelantikan Rektor IPB 15 Desember 2017 lalu.

Arif menilai tantangan yang dihadapi IPB ke depan tidaklah mudah, banyak dinamika yang akan dihadapi, sedikitnya ada empat dinamika yang membutuhkan cara pandang yang luas untuk dilalui.

Pertama, era disrupsi yang dihadapi saat ini penuh dengan ketidakpastian, turbulensi, dan kompleksitas yang harus disikapi dengan cermat oleh IPB.

Menurutnya era disrupsi distimulasi oleh kemajuan teknologi digital menuntut IPB untuk lebih peka terhadap sinyal-sinyal perubahan, baik cara berfikir, budaya kerja, proses bisnis maupun organisasi.

Turbulensi ekonomi, sosial politik, dan tingkat kecepatan "digital disruptiom" merupakan momentum yang perlu disikapi dengan kesiapan dan kesiagaan IPB dalam mengelola perubahan, pola pikir maju dan tumbuh kembang, tidak memecah perhatian dan totalitas jiwa raga.

"Lebih-lebih kini generasi Millenial memiliki karakter serta tuntutan kebutuhan sangat berbeda dengan generasi sebelumnya," kata ayah dua anak ini.

Kedua, globalisasi di ranah pendidikan tinggi bermakna hilangnya semua sekat yang membatasi arus perpindahan apapun, persaingan pendidikan tinggi menjadi sangat terbuka dan akan semakit ketat.

Menurut Arif IPB sebagai "knowledge entreprise" tidak hanya dituntut berkompetisi di tingkat lokal melainkan juga regional bahkan internasional, serta mampu berkontribusi dan menjadi solusi permasalahan bangsa melalui Tridharmanya.

Ketiga, status IPB sebagai PTM Berbadan Hukum sebagai "poin of no return" yang perlu dipastikan berbagai regulasi berkaitan dengan status tersebut jelas dan "firmed" sehingga memberikan kepastian dan kelincahan ruang gerak untuk IPB.

Keempat, lanjut Arif, permasalahan dan tantangan nasional maupun global di masa mendatang semakin kompleks. Menurutnya perubahan struktur demografi adanya bonus demografi akan menjadi peluang bagi IPB untuk memiliki SDM unggul di bidang pertanian sekaligus mengatasi krisis regenerasi petani.

"Regenerasi petani mengalami hambatan karena menurunnya minat pemuda untuk terjun di dunia pertanian hanya 39 persen," katanya.

IPB juga menyelaraskan tantangannya dengan isu global yang hadapi dunia saat ini yakni, persoalan pangan, air, energi, dan perubahan iklim untuk merespon permasalahan kelangkaan sumber daya alam dan kerusakan lingkungan berdampak besar pada tatanan ekonomi, menciptakan kemiskinan dan kualitas hidup yang rendah di berbagai belahan dunia.

Menurut ayah dua orang anak ini, pelbagai tantangan tidak boleh dibaca sebagai hambatan melainkan peluang untuk melakukan penguatan fundamental IPB sebagai "knowledge enterprise" secara cepat dan tepat.

"Kami beruntung, fondasi yang kokoh telah dibangun oleh Prof Herry Suhardiyanto dan para rektor IPB terdahulu," kata Arif.


Kepemimpinan Prof Herry Suhardiyanto

Selama 10 tahun di bawah kepemimpinan Prof Herry Suhardiyantao banyak capaian yang telah diraih dan prestasi yang diukir oleh IPB.

Dalam laporan pertanggungjawaban, Prof Herry memaparkan bangunan strategis pengembangan IPB dalam lima tahun terakhir 2012-2017 yang telah dilaksanakan dengan memberikan penekanan pada peran kelembagaan, struktur sistem dan fungsi IPB dalam visi pengarusutamaan pertanian.

Program kerja IPB periode tersebut disusun serta dilaksanakan sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) IPB 2008-2013 dan 2014-2018 yang menekankan pada enam pilar strategis.

Enam pilar tersebut yakni pertama, perluasan akses dan peningkatan mutu pendidikan serta pembinaan kemahasiswaan. Kedua, peningkatan mutu penelitian. Ketiga, pembinaan mutu pengabdian kepada masyarakat. Keempat, peningkatan kesejahteraan dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. Kelima, peningkatan kapasitas dan jejaring kerja sama. Dan keenam, penguatan keterandalan sistem manajemen IPB.

Di antara banyaknya capaian yang telah diraih IPB, dari sisi kapasitas kelembagaan, enam pusat studi IPB berhasil memperoleh penetapan sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI) nasional oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

"Sementara itu, jumlah publikasi ilmiah nasional maupun internasional terus meningkat," katanya.

Jumlah publikasi nasional setiap tahunnya rata-rata mencapai 500 artikel, sedangkan jumlah publikasi internasional yang terindeks "Scopus" tahun 2017 sampai tanggal 14 Desember mencapai 659 artikel atau secara kumulatif mencapai 3.672 publikasi, terbanyak keempat di Indonesia.

