Yayasan WWF Indonesia resmi menjalin kolaborasi dengan PT Indonesia Epson Industrys melalui peluncuran inisiatif “Pohon untuk Kehidupan" dengan menanam pohon di hutan seluas 300 hektare yang terletak di Desa Tumbang Mangara dan Tumbang Kawei, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah (Kalteng).
Menurut Direktur Konservasi WWF-Indonesia Dewi Lestari Yani Rizki, kolaborasi ini merupakan bentuk keperdulian keduanya dalam membantu pemerintah merestorasi hutan dan lahan dengan menanami kembali serta memperkaya spesies area hutan dengan jenis bibit lokal.
”WWF-Indonesia berkomitmen untuk berkontribusi memulihkan Lanskap Seka di Kalimantan Tengah. Lanskap Seka menjadi habitat penting bagi satwa liar endemik, menjaga kehidupan masyarakat adat, tempatan juga menghambat laju perubahan iklim dengan menyerap karbon,” kata Dewi Lestari Yani Rizki melalui keterangan resmi yang diterima Antarapada Rabu.
Penanaman ini juga didukung pelaksanaannya oleh Kesatuan Pemangkuan Hutan Produksi (KPHP) Katingan Hulu yang membantu pemantauan berkala keberhasilan inisiatif ini bersama dengan pengelola Hutan Kemasyarakatan Mangara Kawei.
Baca juga: Sukabumi peduli, Bumi Bersemi: 6.000 pohon produktif ditanam di Sukabumi
Inisiatif ini diharapkan dapat berkontribusi menciptakan keseimbangan antara restorasi hutan yang menjadi habitat orangutan yang terancam punah dan mengoptimalkan kebutuhan lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dari hasil kegiatan restorasi hutan dan bentang alam ini.
”WWF-Indonesia merupakan lembaga yang bergerak berdasarkan sains dan mengedepankan solusi, penanaman pohon merupakan solusi atas upaya pemulihan Lanskap Seka dan juga partisipasi aktif para pihak seperti PT. Indonesia Epson Industry ini menjadi sangat penting dan dapat dicontoh bagi perusahaan lain yang ingin berpartisipasi dalam upaya pemulihan ekosistem,” ucap dia.
Sebagaimana diketahui bersama, Lanskap SEKA – Sebangau Katingan merupakan kawasan ekologis yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Kalteng dan keanekaragaman hayatinya.
Dengan luas hutan sebesar 2,35 juta hektare atau 15 persen (atau 15.3 juta hektare) tutupan hutan di seluruh Kalteng, masyarakat sekitar sangat bergantung pada keutuhan tutupan hutannya.
Baca juga: Kemenag tanam 50.000 pohon di berbagai pesantren di Jabodetabek
Melalui Restorasi Lanskap Hutan (FLR) dan penanaman pohon, pendekatan ini bertujuan memulihkan area yang terdegradasi, mengembalikan keanekaragaman hayati, mendukung kesejahteraan masyarakat lokal, serta mengurangi dampak perubahan iklim.
Dia juga menuturkan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu benteng terakhir bagi orangutan Kalimantan.
Untuk memastikan kelangsungan hidup sekitar 1,1 juta hektare hutan yang masih utuh dan menjadi rumah bagi ribuan orangutan, upaya restorasi menjadi sangat mendesak.
“Dengan menghubungkan kembali hutan yang terfragmentasi, kita dapat menciptakan koridor seluas ribuan hektar yang aman bagi satwa liar untuk berpindah dan mencari makan,” tutur dia
Sementara itu President Director PT Indonesia Epson Industry, Emile Pattiwael mengatakan kolaborasi ini tidak hanya berfokus pada angka, tetapi juga pada manusia di baliknya.
Baca juga: Antam tanam 60.000 bibit pohon mangrove pada 2024 kerja sama dengan karang taruna
Dengan melibatkan sekitar 300 keluarga di Desa Mangara dan Kawei, proyek ini mendorong pendekatan berbasis masyarakat.
Melalui pelatihan dan pengembangan kapasitas, masyarakat akan dibekali dengan berbagai keterampilan untuk mengelola pembibitan, menanam 200.000 pohon di area seluas 300 hektare dan memelihara kawasan yang telah direstorasi.
Dengan menciptakan peluang ekonomi alternatif, seperti agroforestri, pihaknya dapat mengurangi tekanan pada hutan dan meningkatkan kesejahteraan sekitar ratusan keluarga.
“Kami di Epson percaya bahwa keberlanjutan bukan hanya sekadar tanggung jawab, melainkan bagian dari identitas kami. Melalui kolaborasi dengan WWF-Indonesia, kami ingin menunjukkan bahwa kemitraan antara sektor bisnis dan organisasi lingkungan dapat memberikan dampak positif yang nyata,” ujar Emile Pattiwael.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024