Penjabat (Pj) Wali Kota Bogor, Jawa Barat, Hery Antasari menyebut angka prevalensi stunting di Kota Bogor menurun dari 18,7 persen pada 2023 menjadi 18,2 persen pada 2024.
Hery di Kota Bogor, Selasa, menyampaikan Kota Bogor merupakan satu dari kabupaten/kota di Jawa Barat yang angka prevalensi stuntingnya menurun.
“Di Kota Bogor masih ada (kasus stunting). Tetapi kita salah satu dari 10 kota di Jawa Barat yang menurun,” ujarnya.
Hery menyebutkan ada standar penilaian dalam menghitung angka stunting yaitu Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang menggunakan metode survei.
“Ada SKI, dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) targetnya 18,8 persen. Kita ada di 18,2 persen, artinya sudah mencapai target, bahkan di atas target,” ucapnya.
Baca juga: Presiden Joko Widodo puji penanganan stunting di Kota Bogor
Baca juga: Pemkot Bogor targetkan penurunan angka stunting hingga 14 persen pada tahun ini
Selain itu, katanya, ada Bulan Penimbangan Bayi dimana dalam standar ini kasus stunting di Kota Bogor berada di angka 2,59 persen.
“Artinya memang ada standar dua pengukuran yang terus kita kawal sama-sama. Ya ini sudah disensus, anggap kita sensus kemudian ini survei,” katanya.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melakukan langkah-langkah antisipasi dalam upaya mencegah dan menurunkan angka stunting di wilayahnya. Mulai dari intervensi, hingga inovasi-inovasi.
Di antaranya, program 'Penting Lur' (Pemerintah Kota Bogor Peduli Stunting Melalui Telur), 'Batagor' (Ibu Anak Tangguh Kota Bogor), Bunda Peduli Stunting, hingga yang baru diluncurkan Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS).
Baca juga: Kota Bogor sukses turunkan angka stunting hingga tersisa 1.849 balita
Menurut dia, dengan adanya program dan inovasi pencegahan dan penurunan stunting ini dapat menggerakkan aparatur sipil negara (ASN) Pemkot Bogor.
“Tahun lalu kita turun secara otomatis, karena kuncinya akses gizi dan pangan ditingkatkan melalui bantuan pangan. Itu kan gerakan sosial juga saya kira,” kata Hery.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024