Dokter anak dari Puskesmas Kramat Jati Jakarta dr. Arifianto, Sp. A (K) mengatakan isu penyakit dengue atau yang lebih dikenal dengan demam berdarah dapat menginfeksi tubuh seseorang berulang kali akibat virus yang ditularkan melalui hewan seperti nyamuk.
“Seingat saya, saya sendiri sudah dua kali kena dengue. (Waktu itu) saya bertanya-tanya kenapa bisa kena lagi,” kata dr. Arifianto, Sp. A (K) dalam talkshow yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Arif menuturkan penyakit dengue yang virusnya ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes Aegypti berbeda dengan penyakit seperti cacar air (varisela) yang bila pasien sudah pernah terinfeksi sekali, potensi untuk tertular berikutnya lebih kecil atau tidak ada sama sekali.
Pada penyakit yang saat ini kasusnya terus meningkat itu, setidaknya satu orang bisa terkena dengue hingga sampai empat kali.
Menurutnya hal tersebut dapat terjadi karena dengue terdiri dari beberapa jenis atau serotipe yakni DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Ia mencontohkan ketika seseorang terkena tipe DEN 1, belum tentu antibodi dalam tubuhnya kuat menghadapi jenis dengue yang lain.
“Ketika kena tipe DEN 1, belum tentu dia kebal varian lainnya, sebaliknya, kalau dia enggak kena DEN 1 bisa jadi DEN 2,3 atau 4,” ujar Arif.
Walau demikian, ia menjelaskan tidak menutup kemungkinan bila seseorang memiliki kekebalan silang terhadap virus dengue. Dalam beberapa kasus seseorang yang kebal terhadap penularan DEN 1 bisa saja juga kebal menghadapi DEN 3.
Namun, Arif menekankan akan lebih baik bagi masyarakat untuk tetap mendapatkan vaksin dengue agar antibodi yang terbentuk di dalam tubuh bisa lebih kuat melindungi diri dari penularan virus.
“Itulah pentingnya vaksin karena kalau dia sakit dan kena tipe misal DEN 2, terus kita enggak punya kekebalan lain, lalu terbentuk antibodi alami, sedangkan dari vaksin bisa dapat kekebalan buat tipe yang lainnya. Jadi sebenarnya kita bisa sakit lagi (kena dengue tapi) dengan tipe yang lain,” ucap Arif.
Sebelumnya, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi pada Kamis (21/3) juga mengatakan bahwa kondisi imunologi seseorang yang sedang teranggu menjadi penyebab tubuh bereaksi lebih parah saat terkena virus dengue.
Sementara terkait dengan risiko kematian akibat dengue, Imran menjelaskan waktunya bergantung dari seberapa cepat pasien mendapatkan penanganan di fasilitas kesehatan terdekat karena dengue tidak memiliki obat yang spesifik layaknya penyakit lain.
“Jadi (obatnya) itu hanya terapi cairan. Cairan yang diberikan juga harus tepat, tidak boleh kurang atau kebanyakan. Karena kalau terlalu banyak nanti akan terjadi endoma paru atau kondisi dimana paru-paru seseorang terisi dengan cairan berlebih tadi,” ujar Imran.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024