Bogor (Antara Megapolitan) - Mahasiswa Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Shella Marlinda meneliti tentang penambahan asam humat dalam pakan ikan nila Oreochromis niloticus yang mengandung logam berat dari kerang hijau Perna viridis. Penelitian ini di bawah bimbingan Dr. Dedi Jusadi, Dr. Mia Setiawati dan Dr. Muhammad Agus Suprayudi.

Penelitian yang dilakukan bertujuan menguji peran asam humat yang ditambahkan ke dalam pakan yang mengandung logam berat dari kerang hijau dalam mencegah akumulasi logam berat serta menunjang kinerja pertumbuhan ikan nila Oreochromis nilotius.

Latar belakang penelitian Shella adalah kerang hijau berpotensi dan prospektif dijadikan sebagai bahan baku pakan ikan.

Hal tersebut dikarenakan daging kerang mengandung protein yang tinggi dan memiliki produktivitas yang tinggi. Akan tetapi, kerang hijau memilki kandungan logam berat yang berbahaya sehingga tidak layak untuk dikonsumsi bagi manusia.

Untuk mencegah akumulasi logam berat di dalam tubuh ikan yang mengkonsumsi pakan dengan bahan baku kerang hijau, perlu ditambah asam humat di dalam formula pakan tersebut.

Asam humat diketahui dapat mengkelat logam berat, sehingga mencegah akumulasi logam berat di dalam ikan yang mengkonsumsinya.

Sedangkan menurut Shella, asam humat merupakan kelompok bahan organik yang sering disebut dengan zat humik. Zat humik merupakan kandungan organik yang terdapat di tanah dan ekosistem akuatik.

Berdasarkan penelitian sebelumnya zat humik diketahui dapat menyerap logam berat dan bahan kontaminan organik. Asam humat juga dapat membentuk ikatan komplek dengan logam berat.

Namun ikatan yang terbentuk dengan logam berat menjadi tidak larut dan sulit diserap oleh organisme.

Ikan yang terbentuk ini akan dibuang melalui usus, tidak terakumulasi dalam tubuh organisme, sehingga tidak menimbulkan efek negatif.

Dalam penelitian Shella menunjukkan, kerang hijau yang mengandung logam berat diformulasi bersama bahan baku lain dan asam humat sebanyak 0, 100, 200, 400, dan 800 miligram per kilogram pakan. Ikan nila dengan bobot 7,9±0,02 gram dipelihara dalam 15 akuarium yang berukuran 100 x 45 x 35 centimeter dengan kepadatan 17 ekor per akuarium selama 60 hari.

Ikan dipelihara menggunakan sistem resirkulasi top filter dan diberi pakan secara at satiation sebanyak tiga kali sehari pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB.

Di hari ke-60, sebagian ikan dipanen, untuk diukur beratnya, laju pertumbuhan, jumlah ikan yang mati dan jumlah konsumsi pakan.

Pada akhir pemeliharaan dilakukan uji kecernaan dan feses telah terkumpul, selanjutnya feses ikan dilakukan analisis guna menghitung nilai kecernaan total, kecernaan protein, analisis logam berat di feses agar dapat menghitung Pb (timbal) yang diserap dan Pb yang dibuang via feses.

Hasil penelitian Shella menunjukkan bahwa penambahan asam humat di dalam formula pakan tidak menyebabkan terjadinya perubahan jumlah konsumsi pakan selama masa budidaya.

Namun, bobot individu ikan di akhir masa budidaya meningkat secara signifikan seiring dengan meningkatnya penambahan asam humat di dalam pakan.

Pada dosis 400 miligram per kilogram merupakan dosis optimum yang diberikan di dalam formula pakan.

Asam humat 400 miligram per kilogram dapat meningkatkan nilai laju pertumbuhan harian (LPH) sebesar 0,29 persen, nilai kecernaan total, kecernaan protein, nilai retensi protein menjadi 30,9 persen, dan rasio konversi pakan (RKP) menjadi 1,8 nilai ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tanpa penambahan asam humat.

Status kesehatan melalui nilai hematologi (sel darah merah, hemoglobin, dan ematokrit) dan histologi jaringan ginjal dan hati juga menunjukkan, dengan dosis 400 miligram per kilogram memperlihatkan bahwa kerusakan yang terjadi akibat adanya logam berat timbal lebih ringan dibandingkan dengan tanpa penambahan asam humat.

Hati adalah organ paling cocok untuk biomonitoring kesehatan ikan terutama akibat paparan logam berat, karena konsentrasi logam paling banyak terakumulasi dibagian hati.

Dalam jaringan serta kondisi kesehatan ikan nila ada kaitannya dengan kandungan timbal yang diserap dan dibuang via feses.

''Penambahan asam humat 400 miligram per kilogram dapat mengurangi akumulasi logam berat dalam tubuh ikan dan meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan nila,'' tandasnya.(AT/ris).

Pewarta: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017