Bogor (Antara Megapolitan) - Guru Besar Fakultas Pertanian (Faperta) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin menerima penghargaan dari Gubernur Jawa Barat pada Peringatan Hari Pangan Sedunia di Stadion Pakansari Cibinong, Bogor (9/11). 

Prof. Hadi menerima Adhikarya Pangan Nusantara tingkat Provinsi Jawa Barat sebagai peneliti penemu inovasi model pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan lokal.

Prof. Hadi mengenalkan inovasi pekarangan kampung untuk ketahanan pangan pada level keluarga. Pekarangan yang dimaksud adalah pekarangan yang diterapkan dalam level wilayah, dimana dalam satu komunitas memiliki program yang mengusung kearifan lokal.

Pengembangan pekarangan di desa maupun di kota tersebut sudah diimplementasikan melalui progam nasional melalui program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) oleh Badan Ketahanan Pangan (BKP).

“Kita mengusung pekarangan untuk mendapatkan satu produksi pangan lokal. Tujuannya agar kita tidak lagi tergantung buah impor, karena bisa menghasilkan buah sendiri dari pekarangan,” ujar dosen di Departemen Arsitektur Lanskap Faperta IPB ini.

Menurutnya, arsitektur lanskap basisnya tetap di pangan dan pertanian. Lanskap tidak selalu mementingkan estetika, tetapi dalam penataan lanskap kita harapkan secara estetika indah dan secara fungsional berguna.

“Oleh karena itu saya mengusung productive lanscape. Bahwa lanskap itu selain indah juga bisa menghasilkan. Misalkan selain menghasilkan bunga, buah dan sayuran, tetapi dalam jasa lingkungan juga bisa menyerap karbon, menjaga tata air, tata tanah dan tata udara. Dikatakan produktif ketika bermakna,” ujarnya.

Inovasi Prof. Hadi berasal dari disertasinya saat mengambil pendidikan doktor di Jepang. Salah satu temuannya adalah mengenai ukuran minimun pekarangan secara ekologis. Menurutnya, ukuran minimum pekarangan yang ideal adalah 100 meter persegi. Kurang dari itu, kurang sempurna fungsi ekologinya.

“Rumput, herba, semak, perdu dan pohon itu harus lengkap. Saya membagi tata ruang pekarangan. Ada pekarangan depan, samping dan belakang dimana masing-masing ruang punya fungsi tertentu. Depan biasanya bunga-bungaan, tapi di Indonesia biasanya ada buah. Tanaman bumbu dan tanaman obat biasanya di belakang, karena dekat dengan dapur. Kolam ikan dan kandang masuk ke pekarangan bagian belakang,” terangnya.

Inovasi lainnya adalah tentang struktur dan stratifikasi tanaman dari rendah ke tinggi. Rumput, herba, semak, perdu sampai dengan pohon ada stratifikasinya dalam satu pekarangan atau disebut tanaman berlapis. Tujuannya untuk meningkatkan produksi tanaman dengan memanfatkan energi matahari seefisien mungkin.

“Pada prinsipnya bertani itu memanen energi matahari. Energi matahari tersaring oleh lapisan atas lalu menerobos hingga ke lapisan akhir,” tuturnya.

Sementara itu, pekarangan sebagai sumber pangan diklasifikasikan oleh Prof. Hadi menjadi delapan klasifikasi tanaman, yakni tanaman penghasil pati, penghasil buah, tanaman sayuran, tanaman bumbu, tanaman obat, tanaman bahan baku industri, tanaman hias, dan tanaman lain lain (Prof Hadi tidak klasifikasikan, misalnya untuk furniture seperti bambu, sengon dan pohon kayu jenis pohon peneduh) yang memiliki fungsi lain dimana penyerapan karbonnnya juga tinggi.

“Itu beberapa inovasi yang saya kenalkan sejak tahun 2009. Di Jawa Barat saya banyak meneliti tentang tipologi pekarangan baik di Bogor, Bandung dan Cirebon pada tahun 2013-2014. Pada tahun 2006-2009 saya meneliti di seluruh pulau Jawa,” terangnya.

Pada tahun 2013-2014, Prof. Hadi juga diberi kepercayaan untuk membuat masterplan kecamatan tahan pangan, yakni di Desa Babakan Kecamatan Dramaga dan Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea. Selain itu, Prof. Hadi juga aktif di Komunitas Pekarangan dan Kebun Pangan Indonesia (KPKPID).

“Komunitas ini kami galakkan melalui media sosial dan anggotanya dari berbagai macam kalangan di seluruh Indonesia. Media ini efektif, saya juga selalu kampanyekan makan sehat melalui pekarangan. Saya ingin membangkitkan kesadaran masyarakat tentang lanskap produktif ini. Melalui KPKPID lebih gencar, bahkan saya bagikan benih dan bibitnya kepada siapapun yang mau menanam. Di kelas saya selalu bawa bibit atau benih atau hasil panen untuk kuis sebagai hadiah. Ya mudah-mudahan saya istiqomah dan bisa beri inspirasi kepada generasi muda,” ujarnya.

Pewarta: Jurnalis IPB

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017