Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) University Prof Arif Satria mengingatkan pemerintah agar jangan hanya menyanjung agromaritim nusantara saat dalam kondisi krisis.
"Kalau pada saat krisis agromaritim dielu-elukan, menjadi sektor yang menyelamatkan Indonesia. Jangan pada saat krisis dielu-elukan, disanjung-sanjung, setelah itu diabaikan," ungkapnya di sela Reuni Akbar Alumni IPB di Sentul International Convention Center (SICC), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu.
Menurut dia, agromaritim menjadi satu-satunya sektor yang tumbuh positif dalam krisis ekonomi tahun 1997, krisis pemanasan global tahun 2009, dan saat pandemi COVID-19.
Maka, Prof Arif meminta agar pemerintah tegas untuk menjadikan agromaritim sebagai lokomotif pembangunan dan menetapkannya dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang sedang dirumuskan DPR RI.
Baca juga: HA IPB susun buku putih agromaritim untuk Indonesia dan dunia
"Sekarang sedang merumuskan rencana pembangunan jangka panjang, ini yang perlu ditegaskan, di dokumen perencanaan sampai 2045 belum menegaskan," terang Prof Arif.
Ia menilai, pemerintah harus fokus dalam pembangunan sektor agromaritim untuk menjadikan kekuatan Indonesia di masa depan.
"Selama ini dikerjakan semuanya, tanpa fokus kita akan ketinggalan. Fokus pada agromaritim, ini akan menjadi kekuatan kita di masa depan," tuturnya.
Menurut Prof Arif, jika pemerintah tidak mengambil langkah tersebut, maka Indonesia hanya menjadi tempat dibangunnya pabrik-pabrik tanpa ada strategi yang berkualitas melibatkan masyarakat.
Baca juga: IPB tekankan pentingnya integrasi tata ruang laut dan darat atasi krisis ekologi
"Maka kita akan yang kaya, kaya yang miskin, miskin. Kita tidak ingin itu terjadi di 2045," terang Prof Arif.
Ia menyebutkan, pemikiran-pemikiran dan gagasan mengenai agromaritim ini telah ditulis oleh para alumni dan dosen IPB dalam Buku Putih yang akan diluncurkan Minggu (26/11) saat penutupan reuni akbar alumni IPB di SICC, Bogor.
Buku Putih ini nantinya juga diberikan kepada para calon presiden/calon wakil presiden (capres/cawapres) agar dapat dicermati oleh masing-masing kontestan Pemilihan Presiden 2024.
Baca juga: IPB dan Indohun kerja sama penguatan kesehatan global melalui agromaritim
Prof Arif mengaku tetap meyakini bahwa agromaritim menjadi masa depan Indonesia dan berharap pemerintah tidak memaknai hilirisasi hanya pada sektor nikel.
"Jadi itulah yang harus pemerintah jangan tergoda. Nikel oke, tapi bukan segala galanya. Jangan hilirisasi dimaknai hanya nikelisasi. Jadi jangan terjadi pergeseran makna, hilirisasi artinya nikelisasi. Hilirisasi itu harus semua sektor, khususnya sektor agromaritim yang harus didorong," tutupnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
"Kalau pada saat krisis agromaritim dielu-elukan, menjadi sektor yang menyelamatkan Indonesia. Jangan pada saat krisis dielu-elukan, disanjung-sanjung, setelah itu diabaikan," ungkapnya di sela Reuni Akbar Alumni IPB di Sentul International Convention Center (SICC), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu.
Menurut dia, agromaritim menjadi satu-satunya sektor yang tumbuh positif dalam krisis ekonomi tahun 1997, krisis pemanasan global tahun 2009, dan saat pandemi COVID-19.
Maka, Prof Arif meminta agar pemerintah tegas untuk menjadikan agromaritim sebagai lokomotif pembangunan dan menetapkannya dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang sedang dirumuskan DPR RI.
Baca juga: HA IPB susun buku putih agromaritim untuk Indonesia dan dunia
"Sekarang sedang merumuskan rencana pembangunan jangka panjang, ini yang perlu ditegaskan, di dokumen perencanaan sampai 2045 belum menegaskan," terang Prof Arif.
Ia menilai, pemerintah harus fokus dalam pembangunan sektor agromaritim untuk menjadikan kekuatan Indonesia di masa depan.
"Selama ini dikerjakan semuanya, tanpa fokus kita akan ketinggalan. Fokus pada agromaritim, ini akan menjadi kekuatan kita di masa depan," tuturnya.
Menurut Prof Arif, jika pemerintah tidak mengambil langkah tersebut, maka Indonesia hanya menjadi tempat dibangunnya pabrik-pabrik tanpa ada strategi yang berkualitas melibatkan masyarakat.
Baca juga: IPB tekankan pentingnya integrasi tata ruang laut dan darat atasi krisis ekologi
"Maka kita akan yang kaya, kaya yang miskin, miskin. Kita tidak ingin itu terjadi di 2045," terang Prof Arif.
Ia menyebutkan, pemikiran-pemikiran dan gagasan mengenai agromaritim ini telah ditulis oleh para alumni dan dosen IPB dalam Buku Putih yang akan diluncurkan Minggu (26/11) saat penutupan reuni akbar alumni IPB di SICC, Bogor.
Buku Putih ini nantinya juga diberikan kepada para calon presiden/calon wakil presiden (capres/cawapres) agar dapat dicermati oleh masing-masing kontestan Pemilihan Presiden 2024.
Baca juga: IPB dan Indohun kerja sama penguatan kesehatan global melalui agromaritim
Prof Arif mengaku tetap meyakini bahwa agromaritim menjadi masa depan Indonesia dan berharap pemerintah tidak memaknai hilirisasi hanya pada sektor nikel.
"Jadi itulah yang harus pemerintah jangan tergoda. Nikel oke, tapi bukan segala galanya. Jangan hilirisasi dimaknai hanya nikelisasi. Jadi jangan terjadi pergeseran makna, hilirisasi artinya nikelisasi. Hilirisasi itu harus semua sektor, khususnya sektor agromaritim yang harus didorong," tutupnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023