Indonesia dewasa ini menemui suatu krisis pada sektor pertanian. Anak-anak muda lebih suka mencari pekerjaan di kota sedangkan lapangan pekerjaan terbatas. Lahan pertanian di desa atau di daerah terbuka lebar untuk dimanfaatkan. 

Sumberdaya manusia (SDM) yang ada tidak bisa memanfaatkan sektor pertanian apabila SDM tersebut tidak paham mengenai pertanian.

Pengetahuan sempit tentang pertanian yang dimiliki oleh pemuda kini menjadi salah satu alasan yang memicu keengganan mereka untuk berkecimpung langsung dalam bidang pertanian. Sedangkan sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia.

Arti pertanian sesungguhnya sangatlah luas, bukan hanya persoalan ladang dan kebun saja. Pertanian dalam arti luas mencakup berbagai aspek yaitu pertanian budidaya tanaman, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan, serta kehutanan. 

Selain itu pertanian juga bukan hanya tentang memproduksi komoditi pertanian tetapi juga mempelajari berbagai bidang penunjang pertanian seperti teknologi, sains, ekonomi, sosial budaya sampai politik yang berkaitan dengan pertanian itu sendiri. 

Hal ini lebih dikenal dengan istilah pertanian on farm dan off farm. Pertanian on farm meliputi kegiatan pertanian di lapangan dan pertanian off farm yang meliputi kegiatan pascapanen dan segala kegiatan penunjang pertanian.

Sebagai negara agraris dan maritim, penting bagi Indonesia untuk membangun pemahaman dan pola pikir yang kuat kepada bangsa dan generasi mudanya tentang pertanian dalam arti luas (Mubyarto 1983). 

Melihat akan pentingnya hal itu, Lutfi Ilham Pradipta (Lutfi) dan empat rekannya yang berasal dari kampus pertanian satu-satunya di Indonesia melakukan sebuah gerakan edukasi yang difokuskan pada anak-anak Sekolah Dasar (SD). 

"Masa anak-anak adalah masa yang baik untuk penanaman nilai-nilai dan pengetahuan dasar," ujar
Lutfi.

Gerakan edukasi yang digagas mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) fokus pada budidaya jamur. Edukasi Pertanian on Farm dan off Farm Berbasis Budidaya Jamur untuk Anak-Anak lebih dikenal dengan sebutan Edujam. 

Alasan pemilihan jamur sebagai komoditas yang digunakan dalam gerakan edukasi ini dikarenakan jamur mudah dirawat dan cepat dipanen. 

Hal ini dirasa tepat oleh Lutfi dan tim untuk mengenalkan pertanian on farm dan off farm kepada anak-anak. Masa panen yang tidak lama membuat anak-anak akan cepat mengetahui dan paham bagaimana pertanian off farm.

Dalam Edujam, anak-anak tidak hanya diajarkan mengenai proses menanam jamur serta budidayanya. Mereka juga akan dibimbing mengenai pengolahan pasca panen mulai dari membuat produk sampai ke pemasaran secara sederhana terlebih dahulu. 

Masa panen jamur seperti jamur yang cukup singkat yaitu sekira dua minggu sehingga sangat sesuai untuk dijadikan miniatur kegiatan pertanian bagi anak-anak.

Kegiatan Edujam ini dilakukan di sebuah Sekolah Dasar (SD) yang ada di daerah Bogor yaitu SD 01 Cilubang. SD 01 Cilubang dipilih sebagai lokasi gerakan Edujam karena di daerah Cilubang sendiri banyak warganya yang bekerja di bidang gergaji kayu. 

Serbuk sisa kayu yang dipotong merupakan bahan utama dalam pembuatan media tanam jamur. Sehingga hal ini dinilai sebagai bentuk pengotpimalan sumberdaya dalam program Edujam. Rencana selanjutnya yang sedang dirancang oleh Lutfi dan tim adalah ingin membuatkan rumah jamur permanen.(KHO/NM)

Pewarta: Humas IPB

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017