Jakarta (Antara Megapolitan) - Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI) Andy Azisi Amin menyatakan bahwa penyebab keadilan ekonomi di Indonesia belum bisa terwujud, salah satunya karena jumlah wirausaha muda di Indonesia masih sangat sedikit.
"Jadi, kita membutuhkan generasi muda yang bisa terjun dalam kegiatan wirausaha ini lebih banyak," katanya pada pada Pesantren Kilat (Sanlat) Kebangsaan 2017 di Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PPPON) Kemenpora di Cibubur, Jakarta Timur, Selasa petang.
Sanlat Kebangsaan yang diselenggarakan oleh PPPON Kemepora bekerja sama dengan Yayasan At-Tawassuth, dan LKBN Antara Biro Utama Penyangga Jakarta sebagai "Media Partner" itu juga didukung sejumlah mitra di antaranya, Indocement, Taman Safari Indonesia (TSI), Unitex, Alfamart, PCNU Kota Bogor, APRIL, Indofood.
Dalam Sanlat bertema "Melalui Pesantren Kilat Pemuda Kota Kokohkan Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa", ia memaparkan bahwa keadilan ekonomi saat ini memang sangat timpang.
Ia merujuk data BPS di mana 92 persen kekayaan nasional dikuasai satu persen pengusaha besar.
Menurut dia kalau Indonesia ingin maju, maka membutuhkan keadilan ekonomi dan hukum sehingga NKRI menjadi adil dan makmur.
"Syarat untuk keadilan sosial adalah ekonomi karena ekonomi adalah kebutuhan mendasar," kata dosen Fakultas Ekonomi UI itu.
Ditegaskannya bahwa semua anak bangsa harus belajar sejarah ekonomi untuk memperbaiki masa yang akan datang, dan bukan hanya meratapinya.
"Jadi kita belajar sejarah bukan untuk menyalahkan tetapi memperbaiki sejarah masa lalu agar lebih baik,"
katanya.
Ia mengidentifikasi sekurangnya ada dua hal yang membuat keadilan ekonomi tidak berhasil, yakni pertama penegakan hukum lemah, dan kedua kualitas sumber daya manusia untuk terciptanya keadilan ekonomi .
Namun, ditekannya bahwa untuk mencapai itu tidak harus harus melalu jenjang pendidikan formal semata.
"Tetapi kita bisa menciptakan sumber daya manusia melalui pendidikan kemampuan diri dengan memberikan
pendidikan keahlian kemampuan diri yang bersertifikat," katanya.
Kepada 150 peserta sanlat dari unsur mahasiswa, pelajar, pesantren, anak muda pelaku UMKM, dan organisasi kepemudaan dari berbagai daerah di Tanah Air, ia mengatakan bahwa jika generasi muda ingin meningkatkan keahlian diri, maka harus berinteraksi dengan orang yang memiliki keahlian yang lebih tinggi.
Ia menyebut wirausaha dapat berhasil dengan tiga faktor utama, yakni kemampuan (skill), akses pasar, dan jaringan.
"Kalau tiga hal sudah dimiliki seorang wirausaha maka usahanya akan berhasil," katanya.
Dikemukakannya bahwa problematika saat ini yang dihadapi umat Muslim adalah tidak banyak yang berwirausaha.
"Padahal wirausaha adalah profesi yang paling baik, sama seperti profesi Nabi Muhammad SAW yang sebagai
pedagang, bahkan delapan dari 10 rezeki yang banyak itu datang dari perdagangan," katanya.
Ada lima kunci sukses wirausaha, yakni pertama, seseorang itu mau sukses tidak, kedua: sukses motivasi, ketiga: sukses target, keempat: sukses penjualan, kelima: sukses mencari pembeli, demikian Andy Azisi Amin.
Pesantren Kilat Kebangsaan yang telah dibuka oleh Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, Kemenpora, Faisal Abdullah itu berlangsung selama empat hari (11-14/6)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Jadi, kita membutuhkan generasi muda yang bisa terjun dalam kegiatan wirausaha ini lebih banyak," katanya pada pada Pesantren Kilat (Sanlat) Kebangsaan 2017 di Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PPPON) Kemenpora di Cibubur, Jakarta Timur, Selasa petang.
Sanlat Kebangsaan yang diselenggarakan oleh PPPON Kemepora bekerja sama dengan Yayasan At-Tawassuth, dan LKBN Antara Biro Utama Penyangga Jakarta sebagai "Media Partner" itu juga didukung sejumlah mitra di antaranya, Indocement, Taman Safari Indonesia (TSI), Unitex, Alfamart, PCNU Kota Bogor, APRIL, Indofood.
Dalam Sanlat bertema "Melalui Pesantren Kilat Pemuda Kota Kokohkan Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa", ia memaparkan bahwa keadilan ekonomi saat ini memang sangat timpang.
Ia merujuk data BPS di mana 92 persen kekayaan nasional dikuasai satu persen pengusaha besar.
Menurut dia kalau Indonesia ingin maju, maka membutuhkan keadilan ekonomi dan hukum sehingga NKRI menjadi adil dan makmur.
"Syarat untuk keadilan sosial adalah ekonomi karena ekonomi adalah kebutuhan mendasar," kata dosen Fakultas Ekonomi UI itu.
Ditegaskannya bahwa semua anak bangsa harus belajar sejarah ekonomi untuk memperbaiki masa yang akan datang, dan bukan hanya meratapinya.
"Jadi kita belajar sejarah bukan untuk menyalahkan tetapi memperbaiki sejarah masa lalu agar lebih baik,"
katanya.
Ia mengidentifikasi sekurangnya ada dua hal yang membuat keadilan ekonomi tidak berhasil, yakni pertama penegakan hukum lemah, dan kedua kualitas sumber daya manusia untuk terciptanya keadilan ekonomi .
Namun, ditekannya bahwa untuk mencapai itu tidak harus harus melalu jenjang pendidikan formal semata.
"Tetapi kita bisa menciptakan sumber daya manusia melalui pendidikan kemampuan diri dengan memberikan
pendidikan keahlian kemampuan diri yang bersertifikat," katanya.
Kepada 150 peserta sanlat dari unsur mahasiswa, pelajar, pesantren, anak muda pelaku UMKM, dan organisasi kepemudaan dari berbagai daerah di Tanah Air, ia mengatakan bahwa jika generasi muda ingin meningkatkan keahlian diri, maka harus berinteraksi dengan orang yang memiliki keahlian yang lebih tinggi.
Ia menyebut wirausaha dapat berhasil dengan tiga faktor utama, yakni kemampuan (skill), akses pasar, dan jaringan.
"Kalau tiga hal sudah dimiliki seorang wirausaha maka usahanya akan berhasil," katanya.
Dikemukakannya bahwa problematika saat ini yang dihadapi umat Muslim adalah tidak banyak yang berwirausaha.
"Padahal wirausaha adalah profesi yang paling baik, sama seperti profesi Nabi Muhammad SAW yang sebagai
pedagang, bahkan delapan dari 10 rezeki yang banyak itu datang dari perdagangan," katanya.
Ada lima kunci sukses wirausaha, yakni pertama, seseorang itu mau sukses tidak, kedua: sukses motivasi, ketiga: sukses target, keempat: sukses penjualan, kelima: sukses mencari pembeli, demikian Andy Azisi Amin.
Pesantren Kilat Kebangsaan yang telah dibuka oleh Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, Kemenpora, Faisal Abdullah itu berlangsung selama empat hari (11-14/6)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017