Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D. mengukuhkan Prof. Dr. dr. Amiliana Mardiani Soesanto, Sp.JP(K) sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Fakultas Kedokteran (FK) UI.

Prof. Amiliana dikukuhkan sebagai guru besar setelah menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Beban Ganda Masalah Penyakit Jantung Katup di Indonesia: Tantangan dan Strategi ke Depan”.

Dalam pidatonya, Sabtu Prof. Amiliana menyebut bahwa penyakit jantung, dalam hal ini penyakit jantung katup, belum mendapat perhatian yang cukup. Penyakit jantung katup adalah gangguan fungsi salah satu atau lebih katup jantung berupa kebocoran atau penyempitan, atau kombinasi keduanya.  

Manifestasi klinis tersering pada gangguan ini adalah gagal jantung yang berakhir dengan disabilitas, penurunan kualitas hidup, hingga kematian dini.

Baca juga: Guru Besar UI kembangkan vaksin M72 untuk pengobatan TB lebih efektif pada tahun ini

Sebagai pusat rujukan nasional, lebih dari 40 persen kasus jantung katup di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita disebabkan oleh Penyakit Jantung Rematik (PJR) dan hampir 30 persen akibat proses degeneratif pada pasien yang lebih tua. 

Sementara itu, PJR yang merupakan gejala sisa dari Demam Rematik Akut (DRA) pada masa kanak-kanak akan berdampak pada usia dewasa muda, terutama pada perempuan. Hal ini menyebabkan berkurangnya individu produktif yang sehat dan timbulnya masalah maternal.

Kedua jenis penyakit jantung katup pada dua kelompok usia yang berbeda menyebabkan beban ganda bagi masyarakat dan negara. Perbaikan atau penggantian katup secara intervensi bedah maupun nonbedah menyebabkan biaya yang ditanggung negara menjadi sangat tinggi. 

Baca juga: Guru Besar FKUI sebut 385 pasien TB meninggal per hari

Pada pasien usia lanjut, risiko tindakan dan keuntungan klinis harus dipertimbangkan mengingat tingginya risiko pembedahan.

Panduan internasional merekomendasikan intervensi transkateter sebagai alternatif pembedahan untuk mengatasi beberapa kelainan katup. 

Intervensi transkateter adalah prosedur nonbedah tanpa membuka dinding dada dan jantung. Terlepas dari manfaat dan keuntungannya untuk pasien, intervensi transkateter berbiaya sangat tinggi. 

Sementara itu, PJR merupakan penyakit jantung katup yang berawal dari infeksi tenggorok oleh kuman Streptococcus beta hemolyticus grup A yang menimbulkan reaksi inflamasi dan autoimun. 

Baca juga: Guru besar UI: Susuk KB pilihan terbaik metode kontrasepsi

Menurut Prof. Amiliana, hanya sekitar 1-3 persen kasus yang akan menjadi DRA. Penyakit ini bisa dicegah, namun apabila pada pasien DRA tidak dilakukan pengobatan atau pencegahan sekunder yang adekuat, secara perlahan PJR bisa terjadi. Untuk mencegah PJR, perlu dilakukan skrining terhadap kasus yang belum bergejala. 

"Pada akhirnya, diperlukan suatu strategi yang melibatkan komponen masyarakat dan komunitas kesehatan, teknologi dan ilmu kedokteran, serta pemerintah untuk menjawab tantangan masalah penyakit katup di Indonesia. Khusus untuk penanggulangan PJR, masyarakat dan komunitas kesehatan perlu melakukan tindakan promotif, preventif, edukasi, dan deteksi dini," kata Prof. Amilia. 

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024