Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta W. Kamdani menyatakan sulitnya akses keuangan dan modal merupakan tantangan utama bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam mengembangkan usahanya.
“UMKM menghadapi tantangan signifikan yang mempengaruhi daya saing dan pertumbuhan mereka,” katanya dalam Rapat Kerja dan Koordinasi Nasional (Rakornas) APINDO di Surabaya, Jawa Timur, Rabu.
Selain persoalan akses keuangan dan modal yang berdasarkan survei terbaru APINDO menjadi tantangan utama yakni bagi 51 persen UMKM ternyata akses pasar, pemasaran, dan promosi turut menjadi kendala bagi pelaku usaha yaitu sebanyak 35 persen.
Baca juga: Apindo Kabupaten Sukabumi nilai Tapera bukan solusi untuk pegawai
Selanjutnya tantangan lain yang juga dihadapi oleh UMKM adalah akses ke bahan baku, alat produksi, dan teknologi yaitu sebesar 9 persen serta adanya regulasi yang kompleks serta keterbatasan keterampilan yaitu sebesar 5 persen.
Shinta menegaskan beragam tantangan tersebut harus mampu segera diatasi lantaran UMKM telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional karena mampu membantu menyerap 96,6 persen tenaga kerja.
Menurutnya, apabila permasalahan itu tidak diselesaikan maka UMKM berpotensi menghadapi tantangan yang semakin signifikan sehingga mempengaruhi daya saing dan pertumbuhan mereka.
Oleh sebab itu, APINDO berkomitmen untuk mendorong transformasi sektor ini melalui Roadmap Bidang UMKM yang mencakup pembentukan satgas khusus, pengadaan pendanaan, peningkatan kemudahan berusaha, serta fasilitasi akses dan informasi pasar.
Baca juga: Apindo Bekasi: Komunikasi jadi kunci bangun Hubungan Industrial Pancasila
Tak hanya itu, Shinta mengatakan pihaknya juga berfokus pada penguatan basis data UMKM dan memastikan praktik berkelanjutan melalui program UMKM Inklusif dan Lestari sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya saing UMKM.
“Pada akhirnya akan menjadikan mereka lebih adaptif terhadap tantangan global serta berkontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya.
Ketua DPP APINDO Jawa Timur Eddy Widjanarko menambahkan, kekuatan UMKM tidak dapat dipisahkan dari peran APINDO mengingat banyak anggota di berbagai daerah masih bergerak di sektor Small Medium Enterprise (SME).
“Mereka yang juga anggota kami ini menjadi tulang punggung ekonomi lokal,” ujar Eddy.
Baca juga: Rakernas I KSPSI, Kadin dan APINDO dorong buruh utamakan negosiasi dan perkuat kolaborasi
Sebagai contoh, terdapat anggota APINDO di Banyuwangi dan Jember yang berhasil mengekspor produk seperti manggis, okra, dan edamame sehingga mereka mampu mengakomodir petani lokal.
“Ini bukti bahwa APINDO berkomitmen untuk mengembangkan UMKM menjadi Industri Kecil Menengah (IKM) dan seterusnya. Di sini ada potensi yang sangat besar yang perlu kita kembangkan," kata Eddy.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
“UMKM menghadapi tantangan signifikan yang mempengaruhi daya saing dan pertumbuhan mereka,” katanya dalam Rapat Kerja dan Koordinasi Nasional (Rakornas) APINDO di Surabaya, Jawa Timur, Rabu.
Selain persoalan akses keuangan dan modal yang berdasarkan survei terbaru APINDO menjadi tantangan utama yakni bagi 51 persen UMKM ternyata akses pasar, pemasaran, dan promosi turut menjadi kendala bagi pelaku usaha yaitu sebanyak 35 persen.
Baca juga: Apindo Kabupaten Sukabumi nilai Tapera bukan solusi untuk pegawai
Selanjutnya tantangan lain yang juga dihadapi oleh UMKM adalah akses ke bahan baku, alat produksi, dan teknologi yaitu sebesar 9 persen serta adanya regulasi yang kompleks serta keterbatasan keterampilan yaitu sebesar 5 persen.
Shinta menegaskan beragam tantangan tersebut harus mampu segera diatasi lantaran UMKM telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional karena mampu membantu menyerap 96,6 persen tenaga kerja.
Menurutnya, apabila permasalahan itu tidak diselesaikan maka UMKM berpotensi menghadapi tantangan yang semakin signifikan sehingga mempengaruhi daya saing dan pertumbuhan mereka.
Oleh sebab itu, APINDO berkomitmen untuk mendorong transformasi sektor ini melalui Roadmap Bidang UMKM yang mencakup pembentukan satgas khusus, pengadaan pendanaan, peningkatan kemudahan berusaha, serta fasilitasi akses dan informasi pasar.
Baca juga: Apindo Bekasi: Komunikasi jadi kunci bangun Hubungan Industrial Pancasila
Tak hanya itu, Shinta mengatakan pihaknya juga berfokus pada penguatan basis data UMKM dan memastikan praktik berkelanjutan melalui program UMKM Inklusif dan Lestari sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya saing UMKM.
“Pada akhirnya akan menjadikan mereka lebih adaptif terhadap tantangan global serta berkontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya.
Ketua DPP APINDO Jawa Timur Eddy Widjanarko menambahkan, kekuatan UMKM tidak dapat dipisahkan dari peran APINDO mengingat banyak anggota di berbagai daerah masih bergerak di sektor Small Medium Enterprise (SME).
“Mereka yang juga anggota kami ini menjadi tulang punggung ekonomi lokal,” ujar Eddy.
Baca juga: Rakernas I KSPSI, Kadin dan APINDO dorong buruh utamakan negosiasi dan perkuat kolaborasi
Sebagai contoh, terdapat anggota APINDO di Banyuwangi dan Jember yang berhasil mengekspor produk seperti manggis, okra, dan edamame sehingga mereka mampu mengakomodir petani lokal.
“Ini bukti bahwa APINDO berkomitmen untuk mengembangkan UMKM menjadi Industri Kecil Menengah (IKM) dan seterusnya. Di sini ada potensi yang sangat besar yang perlu kita kembangkan," kata Eddy.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024