Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menggencarkan sosialisasi dan membentuk kelompok masyarakat untuk memilah dan mengolah sampah mandiri dari rumah seiring diaktifkannya 36 Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R).
Kepala DLH Cianjur Komarudin di Cianjur, Minggu, mengatakan hal tersebut dilakukan guna mengantisipasi menumpuknya sampah di pinggir jalan protokol atau tempat pembuangan sampah sementara seperti yang terjadi beberapa bulan terakhir.
"Reaktivasi puluhan TPS3R nantinya akan menampung sampah organik yang sudah dipilah dan diolah menjadi kompos oleh masyarakat, sedangkan sampah non-organik dapat dijual langsung masyarakat," katanya.
Baca juga: DLH Cianjur terjunkan 24 truk tangani sampah selama libur Lebaran
Baca juga: Warga buang sampah sembarangan dan tidak tepat waktu di Cianjur dikenai sanksi sosial
Seiring diaktifkan kembali, puluhan TPS3R langsung melakukan pengolahan sampah sehingga harus ditunjang kegiatan masyarakat dalam memilah dan mengolah sampah, dimana kerja sama tersebut dapat menghasilkan sampah organik dalam bentuk kompos yang memiliki nilai jual.
Kompos yang dihasilkan dari halaman rumah kecil cukup dengan membuat biopori atau membuat lubang sampah bagi warga yang memiliki lahan luas, sehingga tidak perlu lagi membeli pupuk untuk bercocok tanam karena sudah dapat diolah dari sampah.
"Kesulitan TPS3R saat ini, selain sampahnya masih bercampur dan biaya operasional yang minim, sehingga kami menyarankan pemerintah desa yang terdapat TPS3R berkoordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) sesuai Permendes bisa menganggarkan untuk pengolahan sampah," katanya.
Baca juga: PMI Cianjur mengajak masyarakat kurangi penggunaan plastik
Agar sosialisasi tepat sasaran, pihaknya melibatkan pemerhati lingkungan dan perguruan tinggi untuk mensosialisasikan pengolahan sampah pada masyarakat, sehingga mereka dapat mengolah sampah secara mandiri dari rumah dengan memilah sampah yang organik dan nonorganik.
"Kami libatkan berbagai kalangan dan pemerhati lingkungan serta kampus saat mahasiswa melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN), dapat membantu mensosialisasikan pengolahan sampah, termasuk memberikan prakarya nyata untuk masyarakat terkait pengolahan sampah," katanya.
Pendampingan dari berbagai kalangan ahli tersebut, lanjutnya, diharapkan dapat membentuk kelompok masyarakat di berbagai kecamatan yang mengolah sampah secara maksimal sehingga penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Mekarsari dapat ditekan setiap harinya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
Kepala DLH Cianjur Komarudin di Cianjur, Minggu, mengatakan hal tersebut dilakukan guna mengantisipasi menumpuknya sampah di pinggir jalan protokol atau tempat pembuangan sampah sementara seperti yang terjadi beberapa bulan terakhir.
"Reaktivasi puluhan TPS3R nantinya akan menampung sampah organik yang sudah dipilah dan diolah menjadi kompos oleh masyarakat, sedangkan sampah non-organik dapat dijual langsung masyarakat," katanya.
Baca juga: DLH Cianjur terjunkan 24 truk tangani sampah selama libur Lebaran
Baca juga: Warga buang sampah sembarangan dan tidak tepat waktu di Cianjur dikenai sanksi sosial
Seiring diaktifkan kembali, puluhan TPS3R langsung melakukan pengolahan sampah sehingga harus ditunjang kegiatan masyarakat dalam memilah dan mengolah sampah, dimana kerja sama tersebut dapat menghasilkan sampah organik dalam bentuk kompos yang memiliki nilai jual.
Kompos yang dihasilkan dari halaman rumah kecil cukup dengan membuat biopori atau membuat lubang sampah bagi warga yang memiliki lahan luas, sehingga tidak perlu lagi membeli pupuk untuk bercocok tanam karena sudah dapat diolah dari sampah.
"Kesulitan TPS3R saat ini, selain sampahnya masih bercampur dan biaya operasional yang minim, sehingga kami menyarankan pemerintah desa yang terdapat TPS3R berkoordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) sesuai Permendes bisa menganggarkan untuk pengolahan sampah," katanya.
Baca juga: PMI Cianjur mengajak masyarakat kurangi penggunaan plastik
Agar sosialisasi tepat sasaran, pihaknya melibatkan pemerhati lingkungan dan perguruan tinggi untuk mensosialisasikan pengolahan sampah pada masyarakat, sehingga mereka dapat mengolah sampah secara mandiri dari rumah dengan memilah sampah yang organik dan nonorganik.
"Kami libatkan berbagai kalangan dan pemerhati lingkungan serta kampus saat mahasiswa melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN), dapat membantu mensosialisasikan pengolahan sampah, termasuk memberikan prakarya nyata untuk masyarakat terkait pengolahan sampah," katanya.
Pendampingan dari berbagai kalangan ahli tersebut, lanjutnya, diharapkan dapat membentuk kelompok masyarakat di berbagai kecamatan yang mengolah sampah secara maksimal sehingga penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Mekarsari dapat ditekan setiap harinya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024