Guru Besar tetap bidang Optoelektroteknik Biomedik di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) Prof. Ir. Purnomo Sidi Priambodo, M.Sc., Ph.D., menciptakan inovasi teknologi tomografi infrared yang dapat menjadi solusi aman dalam analisis medis.
"Teknologi diagnostik medis saat ini seperti X-ray, CT scan, SPECT, PET, dan MRI, menggunakan media energi tinggi yang jika dosisnya berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan," kata Prof. Purnomo di Depok, Jumat.
Instrumen pencitraan medis resolusi tinggi yang canggih saat ini mahal dan berbasis pada media berenergi tinggi. Media tersebut memiliki daya tembus yang cukup besar dan mampu menghasilkan gambar transmitansi berkualitas tinggi, namun semuanya berisiko bagi kesehatan,.
Baca juga: Guru Besar FTUI rekomendasikan tiga strategi manajemen jalan
Dengan latar belakang itu, ia dan tim merancang teknik tomografi infrared berbasis metoda invers matrix yang lebih aman dan hemat energi, menggunakan media infrared atau near infrared (NIR) yang relatif rendah energi. Menurutnya, teknologi ini memiliki daya tembus yang cukup baik dalam tubuh manusia dan lebih aman dibandingkan teknologi sinar-X.
“Selain mempunyai daya tembus yang cukup baik pada tubuh manusia, media infrared ini relatif aman. Dengan penggunaan media infrared, kebutuhan energi untuk instrumen medis lebih rendah, teknologi yang tersedia di pasar, dan memungkinkan produk yang lebih ekonomis," tuturnya.
Keunggulan lainnya, lanjut Prof. Purnomo, adalah kemampuan teknologi ini untuk mendekomposisi citra menjadi lapisan jaringan biologis penyusun. Teknologi sinar-X saat ini hanya menghasilkan satu citra gabungan dari seluruh jaringan biologis.
Baca juga: Guru besar FTUI raih penghargaan ASEAN-Japan Cybersecurity Community
"Diharapkan di masa mendatang, dekomposisi citra biologis menjadi citra jaringan penyusun akan membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit yang hanya memengaruhi satu jaringan tertentu," katanya.
Inovasi ini memungkinkan visualisasi ketebalan masing-masing jaringan melalui dekomposisi citra, yang diambil dengan kamera infrared.
“Jadi dengan metoda dekomposisi citra ini, diharapkan bisa memberikan kemudahan visualisasi bagi petugas kesehatan tentang distribusi ketebalan dari masing-masing layer material biologis penyusun dalam suatu obyek kesatuan biologis,” kata Prof. Purnomo.
Baca juga: Guru Besar FTUI kaji pirolisis untuk kemajuan industri kimia
Selain itu, ia menyampaikan bahwa penggunaan machine learning juga dioptimalkan dalam proses dekomposisi untuk meningkatkan akurasi gambar yang diambil dalam far-infrared wavelength. Teknologi ini nantinya akan dikembangkan hingga mampu melakukan dekomposisi citra 3D, yang diharapkan lebih bermanfaat untuk analisis medis mendalam.
“Kami telah melakukan pengembangan teknik tomografi infrared yang aman dan tidak berdampak pada kesehatan, portabel, hemat energi, dan ekonomis. Teknologi ini sangat menjanjikan di masa depan untuk analisa medis. Pengembangan teknologi ini, selain membutuhkan keahlian photonics, juga akan melibatkan berbagai disiplin keilmuan, seperti imaging atau image processing, machine learning dan medical expertise,” ujar Prof. Purnomo.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
"Teknologi diagnostik medis saat ini seperti X-ray, CT scan, SPECT, PET, dan MRI, menggunakan media energi tinggi yang jika dosisnya berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan," kata Prof. Purnomo di Depok, Jumat.
Instrumen pencitraan medis resolusi tinggi yang canggih saat ini mahal dan berbasis pada media berenergi tinggi. Media tersebut memiliki daya tembus yang cukup besar dan mampu menghasilkan gambar transmitansi berkualitas tinggi, namun semuanya berisiko bagi kesehatan,.
Baca juga: Guru Besar FTUI rekomendasikan tiga strategi manajemen jalan
Dengan latar belakang itu, ia dan tim merancang teknik tomografi infrared berbasis metoda invers matrix yang lebih aman dan hemat energi, menggunakan media infrared atau near infrared (NIR) yang relatif rendah energi. Menurutnya, teknologi ini memiliki daya tembus yang cukup baik dalam tubuh manusia dan lebih aman dibandingkan teknologi sinar-X.
“Selain mempunyai daya tembus yang cukup baik pada tubuh manusia, media infrared ini relatif aman. Dengan penggunaan media infrared, kebutuhan energi untuk instrumen medis lebih rendah, teknologi yang tersedia di pasar, dan memungkinkan produk yang lebih ekonomis," tuturnya.
Keunggulan lainnya, lanjut Prof. Purnomo, adalah kemampuan teknologi ini untuk mendekomposisi citra menjadi lapisan jaringan biologis penyusun. Teknologi sinar-X saat ini hanya menghasilkan satu citra gabungan dari seluruh jaringan biologis.
Baca juga: Guru besar FTUI raih penghargaan ASEAN-Japan Cybersecurity Community
"Diharapkan di masa mendatang, dekomposisi citra biologis menjadi citra jaringan penyusun akan membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit yang hanya memengaruhi satu jaringan tertentu," katanya.
Inovasi ini memungkinkan visualisasi ketebalan masing-masing jaringan melalui dekomposisi citra, yang diambil dengan kamera infrared.
“Jadi dengan metoda dekomposisi citra ini, diharapkan bisa memberikan kemudahan visualisasi bagi petugas kesehatan tentang distribusi ketebalan dari masing-masing layer material biologis penyusun dalam suatu obyek kesatuan biologis,” kata Prof. Purnomo.
Baca juga: Guru Besar FTUI kaji pirolisis untuk kemajuan industri kimia
Selain itu, ia menyampaikan bahwa penggunaan machine learning juga dioptimalkan dalam proses dekomposisi untuk meningkatkan akurasi gambar yang diambil dalam far-infrared wavelength. Teknologi ini nantinya akan dikembangkan hingga mampu melakukan dekomposisi citra 3D, yang diharapkan lebih bermanfaat untuk analisis medis mendalam.
“Kami telah melakukan pengembangan teknik tomografi infrared yang aman dan tidak berdampak pada kesehatan, portabel, hemat energi, dan ekonomis. Teknologi ini sangat menjanjikan di masa depan untuk analisa medis. Pengembangan teknologi ini, selain membutuhkan keahlian photonics, juga akan melibatkan berbagai disiplin keilmuan, seperti imaging atau image processing, machine learning dan medical expertise,” ujar Prof. Purnomo.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024