Bogor (Antara Megapolitan) - Profesi nelayan di Indonesia masih menjadi profesi yang dibutuhkan seiring permintaan ikan segar yang terus-menerus dari masyarakat. Indonesia yang memiliki potensi hasil laut yang besar belum diikuti oleh kesejahteraan nelayan sebagai agen pencari hasil laut.

Sekelompok mahasiswa IPB menemukan sebuah fakta bahwa harga ikan yang dibeli dari nelayan masih jauh di bawah rata-rata harga ikan di pasaran. Kebanyakan nelayan di Desa Cibareno, Kabupaten Lebak, Banten menjual hasil tangkapan lautnya ke tengkulak yang selalu menunggu para nelayan di dermaga setelah mereka pulang melaut.

''Jika bisa kita jualkan hasil ikan dari nelayan langsung ke pembeli maka pendapatan nelayan akan meningkat dari sebelumnya,'' ujar Udik Fajar selaku ketua tim.

Hal tersebut terjadi karena harga pasar jauh lebih tinggi dari harga yang ditentukan oleh tengkulak. Tengkulak adalah seorang atau sekelompok orang yang menampung berbagai hasil laut untuk kemudian menjualnya kembali.

Harga beli hasil laut yang murah dari nelayan dan lebih mahal ketika dijual ke konsumen terjadi karena tengkulak ikut mengambil keuntungan serta perhitungan berbagai fasilitas penjualan.

Jika dapat memotong rantai penjualan dari tengkulak ini, pendapatan hasil penjualan lebih tinggi akan dinikmati oleh nelayan dan profesi nelayan semakin menggairahkan.

Melalui PKM Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M), Udik Fajar beserta timnya yaitu Alifah Fairuz, Anggi Nofian ratiwi, Novi Ariska, dan Adnan Tagor Harahap menggagas cara untuk memutus rantai panjang pemasaran ikan dengan menggunakan sistem 'increase profit fisherman' (i-profish).

Sistem tersebut memungkinkan nelayan menjual hasil laut yang didapatnya secara online kepada konsumen. Warga Desa Cibareno yang telah mengenal situs jejaring sosial 'Facebook' ini dibimbing untuk memanfaatkan situs tersebut sebagai sarana penjualan. Media sosial tersebut juga telah umum digunakan berbagai kalangan masyarakat di Indonesia termasuk untuk urusan jual-beli.

Secara operasional media sosial yang digunakan dikelola oleh seorang administrator yang melakukan pemasaran ikan dari nelayan Desa Cibareno. Konsumen yang mengunjungi halaman media sosial dapat melihat foto hasil tangkapan, data waktu penangkapa, lokasi penagkapan, jumlah ikan tangkapan, perkiraan waktu simpan ikan, harga barang, dan dapat memesan langsung.

Untuk mencapai target yaitu berjalannya sistem penjualan langsung menggunakan sistem online, tim PKM-M telah melakukan beberapa rangkaian program diantaranya observasi lapang, sosialisasi, dan inisisasi implementasi ke kelompok nelayan.

Selain itu tim i-profish juga memberikan pelatihan pengolahan hasil laut kepada istri-istri nelayan di Desa Cibareno.

Pelatihan tersebut dimaksudkan agar nelayan memiliki alternatif pengolahan ikan apabila tidak bisa menjual semua hasil laut yang didapatkan dengan olahan bernilai ekonomi tinggi seperti abon ikan.

Dalam pelaksanaan PKM-M yang telah berlangsung sejak Maret 2017 ini selain pada kelompok nelayan sasaran, tim melakukan pendekatan juga kepada perangkat desa, istri-istri nelayan, dan kedepannya dapat bekerja sama dengan Dinas Perikanan setempat.

Harapan akan adanya PKM-M ini yaitu dukungan Pemerintah terhadap kegiatan serupa untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan. Ikan yang dijual oleh nelayan dapat terjual dengan harga lebih tinggi dari harga tengkulak dan tentunya peningkatan partisipasi nelayan akan program ini. (EAW/NM).

Pewarta:

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017