Menteri Agama Nasaruddin Umar mempersilakan tokoh agama kritis pada negara namun tetap menjaga independensi agama agar dapat menjalankan fungsi kritisnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Jika kita ingin melihat agama bekerja dalam masyarakat, maka kita harus bertanggung jawab menjadikan agama itu independen. Apa maksudnya agama independen? Agama yang mampu menjalankan fungsi kritisnya," ujar Menag kepada para tokoh lintas agama di Makassar, Jumat.
Dia mengatakan, jangan takut, bapak-ibu, agama apa pun itu, berikanlah fungsi kritisnya terhadap negara. Negara pun harus mendengarkan kritik dan masukan dari tokoh agama.
"Kita bukan negara Hegel, di mana negara dianggap di atas segalanya," kata dia pada acara yang diselenggarakan di Asrama Haji Makassar.
Menag menekankan bahwa hubungan antara agama dan negara harus harmonis, tetapi tetap seimbang. Menurutnya, agama yang terlalu bergantung pada negara akan kehilangan kemampuan untuk memberikan kritik yang konstruktif.
“Ketika agama dan pemimpinnya terlalu bergantung pada pembiayaan negara, maka independensinya berkurang. Bagaimana agama bisa kritis jika ketergantungannya sepenuhnya kepada negara?” ucapnya.
Baca juga: Presiden Prabowo ingin buat perkampungan khusus jamaah haji Indonesia di Arab agar efisien
Baca juga: Menag sebut kuota haji 2025 masih mengacu pada mekanisme OKI
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2025