Bogor (Antara Megapolitan) - Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian meluncurkan layanan sistem informasi pemantuan tanaman pangan atau Si Mantap di Cimanggu, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa.
"Si Mantap merupakan layanan berbasis penginderaan jauh menyajikan informasi secara dinamik dalam memantau tanaman padi, jagung, tebu, cabai dan bawang merah berbentuk spasial (peta), tabular, dan grafik," kata Kepala Badan Litbang Pertanian Muhammad Syakir.
Syakir menyebutkan Si Mantab dikembangkan melalui kolaborasi antara Balitbang Pertanian dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Institut Pertanian Bogor, dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi atau BPPT.
Selain melibatkan institusi nasional, juga melibatkan institusi internasional seperti JAXA-Japn, CSA-Canada, NASA-USA, dan lainya.
"Si Mantap membantu untuk pengambilan keputusan, baik pemerintah, industri, maupun asuransi dalam melindungi petani," kata Syakir.
Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Pertanian Prof Dedi Nursyamsi menjelaskan Si Mantap menggunakan model "Standing Crop" atau tenagakan tanaman yang dikembangkan sejak tahun 1997 dan masih dikembangkan hingga saat ini untuk tanaman padi, dan komoditas lainnya, seperti jagung, kelapa sawit, bawang merah, cabai, dan lain-lain.
"Integrasi Si Mantap dengan data iklim dapat membantu dalam pengelolan di bidang pertanian dalm upaya mengantisipsi perubahan iklim," kata Prof Dedi.
Dedi menyebutkan pada taun 2014, "standing crop" ini baru digunakan secara operasionl oleh Balitbantan Kementan untuk mendukung upaya khusus swasembada pangan.
"Untuk penggunaan Si Mantap saat ini yang sudah bekerjaa sama itu perusahaan BUMN yakni Asuransi Jasindo dan PT Rajawali, dan institusi perencana dari pemerintah pusat maupun daerah, " katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan sistem informasi pemantauan tanaman pangan atau Si Mantap bisa memantau tegakan tanaman berdasarkan "standing crop" bisa mengetauhui kondisi tanaman masih dalam fase apa, misalnya umur 0-20 hari, artinya perlu pemupukan.
"Jika sudah mendekati panen tidak perlu lagi pupuk, tapi yg diperlukan mesin panen. Berdasarkan "standing crop, bisa tau areal pertanian butuh air, butuh pupuk, atau pemanenan," kata Dedi.
Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN M Rokhis Khomarudin mengatkan Si Mantap menggunakan Tera aquamodis yang memiliki akurasi citra sebesar 95 persen untuk tanaman padi.
"Saat ini kami masih mengembangkan metode-metode untuk mensinkronkan citra satelit dengan data-data pertanian ini agar akurat, berkolaborasi dengan IPB, Balitbang Pertanian, untuk padi sudah 95 persen akurasinya, tinggal komoditas lainnya masih terus dikembangkan" katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Si Mantap merupakan layanan berbasis penginderaan jauh menyajikan informasi secara dinamik dalam memantau tanaman padi, jagung, tebu, cabai dan bawang merah berbentuk spasial (peta), tabular, dan grafik," kata Kepala Badan Litbang Pertanian Muhammad Syakir.
Syakir menyebutkan Si Mantab dikembangkan melalui kolaborasi antara Balitbang Pertanian dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Institut Pertanian Bogor, dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi atau BPPT.
Selain melibatkan institusi nasional, juga melibatkan institusi internasional seperti JAXA-Japn, CSA-Canada, NASA-USA, dan lainya.
"Si Mantap membantu untuk pengambilan keputusan, baik pemerintah, industri, maupun asuransi dalam melindungi petani," kata Syakir.
Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Pertanian Prof Dedi Nursyamsi menjelaskan Si Mantap menggunakan model "Standing Crop" atau tenagakan tanaman yang dikembangkan sejak tahun 1997 dan masih dikembangkan hingga saat ini untuk tanaman padi, dan komoditas lainnya, seperti jagung, kelapa sawit, bawang merah, cabai, dan lain-lain.
"Integrasi Si Mantap dengan data iklim dapat membantu dalam pengelolan di bidang pertanian dalm upaya mengantisipsi perubahan iklim," kata Prof Dedi.
Dedi menyebutkan pada taun 2014, "standing crop" ini baru digunakan secara operasionl oleh Balitbantan Kementan untuk mendukung upaya khusus swasembada pangan.
"Untuk penggunaan Si Mantap saat ini yang sudah bekerjaa sama itu perusahaan BUMN yakni Asuransi Jasindo dan PT Rajawali, dan institusi perencana dari pemerintah pusat maupun daerah, " katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan sistem informasi pemantauan tanaman pangan atau Si Mantap bisa memantau tegakan tanaman berdasarkan "standing crop" bisa mengetauhui kondisi tanaman masih dalam fase apa, misalnya umur 0-20 hari, artinya perlu pemupukan.
"Jika sudah mendekati panen tidak perlu lagi pupuk, tapi yg diperlukan mesin panen. Berdasarkan "standing crop, bisa tau areal pertanian butuh air, butuh pupuk, atau pemanenan," kata Dedi.
Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN M Rokhis Khomarudin mengatkan Si Mantap menggunakan Tera aquamodis yang memiliki akurasi citra sebesar 95 persen untuk tanaman padi.
"Saat ini kami masih mengembangkan metode-metode untuk mensinkronkan citra satelit dengan data-data pertanian ini agar akurat, berkolaborasi dengan IPB, Balitbang Pertanian, untuk padi sudah 95 persen akurasinya, tinggal komoditas lainnya masih terus dikembangkan" katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017