Chicago (Antara/Xinhua/Antara Megapolitan-Bogor) - Kontrak emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange naik ke tertinggi hampir dua minggu pada Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah data penjualan ritel dan inflasi memicu kekhawatiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi mungkin tidak mendukung kenaikan suku bunga lagi tahun ini.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus, naik 10,2 dolar AS atau 0,84 persen, menjadi menetap di 1.227,50 dolar AS per ounce.

Lonjakan harga emas terjadi setelah sebuah laporan mengenai harga konsumen pada Jumat (14/7) menunjukkan bahwa inflasi pada Juni datar, sebuah tanda bahwa harga konsumen mengalami kesulitan untuk mempertahankan momentum kenaikannya.

Angka yang lebih lemah dari perkiraan untuk penjualan ritel pada Juni, yang turun 0,2 persen, juga memberi tanda pelemahan.

Para analis pasar mengatakan kurangnya pengeluaran dari para pembeli AS, membuat sulit untuk membayangkan inflasi mendekati target The Fed sebesar dua persen.

Ketua Fed Janet Yellen pada Rabu (12/7) telah menegaskan kembali pandangannya untuk kenaikan suku bunga acuan secara bertahap, memberi emas sebuah dorongan yang moderat.

Kenaikan suku bunga riil menurunkan daya tarik kepemilikan emas, karena logam tidak memberikan imbal hasil, dan memikat para investor untuk diputar menjadi aset-aset berisiko seperti saham.

Sedangkan untuk logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September bertambah 24,2 sen atau 1,54 persen, menjadi ditutup pada 15,933 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik 16,40 dolar AS atau 1,81 persen menjadi berakhir di 923,5 dolar AS per ounce.

Penerjemah: A. Suhendar.

Pewarta:

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017