Bogor (Antara Megapolitan) - Peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr.Ir. Rokhani Hasbullah, M.Si mengungkapkan kini sudah berkembang industri 'rice to rice processing' (R2RP) yang dapat mengolah beras mutu medium maupun 'off grade' menjadi beras mutu premium.
Untuk mengubah mutu beras tersebut diperlukan tambahan mesin selain husker dan polisher, yaitu mesin destoner (pemisah batu dan gabah), shinning machine atau kibi untuk mengkilapkan dengan bantuan uap (steam), shifter untuk memisahkan menir dan kotoran lainnya, color sorter untuk memisahkan butir merah, butir kuning dan butir yang mengapur, length grader untuk memisahkan beras kepala.
Length grader ini bisa disetel apakah menginginkan beras kepala 100 persen, 95 persen,atau 90 persen sesuai kelas mutu yang diinginkan.
Material handling machine seperti bucket elevator atau belt conveyor untuk aliran bahan dari dan ke setiap unit operasi secara otomatis, auto weighing untuk menimbang secara otomatis, packing machine untuk mengemas, exhause fan untuk menyedot debu sehingga ruang produksi bersih dan nyaman.
"Tentunya kalau kita bicara mutu secara fisik acuannya adalah SNI beras yang parameternya adalah kadar air, derajat sosoh, persentase beras kepala, butir menir, butir merah, butir kuning, butir kapur, benda asing dan butir gabah," katanya.
Selain bentuk fisik, mutu juga ditentukan oleh preferensi konsumen yang biasanya lebih ditentukan oleh varietas dan daerah tumbuh.
Varietas yang sama pun bisa jadi harganya berbeda karena rasanya memang berbeda sesuai daerah tumbuhnya.
Dalam dunia bisnis bisa saja dilakukan pencampuran (blending) antar varietas atau varietas yang sama tapi antar daerah tumbuhnya agar diperoleh rasa, aroma dan tekstur nasi yang disukai konsumen namun dapat menekan harga jualnya.
"Adanya jaminan mutu melalui penerapan cara berproduksi yang baik seperti Good Manufacturing Practices (GMP) dan pelabelan yang mencantumkan nutrition fact ataupun ijin edar PSAT (Pangan Segar Asal Tumbuhan) dan halal akan meningkatkan kepercayaan konsumen dan konsumen pun mau membelinya dengan harga yang lebih mahal dan tidak merasa dirugikan," ujarnya.
Namun demikian, sebagai konsumen mestilah cerdas. Mengkonsumsi beras premium tidaklah menyehatkan karena dengan derajat sosoh yang tinggi beberapa kandungan gizi seperti protein, lemak, mineral dan vitamin sudah berkurang sehingga porsi karbohidratnya meningkat dan berpotensi terserang penyakit diabetes bagi yang mengkonsumsinya.
Kalau ingin sehat konsumsilah beras pecah kulit (brown rice) atau beras pratanak (parboiled rice) atau pangan lainnya yang memiliki indeks glikemik rendah.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Untuk mengubah mutu beras tersebut diperlukan tambahan mesin selain husker dan polisher, yaitu mesin destoner (pemisah batu dan gabah), shinning machine atau kibi untuk mengkilapkan dengan bantuan uap (steam), shifter untuk memisahkan menir dan kotoran lainnya, color sorter untuk memisahkan butir merah, butir kuning dan butir yang mengapur, length grader untuk memisahkan beras kepala.
Length grader ini bisa disetel apakah menginginkan beras kepala 100 persen, 95 persen,atau 90 persen sesuai kelas mutu yang diinginkan.
Material handling machine seperti bucket elevator atau belt conveyor untuk aliran bahan dari dan ke setiap unit operasi secara otomatis, auto weighing untuk menimbang secara otomatis, packing machine untuk mengemas, exhause fan untuk menyedot debu sehingga ruang produksi bersih dan nyaman.
"Tentunya kalau kita bicara mutu secara fisik acuannya adalah SNI beras yang parameternya adalah kadar air, derajat sosoh, persentase beras kepala, butir menir, butir merah, butir kuning, butir kapur, benda asing dan butir gabah," katanya.
Selain bentuk fisik, mutu juga ditentukan oleh preferensi konsumen yang biasanya lebih ditentukan oleh varietas dan daerah tumbuh.
Varietas yang sama pun bisa jadi harganya berbeda karena rasanya memang berbeda sesuai daerah tumbuhnya.
Dalam dunia bisnis bisa saja dilakukan pencampuran (blending) antar varietas atau varietas yang sama tapi antar daerah tumbuhnya agar diperoleh rasa, aroma dan tekstur nasi yang disukai konsumen namun dapat menekan harga jualnya.
"Adanya jaminan mutu melalui penerapan cara berproduksi yang baik seperti Good Manufacturing Practices (GMP) dan pelabelan yang mencantumkan nutrition fact ataupun ijin edar PSAT (Pangan Segar Asal Tumbuhan) dan halal akan meningkatkan kepercayaan konsumen dan konsumen pun mau membelinya dengan harga yang lebih mahal dan tidak merasa dirugikan," ujarnya.
Namun demikian, sebagai konsumen mestilah cerdas. Mengkonsumsi beras premium tidaklah menyehatkan karena dengan derajat sosoh yang tinggi beberapa kandungan gizi seperti protein, lemak, mineral dan vitamin sudah berkurang sehingga porsi karbohidratnya meningkat dan berpotensi terserang penyakit diabetes bagi yang mengkonsumsinya.
Kalau ingin sehat konsumsilah beras pecah kulit (brown rice) atau beras pratanak (parboiled rice) atau pangan lainnya yang memiliki indeks glikemik rendah.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017