Bogor (Antara Megapolitan) - Peternakan sapi perah di Indonesia masih didominasi oleh peternakan rakyat. Ciri dari peternakan rakyat yaitu skala usaha kecil, akses kepada informasi terbatas, dan penguasaan teknologi rendah, yang mengakibatkan produksi dan produktivitasnya rendah sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan Industri Pengolahan Susu (IPS).
Salah satu pelaku IPS yaitu Frisian Flag Indonesia (FFI) yang selanjutnya disebut IPS. Pihak IPS berperan serta dalam upaya memberdayakan peternak sapi perah melalui bantuan dana program corporate social responsibility (CSR).
Karena itu, diperlukan komunikasi antara pihak IPS dengan peternak sapi perah untuk menyampaikan komitmen perusahaan bagi pemberdayaan peternak sapi perah. Melalui program CSR, pihak IPS berkomitmen mengembangkan peternakan sapi perah dalam meningkatkan mutu dan kuantitas susu produksi peternak.
Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Pangalengan, Jawa Barat yang merupakan lokasi program CSR IPS dan dilaksanakan bulan Desember 2015 sampai Februari 2016.
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Natalina Nilamsari bersama dosen pembimbing Dr. Amiruddin Saleh, Prof. Dr. Musa Hubeis dan Dr. Nurmala K Pandjaitan.
Hasil penelitian menunjukkan kapasitas komunikator cukup memadai pada aspek kredibilitas, daya tarik dan kemampuan memotivasi. Mutu informasi CSR IPS mudah dimengerti oleh peternak sapi perah, serta membantu menyelesaikan masalah.
Saluran komunikasi yang digunakan adalah saluran komunikasi antar pribadi, maka komunikasi program CSR IPS masih merupakan komunikasi konvensional secara tatap muka antar pribadi.
Secara umum karakteristik peternak penerima program CSR IPS di Kecamatan Pangalengan sebagian besar adalah laki-laki, berusia paruh baya, berpendidikan rendah dan telah lama beternak (lebih dari sepuluh tahun).
Skala usaha termasuk skala usaha kecil, dengan kepemilikan ternak 1-4 ekor sapi. Kekosmopolitan peternak sapi perah di Kecamatan Pangalengan termasuk kategori sedang. Artinya ada beberapa peternak sapi perah yang berhubungan dengan pihak luar komunitasnya dan sebagian lainnya tidak berhubungan.
Dukungan pemerintah daerah (Dinas Peternakan dan Perikanan) Kabupaten Bandung dinilai peternak memadai, dari segi kesehatan ternak dan dukungan lingkungan fisik berada pada kategori sedang.
Artinya ketersediaan air dan lahan untuk peternakan sapi perah di Kecamatan Pangalengan dinilai masih memadai oleh sebagian peternak sapi perah penerima program CSR IPS, tetapi sebagian lainnya menilai kurang memadai.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran, hubungan dan efektivitas komunikasi CSR IPS yang mempengaruhi pemberdayaan peternak sapi perah.
Bagi pengembangan keilmuan, penelitian ini berkontribusi pada perkembangan ilmu komunikasi. Bagi praktisi, dalam hal ini IPS, yang melakukan pemberdayaan peternak sapi perah, berkontribusi menambah informasi dan pengetahuan bagi IPS dan peternak sapi perah.
Sedangkan bagi pemerintah dapat menjadi informasi tambahan dalam merumuskan kebijakan terkait pelayanan dan pemberdayaan peternak.(AT/NM)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Salah satu pelaku IPS yaitu Frisian Flag Indonesia (FFI) yang selanjutnya disebut IPS. Pihak IPS berperan serta dalam upaya memberdayakan peternak sapi perah melalui bantuan dana program corporate social responsibility (CSR).
Karena itu, diperlukan komunikasi antara pihak IPS dengan peternak sapi perah untuk menyampaikan komitmen perusahaan bagi pemberdayaan peternak sapi perah. Melalui program CSR, pihak IPS berkomitmen mengembangkan peternakan sapi perah dalam meningkatkan mutu dan kuantitas susu produksi peternak.
Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Pangalengan, Jawa Barat yang merupakan lokasi program CSR IPS dan dilaksanakan bulan Desember 2015 sampai Februari 2016.
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Natalina Nilamsari bersama dosen pembimbing Dr. Amiruddin Saleh, Prof. Dr. Musa Hubeis dan Dr. Nurmala K Pandjaitan.
Hasil penelitian menunjukkan kapasitas komunikator cukup memadai pada aspek kredibilitas, daya tarik dan kemampuan memotivasi. Mutu informasi CSR IPS mudah dimengerti oleh peternak sapi perah, serta membantu menyelesaikan masalah.
Saluran komunikasi yang digunakan adalah saluran komunikasi antar pribadi, maka komunikasi program CSR IPS masih merupakan komunikasi konvensional secara tatap muka antar pribadi.
Secara umum karakteristik peternak penerima program CSR IPS di Kecamatan Pangalengan sebagian besar adalah laki-laki, berusia paruh baya, berpendidikan rendah dan telah lama beternak (lebih dari sepuluh tahun).
Skala usaha termasuk skala usaha kecil, dengan kepemilikan ternak 1-4 ekor sapi. Kekosmopolitan peternak sapi perah di Kecamatan Pangalengan termasuk kategori sedang. Artinya ada beberapa peternak sapi perah yang berhubungan dengan pihak luar komunitasnya dan sebagian lainnya tidak berhubungan.
Dukungan pemerintah daerah (Dinas Peternakan dan Perikanan) Kabupaten Bandung dinilai peternak memadai, dari segi kesehatan ternak dan dukungan lingkungan fisik berada pada kategori sedang.
Artinya ketersediaan air dan lahan untuk peternakan sapi perah di Kecamatan Pangalengan dinilai masih memadai oleh sebagian peternak sapi perah penerima program CSR IPS, tetapi sebagian lainnya menilai kurang memadai.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran, hubungan dan efektivitas komunikasi CSR IPS yang mempengaruhi pemberdayaan peternak sapi perah.
Bagi pengembangan keilmuan, penelitian ini berkontribusi pada perkembangan ilmu komunikasi. Bagi praktisi, dalam hal ini IPS, yang melakukan pemberdayaan peternak sapi perah, berkontribusi menambah informasi dan pengetahuan bagi IPS dan peternak sapi perah.
Sedangkan bagi pemerintah dapat menjadi informasi tambahan dalam merumuskan kebijakan terkait pelayanan dan pemberdayaan peternak.(AT/NM)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017