Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan ada dua tantangan utama yang dihadapi Indonesia untuk mencapai target emisi nol bersih pada 2060.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan tantangan pertama adalah bagaimana mengurangi emisi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik yang sudah ada, terutama pembangkit listrik tenaga batu bara.

“Untuk mengatasi ini, pemerintah tengah berupaya untuk menghentikan penggunaan batu bara secara bertahap dan menggantinya dengan sumber energi yang lebih bersih,” ujar Eniya dalam acara Indonesia International Sustainability Forum 2024 di Jakarta, Kamis.

Tantangan kedua adalah bagaimana meningkatkan porsi penggunaan energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, air, dan sumber energi baru lainnya seperti hidrogen dan amonia, di tengah dominasi pembangkit listrik berbasis batu bara.

Baca juga: Desa wisata hijau datangkan turis berkualitas
Baca juga: PLN NTB wujudkan program ramah lingkungan dan nol emisi karbon

Eniya mengatakan Indonesia telah menetapkan target untuk mencapai kapasitas terpasang energi terbarukan sebesar 367 gigawatt (GW) pada 2060.

Tenaga surya akan menjadi kontributor terbesar dengan target kapasitas terpasang mencapai 115 GW, diikuti oleh tenaga air 46 GW, dan pembangkit listrik tenaga angin sebesar 37 GW.

“Sehingga tidak akan ada pembangkit listrik tenaga batu bara lagi setelah 2030,” katanya.

Meski target telah ditetapkan, Eniya menyebut implementasinya tidak mudah. Salah satu tantangan utama adalah menjaga stabilitas jaringan listrik.

Peningkatan penggunaan energi terbarukan yang bersifat fluktuatif, seperti tenaga surya dan angin, memerlukan sistem jaringan yang lebih fleksibel dan andal. Untuk mengatasi ini, diperlukan investasi dalam teknologi penyimpanan energi, seperti baterai, serta pengembangan sistem jaringan pintar, katanya.

Baca juga: OIKN: Model IKN capai nol emisi karbon dapat jadi contoh kota lain di Indonesia

“Di Indonesia bagian timur, banyak daerah yang belum memiliki jaringan listrik. Oleh karena itu, baterai menjadi solusi yang sangat penting untuk menyediakan listrik sehingga kita perlu membangun sistem jaringan pintar, termasuk baterai,” ujarnya.

Eniya mengatakan kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia saat ini adalah 91 gigawatt. Dominasi sumber energi fosil, terutama batu bara, masih sangat besar.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, realisasi kapasitas terpasang pembangkit listrik energi terbarukan pada 2023 mencapai 13.155 MW atau 13,16 GW.

Realisasi pemanfaatan energi terbarukan didominasi oleh PLTA sebesar 6.784 MW, bioenergi 3.195 MW, panas bumi 2.417 MW, sementara realisasi pemanfaatan energi surya mencapai 573 MW.

Berdasarkan data Dewan Energi Nasional (DEN), persentase bauran energi pada 2023 masih didominasi batu bara (40,46 persen), minyak bumi (30,18 persen), gas bumi (16,28 persen), sedangkan EBT 13,09 persen.

Pewarta: Shofi Ayudiana

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024