Bogor, (Antaranews Megapolitan) - Rumput laut adalah salah satu komoditas ekspor yang sangat melimpah di perairan Indonesia dan produksinya meningkat tiap tahun. Produksi rumput laut Indonesia mencapai 10,2 juta ton pada tahun 2014. 

Rumput laut Indonesia bernilai ekonomis dan banyak diperdagangkan di dunia. Rumput laut yang tumbuh liar maupun yang dibudidayakan dapat digunakan sebagai bahan makanan dan obat-obatan.

Salah satu negara yang memiliki olahan pangan dari rumput laut adalah Jepang. Jepang mengolah rumput laut menjadi beberapa jenis makanan, salah satunya yaitu nori. Nori merupakan makanan tradisional Jepang berupa lembaran rumput laut yang dikonsumsi setelah dikeringkan atau dipanggang. Nori yang berasal dari Jepang dibuat dari rumput laut merah Porphyra.

Permasalahan yang terjadi saat ini adalah banyaknya restoran yang menyajikan makanan Jepang di Indonesia membuat permintaan impor nori tinggi, karena nori yang dikonsumsi saat ini masih diimpor dari negara Jepang, Cina dan Korea. Selain itu, pemanfaatan rumput laut Indonesia baru dilakukan oleh masyarakat pesisir yang dekat dengan bahan baku, sehingga belum dimanfaatkan secara luas. Selain itu, memiliki nilai jual yang rendah di Indonesia.  

Hal inilah yang mendasari seorang mahasiswi bernama Laksmita Ayu Praphesti dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Fateta IPB), melakukan penelitian untuk membuat nori dari campuran rumput laut lokal yaitu Ulva lactuca dan Glacilaria sp.

Ia mengharapkan produk ini dapat meningkatkan nilai jual rumput laut Indonesia. 
Ulva lactuca dipilih karena mudah diperoleh dan terdapat melimpah di wilayah pesisir timur Indonesia. Selain itu, mengandung serat yang tinggi sehingga tekstur yang dihasilkan pada produk inori akan dapat menyamai nori komersial. 

Glacilaria sp dipilih karena agar yang terkandung dalam rumput laut Glacilaria sp dimanfaatkan sebagai binding agent pada produk nori lembaran supaya produk yang dihasilkan dapat membentuk lembaran yang halus dan rata.

Penelitian yang dilakukan terdiri dari dua tahap yaitu formulasi inori dan karakterisasi inori yang dihasilkan dengan uji organoleptik, analisis fisik dan kimia. Inori dibuat dari campuran bubur kedua rumput laut tersebut, yaitu dengan cara menghaluskan kedua rumput laut tersebut, namun secara terpisah. 

Terdapat dua produk inori yang diproduksi yaitu inori berbumbu dan inori panggang. Uji organoleptik dilakukan pada kedua produk inori tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan, rumput laut jenis Ulva lactuca dan Glacilaria sp dapat dimanfaatkan untuk pembuatan nori lokal. Produk inori terbaik berdasarkan uji rating hedonik yaitu inori panggang. Produk inori memiliki kadar air dan lemak yang rendah serta kadar karbohidrat total  yang tinggi. 

Formula terbaik dari nori campuran yaitu dengan perbandingan bubur rumput laut 1:1 untuk masing-masing rumput laut dengan berat adonan per luasan cetakan yaitu 0,28 gram per centimeter persegi untuk mengatur ketebalannya. Selain itu, produk inori memiliki kandungan serat yang tinggi serta karakteristik kimia dan fisik yang baik. (IRM/ris)

Pewarta: Humas IPB

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017