Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pihaknya telah menyiapkan insentif fiskal dan non-fiskal bagi Sinopec Engineering Group (SEG) yang merupakan perusahaan asal China untuk berinvestasi di sektor petrokimia Indonesia.
Menperin Agus dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, mengatakan, insentif tersebut antara lain yakni pelonggaran peraturan impor tertentu bagi peralatan operasional, pengurangan pajak, serta kemudahan perizinan.
"Kami yakin kerja sama ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan industri kedua negara. Kami berterima kasih kepada SEG karena telah menunjukkan ketertarikan dalam bekerja sama,” ujar dia.
Menperin mengatakan penawaran itu diberikan pihaknya karena portofolio bisnis SEG sudah mendunia, dengan bidang keunggulannya yakni rekayasa teknik, teknologi, dan konstruksi. Sedangkan pada tahun 2023, perusahaan itu menangani hingga 1.043 proyek secara global yang didominasi oleh sektor industri petrokimia.
Ia menjelaskan saat ini, kapasitas produksi industri petrokimia Indonesia mencapai lebih dari 14 juta ton per tahun. Namun, angka itu masih belum mampu memenuhi industri dalam negeri.
Sehingga ia menilai dengan adanya gap antara pasokan dan permintaan produk petrokimia tersebut dapat menjadi peluang investasi bagi SEG untuk membangun sektor petrokimia baru di Tanah Air.
"Kami yakin, apabila bisa berinvestasi dan bekerja bersama dengan mitra di Indonesia, akan menjadi keuntungan juga bagi SEG,” ujar dia.
Lebih lanjut, ia mengatakan, pada Juni 2023, Sinopec meresmikan fasilitas produksi hidrogen ramah lingkungan pertama di Kucha, Xinjiang, China. Pembangkit tersebut terdiri dari pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 300 megawatt (MW), transit listrik, serta elektrolisis hidrogen berkapasitas 20 ribu ton per tahun.
Di saat yang sama, Indonesia juga memiliki fokus pengembangan industri hidrogen, oleh karenanya diharapkan SEG turut bisa menjadi salah satu kontributor utama transisi energi di Tanah Air.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
Menperin Agus dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, mengatakan, insentif tersebut antara lain yakni pelonggaran peraturan impor tertentu bagi peralatan operasional, pengurangan pajak, serta kemudahan perizinan.
"Kami yakin kerja sama ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan industri kedua negara. Kami berterima kasih kepada SEG karena telah menunjukkan ketertarikan dalam bekerja sama,” ujar dia.
Menperin mengatakan penawaran itu diberikan pihaknya karena portofolio bisnis SEG sudah mendunia, dengan bidang keunggulannya yakni rekayasa teknik, teknologi, dan konstruksi. Sedangkan pada tahun 2023, perusahaan itu menangani hingga 1.043 proyek secara global yang didominasi oleh sektor industri petrokimia.
Ia menjelaskan saat ini, kapasitas produksi industri petrokimia Indonesia mencapai lebih dari 14 juta ton per tahun. Namun, angka itu masih belum mampu memenuhi industri dalam negeri.
Sehingga ia menilai dengan adanya gap antara pasokan dan permintaan produk petrokimia tersebut dapat menjadi peluang investasi bagi SEG untuk membangun sektor petrokimia baru di Tanah Air.
"Kami yakin, apabila bisa berinvestasi dan bekerja bersama dengan mitra di Indonesia, akan menjadi keuntungan juga bagi SEG,” ujar dia.
Lebih lanjut, ia mengatakan, pada Juni 2023, Sinopec meresmikan fasilitas produksi hidrogen ramah lingkungan pertama di Kucha, Xinjiang, China. Pembangkit tersebut terdiri dari pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 300 megawatt (MW), transit listrik, serta elektrolisis hidrogen berkapasitas 20 ribu ton per tahun.
Di saat yang sama, Indonesia juga memiliki fokus pengembangan industri hidrogen, oleh karenanya diharapkan SEG turut bisa menjadi salah satu kontributor utama transisi energi di Tanah Air.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024