Bogor (Antara Megapolitan) - Ada tiga tantangan besar yang kita hadapi saat ini yakni buruknya reputasi Indonesia di luar negeri, rendahnya knowledge masyarakat tentang Indonesia itu sendiri, bagaimana membangun optimisme generasi muda.

Ragam komentar orang di luar negeri tentang Indonesia sangat ironis: Indonesia terlalu banyak pertengkaran!
Hal ini disampaikan oleh Akhyari Hananto, Founder Goodnews Form Indonesia dalam Dialog #IndonesiaBicaraBaik dalam era Digital: Fungsi Strategis Komunikasi Sosial di Konvensi Nasional Humas (KNH) 2017 di IPB International Convention Center, Bogor 28/11.

“Sewaktu saya ke Solomon Island (negara miskin dan terbelakang dalam banyak hal), ada rombongan orang dengan barang bawaan yang cukup banyak. Ternyata mereka mau vacation atau liburan ke Malaysia. Kenapa tidak ke Indonesia. Jawaban mereka adalah kau punya orang banyak bertengkar antara satu dengan yang lain,” ujar Akhyari.

Melihat reputasi Indonesia yang kurang bagus di mata dunia, Goodnews melakukan survei tentang tanggapan pemuda Indonesia terhadap reputasi negaranya. Survei di empat kota yaitu Yogyakarta, Klaten, Solo dan Karanganyar dengan dua pertanyan yakni bagaiaman anda memandang Indonesia di masa depan, optimis atau pesimis.

“Hasilnya mengerikan (bagi saya), sekitar 86% responden (4 ribu responden) pesimis Indonesia bisa menjadi negara maju dan pesimis Indonesia bisa sejajar dengan negara maju. Dari seluruh responden itu, muaranya satu, mereka tidak mendapatkan informasi yang baik tentang Indonesia, ini mengerikan,” ujarnya.

Akhayari mengingatkan bahwa pada tahun 60an ada negara ASEAN yang maju dan paling makmur setelah Jepang. Tapi tidak sampai satu generasi atau bahkan kurang dari 40 tahun, negara tersebut “nyungsep”.

Menurut Prof. Eduardo H dari Manila, salah satu penyebab jatuhnya Philipina adalah lingkaran setan pesimisme yang menghinggapi semua elemen masyarakat. Dan itu dimulai dari beredarnya berita-berita negatif di Philipina.

“Waktu itu sosmed belum marak. Sosmed kita masih banyak konten dan informasi yang tidak begitu bermanfaat. Kita tidak mau Indonesia jatuh seperti Philipina,” tambahnya.

Sementara itu, narasumber lainnya Wicaksono "Ndoro Kakung", Advisor Maverick Communications mengatakan banyak persepsi buruk orang di luar negeri terhadap Indonesia. Mulai soal tidak tertib berlalu lintas, kekanak-kanakan, koruptif hingga tidak taat hukum.

Di sinilah peluang bagi siapapun baik pemerintah, perusahaan swasta, maupun masyarakat luas untuk mengubah persepsi orang terhadap Indonesia karena sesungguhnya tidak semua persepsi tersebut benar.

Opini buruk tentang negara ini harus dijawab dengan bicara hal-hal positif tentang Indonesia.

Pada kesempatan yang sama Enda Nasution, pendiri Sebangsa.com menceritakan pengalamannya menjadi penggagas awal donasi melalui sosmed.

“Kasus "koin keadilan" untuk Prita menjadi pelajaran berharga bagaimana mewujudkan sebuah gerakan masyarakat/sosial yang menjadi kekuatan nyata berbagi kebaikan.

“Saya mendirikan sebangsa.com untuk memantik kepedulian orang untuk berbagi kebaikan dengan sesama sebagai salah satu bentuk kontribusi positif bagi bangsa ini.

Hal serupa juga dilakukan oleh Shinta Dhanuwardoyo, Founder Bubu.com yang akan terus menumbuhkan inisiatif-inisiatif untuk mendukung dan mendorong para start up agar bisa menjadi world class player sekaligus membangun reputasi positif Indonesia.

Dan Myrna Soeryo (Arka Media Network by A+) mengatakan digital public relations menjadi sangat penting untuk #IndonesiaBicaraBaik. Penting adanya kolaborasi antara media dan humas agar masing-masing stakeholders memegang peranan pentingnya masing-masing.

Pewarta: Jurnalis IPB

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017