Dalam "google scholar", IPB tercatat memiliki sitasi tertinggi di atas UI, UGM, ITB, dan LIPI, sedangkan dalam SINTA, yang menggambungkan scopus dan google scholar, IPB menempati peringkat ketiga secara nasional.

Herry mengatakan dorongan dan fasilitas diberikan secara penuh dan terus menerus sehingga IPB selalu menjadi perguruan tinggi yang mencatat inovasi paling banyak dalam daftar inovasi paling prospektif yang dikeluarkan oleh "Business Innovation Center" (BIC) dan Kemenristekdikti dalam 10 tahun berturut-turut sejak 2008 sampai 2017.

"Dalam periode tersebut tercatat sebanyak 407 inovasi atau 38,95 persen dari 1.045 inovasi Indonesia paling prospektif berasal dari IPB," katanya.

Terkait pengelolaan kekayaan intelektual, lanjut Herry, IPB telah mendorong peningkatan jumlah inovasi yang terdaftar sebagai paten dan HKI lainnya. Dalam empat tahun terakhir, rata-rata aplikasi permohonan paten dan HKI lainnya mencapai 20 aplikasi HKI per tahunnya.

Dengan capaian tersebut, IPB memperoleh penghargaan Sentra KI Perguruan Tinggi Terproduktif tahun 2016 dan 2017.

IPB juga berhasil mendapatkan "competitive funding" dari Kemenristekdikti untuk membangun "start up" industri benih padi IPB3S untuk mendukung swasembada pangan.

"Variets IPB3S diakui oleh pemerintah dan masyarakat, karena produktivitasnya dapat mencapai 11,2 ton per hektare," kata Herry.

Di akhir masa jabatan Herry, IPB mendapat pengakuan dan penghargaan dari Kemenristekdikti atas konsistensinya menerapkan "best practices" dalam membangun iklim riset yang kondusif bagi peneliti dan inovator untuk berkarya secara produktif serta menjalin kerja sama riset dengan mitra penelitian internasional.

IPB menerima Anugerah Perguruan Tinggi Mitra Peneliti Asing Terbaik tahun 2016 dan 2017. Selain itu, IPB berhasil secara konsisten meletakkan dasar yang kuat sebagai "research based university" yang menjadi tonggak pencapaian visi jangka panjang sebagai "highly impactfull techno-socio-entrepreneurial university".

Keberhasilan IPB dalam melakukan upaya produksi penelitian dan pengembangan menjadi produk inovasi, fasilitas pusat inovasi, pengembangan lembaga penelitian, lembaga inkubasi, dan kerja sama dengan industri mendapat pengakuan dari Kemenristekdikti melalui Anugerak Widyapadhi yang diberikan tahun 2017.

Di periode kepemimpinan Herry, IPB berhasil merampungkan RPJ IPB periode 2019-2045 hasil buah pemikiran dan mimpi bersama sivitas akademika. Dalam RPJ tersebut dinyatakan visi yang hendak diwujudkan pada saat bangsa Indonesia memperingati satu abad kemerdekaannya.

"RPJ diharapkan dapat memandu arah perjalanan panjang IPB menuju visi 2045 yakni menjadi "techno-socio-entrepreneurial university" yang terdepan dalam memperkokoh martabat bangsa melalui pendidikan tinggi unggul tingkat global, di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika," kata Herry.


Amanat MWA IPB

Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) IPB Prof M A Chozin mengapresiasi prestasi yang telah diraih dan dicapai selama kepemimpinan Prof Herry Suhadiyanto. Dan berterimakasih atas capaiannya.

Akreditasi IPB yang telah didapatkan dari Badan Akreditasi Nasional mendapat akreditasi A. Dan, di bawah kepemimpinan Herry IPB sudah mendapatkan predikat wajar tanpa pengecualian, yang membuktikan IPB berhasil menjalankan tata kelola yang baik.

Untuk rektor baru terpilih Arif Satria, Chozin mengingatkan tiga hal penting yang jadi komitmen rektor baru pada saat sidang MWA adalah komitmen keberlanjutan, peningkatan dan pembaharuan.

Ia mengatakan keberlanjutan dan capaian-capaian yang telah diraih IPB di bawah kepemimpinan para rektor terdahulu serta peningkatan dan pembaharuan pada berbagai aspek baik pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

Chozin mengingatkan hal yang penting respon strategis IPB terhadap disrupsi inovasi teknologi, perkembangan teknologi informasi, menipisnya sumber daya alam, penguatan generasi milenial sebagai bonus domografi Indonesia, perlu mengembangkan kelautan dan biobisnis dalam menjawab masalah masa depan adalah beberapa hal yang perlu respon strategis yang melibatkan seluruh sivitas akademika IPB beserta mitra pada abad 21 ini.

"IPB telah memiliki beberapa kekuatan dan pondasi kokoh untuk membuat kekuatan, keunggulan riset, dan teknologi, SDM, alumni prodi yang dapat akreditasi internasional. Rektor baru yang terpilih secara aklamasi dengan rekam jejak terbaik siap menuju "techno-socio-entrepreneurial university," kata Chozin.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017