Seorang petani asal Desa Jarak, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, bernama Rinto berhasil mengembangkan bawang merah dari biji bukan dari umbi untuk disemai.

Rinto mengaku awalnya dia mencoba mengembangkan tanaman cabai, namun gagal hingga akhirnya pindah ke bawang merah. Ia mencoba mengembangkannya dari biji bukan dari umbi dengan menggunakan media tanam pot tray dan berhasil.

"Sistemnya dengan pot tray. Sebelumnya disebar di lahan, dicabut dan dipindah. Itu tingkat kematiannya tinggi. Kalau pot tray lebih rendah, sekitar 3 persen," katanya di Kediri, Jumat.

Untuk media tanam, ia menggunakan tanah ayak, cocobit serabut kelapa, bokashi atau pupuk kompos, hingga kapur. Fungsi dari kapur untuk menjaga pH (tingkat keasaman) tanah. Seluruhnya dicampur kemudian ditaruh di pot tray dan diberi biji bawang merah.

Baca juga: Hebat, petani Sukabumi berhasil kembangkan bawang merah kualitas super

Ia mendapatkan biji bawang merah dari perusahaan yang memang mengembangkan biji bawang merah. Kemudian melakukan uji coba dan terus berkembang hingga kini.

Menurut dia, tanam bawang merah dari biji ini lebih murah ketimbang harus membeli umbi. Harga umbi fluktuatif, yang terkadang mahal.

"Kalau umbi harganya fluktuatif, kadang mahal kadang murah. Kalau biji harganya stabil. Umbi bisa kadang Rp30 ribu, bahkan Rp60 ribu per kilogram. Kalau biji harganya antara Rp100 hingga Rp120 per lubangnya," katanya di Kediri, Jumat.

Ia mengatakan, budi daya bawang merah dari biji diklaim juga lebih menguntungkan, karena biaya bisa ditekan sedangkan hasilnya juga lebih banyak. per hektare tanah jika menggunakan biji bisa panen basah sekitar 21 ton dan keringnya 14-15 ton bawang merah, sedangkan yang menggunakan bibit dari umbi hasilnya hanya sekitar 11 ton hingga 12 ton bawang merah kering, sehingga terdapat selisih.

Baca juga: Kementan dorong petani bawang merah beralih gunakan benih biji

Selain itu, dari biji, umbi yang dihasilkan warnanya lebih merah dan ukurannya lebih besar sehingga produk juga bagus. Masa tanam bawang merah dari biji ini sama dengan yang ditanam dari umbi yakni 65 hari siap panen.

Ia mengaku permintaan bibit bawang merah dari biji ini juga terus naik. Jika tahun 2023, permintaan hanya 500 ribu bibit di 2024 ini ada kenaikan cukup drastis. Mulai Januari 2024 hingga Mei 2024, permintaan bibit bawang merah dari biji ini mencapai 7 juta bibit.

Dirinya menyebut, permintaan dari berbagai daerah di Indonesia. Bibit memerlukan waktu sekitar 40 hari setelah disemai baru bisa dikirim ke pelanggan, sehingga harus menunggu antrean.

Ia pun mengaku kewalahan dengan permintaan yang tinggi. Saat ini, dirinya dibantu sekitar 40 pekerja dengan memanfaatkan lahan sekitar 1 hektare. Untuk ke depan, ada rencana menambah lahan lagi untuk area persemaian.

Baca juga: Potensi Bagus, Petani Karawang Beralih Tanam Bawang Merah

Rinto juga menambahkan, lokasi persemaian yang didirikannya juga sering menjadi rujukan baik pemerintah maupun kelompok tani. Ia juga terbuka tentang persemaian tersebut.

Sementara itu, Kabid Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bojonegoro Imam Nurhamid mengaku ia dengan tim sengaja datang untuk melihat langsung lokasi persemaian bawang merah ini.

Ia mengatakan, di Kabupaten Bojonegoro luas lahan bawang merah tidak sampai 5.000 hektare. Para petani selama ini menggunakan umbi untuk bibit, sehingga memerlukan modal yang besar karena harga juga mahal. Namun, dengan bibit dari biji ternyata relatif lebih murah.

"Dua tahun lalu area bawang merah di Bojonegoro turun karena petani untuk beli bibit mahal. Kalau dari biji relatif murah. Nanti kami mengadopsi dari sini," kata Imam.

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024