Penggunaan xylitol sebagai gula ramah gigi merupakan salah satu solusi dalam menjaga dan merawat kesehatan gigi. Xylitol disebut juga sebagai pemanis alamiah yang tingkat kemanisannya setara sukrosa.
Inovasi yang digagas lima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi solusi untuk penanganan limbah pelepah daun kelapa sawit yang jumlahnya sangat banyak.
Data Ditjen Perkebunan tahun 2014, dalam beberapa tahun terakhir luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus meningkat dari 8.385.394 hektare pada 2010 menjadi 10.465.020 hektar.
Bertambahnya luas perkebunan kelapa sawit menuntut pengembangan inovasi produk turunan kelapa sawit yang semakin tinggi. Pengembangan kelapa sawit juga berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh perkembangan investasi, output dan devisa. Namun, semakin bertambahnya luas
lahan tersebut juga mengakibatkan semakin banyaknya limbah pelepah daun kelapa sawit yang terbuang.
"Dengan munculnya inovasi pemanfaatan petiol pelepah sawit untuk memproduksi xylitol sebagai anti karies gigi, maka dapat mengatasi permasalahan limbah yang terjadi pada perkebunan kelapa sawit," kata Hikam Waakito Adi, pembuat ide inovatif xylitol dari petiol pelepah sawit.
Ia mengatakan, melalui inovatif itu nantinya akan menghasilkan produk gula ramah (anti karies) gigi dan juga bersifat ramah lingkungan, karena dapat mengurangi limbah pelepah kelapa sawit yang ada.
"Xylitol sangat cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus, karena memiliki indeks glikemik rendah," ujarnya.
Dijelaskannya, kesadaran menjaga gigi di Indonesia memiliki tren positif, masyarakat sudah menyadari akan kesehatan gigi.
Mengingat pentingnya kesehatan gigi, karena itu perlu melakukan perawatan kesehatan gigi agar terhindar dari gangguan atau infeksi pada gigi. Jenis penyakit yang umumnya menginfeksi gigi adalah karies.
Karies merupakan suatu proses demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi antara mikroorganisme, saliva, email gigi dan bagian-bagian yang tertinggal. Kemudian akan diikuti kerusakan jaringan keras pada gigi kemudian terjadi kerusakan bahan organiknya.
Menurut penelitian, penggunaan xylitol sebanyak 5-10 gram per hari dapat menurunkan risiko karies sebesar 82 persen. Namun, selama ini kebutuhan xylitol di Indonesia dipasok dari mengimpor di negara lain seperti Amerika Serikat, Cina, India, Jepang dan negara-negara di Eropa.
Hal tersebut membuktikan bahwa kebutuhan xylitol di Indonesia cukup tinggi. Petiol pelepah sawit dapat dijadikan alternatif karena mengandung nutrisi protein, lemak dan hemiselulosa.
Hemiselulosa yang melimpah dan banyaknya limbah petiol pelepah sawit menjadikannya potensial untuk diolah menjadi xylitol melalui proses hidrolisis dan fermentasi.
Hikam mengungkapkan, jika dalam penelitian ini nantinya terbukti dapat diproduksi xylitol, informasi ini dapat menjadi dasar pemikiran untuk membuat xylitol sebagai gula ramah gigi. Selain itu juga akan mampu mengurangi jumlah limbah pentiol pelepah sawit serta menghasilkan produk yang bernilai guna tinggi. (at/nm)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017