Peneliti Sejarah di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dedi Arman mengatakan Sunaryo yang merupakan seorang polisi pejuang kemerdekaan asal Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri), sangat memungkinkan dan layak diusulkan menjadi pahlawan nasional.
"Sunaryo tewas dalam revolusi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," kata Arman di Tanjungpinang, Ahad.
Dia menyatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri melalui Dinas Sosial dapat mengusulkan Sunaryo sebagai pahlawan nasional kepada pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial.
Tapi sebelum usulan itu dibuat, kata dia, Tim Peneliti Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) harus melakukan kajian terlebih dahulu, baru disidangkan dan selanjutnya diusulkan ke Kementerian Sosial.
"Usulan itu kemudian dibahas lagi di tingkat pusat oleh Tim Peneliti Pengkaji Gelar Nasional (TP2GN). Ini kewenangan Kementerian Sosial," ungkapnya.
Baca juga: Mensos nilai pemberian gelar pahlawan pada Margono Djojohadikusumo sangat layak
Arman yang juga Dosen Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Riau Kepulauan Riau (UNRIKA) itu pun melanjutkan bahwa sampai saat ini belum ada pahlawan nasional zaman perang kemerdekaan RI dari Kepri.
Menurutnya, pahlawan nasional dari Kepri baru tercatat sebanyak tiga orang dan itu pun pada periode abad ke-18 dan 19, yaitu Raja Haji Fisabilillah, Raja Ali Haji, dan Sultan Mahmud Riayat Syah.
"Jadi tak ada salahnya Kepri kembali mengusulkan pahlawan nasional pada zaman perang kemerdekaan, seperti Sunaryo yang hari ini namanya diabadikan sebagai nama Jalan R. Sunaryo di Tanjungpinang," ujar Arman.
Sementara, menurut catatan Sejarahwan Kepri Aswandi Syahri yang menukil arsip nasional (Nationaal Archief, pen) Belanda di Den Haag. Sosok Sunaryo adalah seorang polisi yang bertugas di Tanjungpinang pada masa menjelang kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan RI.
Baca juga: Menanti persetujuan Gelar Pahlawan Nasional pejuang kemerdekaan asal Bekasi
Walau merupakan polisi kolonial Belanda, Sunaryo dikenal sebagai aktivis pendukung kemerdekaan RI. Ia bergabung dalam Gerakan Merah Putih (Rood Witte Beweging) dan termasuk penggerak di Badan Kedaulatan Indonesia Riouw (B.K.I.R.) di Tanjungpinang pada masa-masa awal diproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Aksi Sunaryo sering menjengkelkan pemerintah Belanda yang kembali mendatangi Tanjungpinang setelah proklamasi, sekitar awal Oktober 1945.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
"Sunaryo tewas dalam revolusi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," kata Arman di Tanjungpinang, Ahad.
Dia menyatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri melalui Dinas Sosial dapat mengusulkan Sunaryo sebagai pahlawan nasional kepada pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial.
Tapi sebelum usulan itu dibuat, kata dia, Tim Peneliti Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) harus melakukan kajian terlebih dahulu, baru disidangkan dan selanjutnya diusulkan ke Kementerian Sosial.
"Usulan itu kemudian dibahas lagi di tingkat pusat oleh Tim Peneliti Pengkaji Gelar Nasional (TP2GN). Ini kewenangan Kementerian Sosial," ungkapnya.
Baca juga: Mensos nilai pemberian gelar pahlawan pada Margono Djojohadikusumo sangat layak
Arman yang juga Dosen Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Riau Kepulauan Riau (UNRIKA) itu pun melanjutkan bahwa sampai saat ini belum ada pahlawan nasional zaman perang kemerdekaan RI dari Kepri.
Menurutnya, pahlawan nasional dari Kepri baru tercatat sebanyak tiga orang dan itu pun pada periode abad ke-18 dan 19, yaitu Raja Haji Fisabilillah, Raja Ali Haji, dan Sultan Mahmud Riayat Syah.
"Jadi tak ada salahnya Kepri kembali mengusulkan pahlawan nasional pada zaman perang kemerdekaan, seperti Sunaryo yang hari ini namanya diabadikan sebagai nama Jalan R. Sunaryo di Tanjungpinang," ujar Arman.
Sementara, menurut catatan Sejarahwan Kepri Aswandi Syahri yang menukil arsip nasional (Nationaal Archief, pen) Belanda di Den Haag. Sosok Sunaryo adalah seorang polisi yang bertugas di Tanjungpinang pada masa menjelang kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan RI.
Baca juga: Menanti persetujuan Gelar Pahlawan Nasional pejuang kemerdekaan asal Bekasi
Walau merupakan polisi kolonial Belanda, Sunaryo dikenal sebagai aktivis pendukung kemerdekaan RI. Ia bergabung dalam Gerakan Merah Putih (Rood Witte Beweging) dan termasuk penggerak di Badan Kedaulatan Indonesia Riouw (B.K.I.R.) di Tanjungpinang pada masa-masa awal diproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Aksi Sunaryo sering menjengkelkan pemerintah Belanda yang kembali mendatangi Tanjungpinang setelah proklamasi, sekitar awal Oktober 1945.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024