Sukabumi (Antara Megapolitan) - Penyakit busuk atau Phytophthora menyerang tanaman tomat yang berada di lokasi pertanian di Lembah Halimun, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
"Serangan penyakit ini akibat curah hujan yang tinggi, sehingga tanaman tomat mudah terserang berbagai organisme penyerang tanaman (OPT) salah satunya Phytopthora yang ditandai dengan bagian daun dan batang yang cepat busuk," kata salah seorang petani di Lembah Halimun Salabintana, Mulyadi Wiranata di Sukabumi, Senin.
Menurutnya, walauapun serangan penyakit ini belum sporadis merusak tanaman tomat, tetapi 10 persen dari 3.500 batang tomat rusak. Bahkan, hingga kini penyakit tersebut terus menjalar ke tanaman lainnya.
Akibatnya, produksi tomat pun menjadi tidak maksimal atau turun hingga 50 persen, yang biasanya satu batang bisa menghasilkan 2 kilogram, tetapi sekarang hanya paling banyak 1 kilogram saja.
Selain itu, petani pun sulit mengantisipasi penyakit ini karena pada paginya disiram pestisida, namun siang hingga sore turun hujan. Sehingga pengobatannya tidak bisa maksimal.
Dengan kondisi yang seperti ini petani tomat tidak bisa berspekulasi yang tujuannya untuk mengurangi kerugian. Karena untuk penanaman hingga panen, membutuhkan biaya Rp4 ribu/batang dan tidak sebanding dengan harga 1 kilogram tomat yang hanya Rp2.500.
"Jika dalam perhitungan sudah jelas kami merugi akibat serang penyakit dan hama lainnya, minimalnya upaya yang dilakukan petani adalah untuk mengurangi kerugian lebih besar," tambahnya.
Yadi panggilan akrabnya pihaknya tidak bisa menaikan harga tomat secara semena-mena karena harus menyesuaikan dengan harga pasar. Sehingga ia dan rekannya berharap harga tomat di pasar meningkat.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Serangan penyakit ini akibat curah hujan yang tinggi, sehingga tanaman tomat mudah terserang berbagai organisme penyerang tanaman (OPT) salah satunya Phytopthora yang ditandai dengan bagian daun dan batang yang cepat busuk," kata salah seorang petani di Lembah Halimun Salabintana, Mulyadi Wiranata di Sukabumi, Senin.
Menurutnya, walauapun serangan penyakit ini belum sporadis merusak tanaman tomat, tetapi 10 persen dari 3.500 batang tomat rusak. Bahkan, hingga kini penyakit tersebut terus menjalar ke tanaman lainnya.
Akibatnya, produksi tomat pun menjadi tidak maksimal atau turun hingga 50 persen, yang biasanya satu batang bisa menghasilkan 2 kilogram, tetapi sekarang hanya paling banyak 1 kilogram saja.
Selain itu, petani pun sulit mengantisipasi penyakit ini karena pada paginya disiram pestisida, namun siang hingga sore turun hujan. Sehingga pengobatannya tidak bisa maksimal.
Dengan kondisi yang seperti ini petani tomat tidak bisa berspekulasi yang tujuannya untuk mengurangi kerugian. Karena untuk penanaman hingga panen, membutuhkan biaya Rp4 ribu/batang dan tidak sebanding dengan harga 1 kilogram tomat yang hanya Rp2.500.
"Jika dalam perhitungan sudah jelas kami merugi akibat serang penyakit dan hama lainnya, minimalnya upaya yang dilakukan petani adalah untuk mengurangi kerugian lebih besar," tambahnya.
Yadi panggilan akrabnya pihaknya tidak bisa menaikan harga tomat secara semena-mena karena harus menyesuaikan dengan harga pasar. Sehingga ia dan rekannya berharap harga tomat di pasar meningkat.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016