Bekasi (Antara Megapolitan) - Dinas Bangunan dan Permukiman Kota Bekasi, Jawa Barat, menyebutkan hanya 1 persen dari total 2,6 juta penduduknya yang sudah terakses sanitasi layak.

"Ini membuat langkah kami berat untuk mengejar target 100 persen pemenuhan akses sanitasi layak sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019," kata Pelaksana Tugas Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengelolaan Air Limbah Domestik Andrea Sucipto di Bekasi, Selasa.

Di lingkungan permukiman, buruknya akses sanitasi kerap terwujud dengan ketiadaan sarana Mandi, Cuci, Kakus.

"Sekalipun ada, saluran pembuangannya tidak pernah rutin dikuras. Hal yang sama juga terjadi di lingkungan permukiman," katanya.

Pemkot Bekasi, kata dia, justru dinilai sebagai daerah yang memiliki komitmen kuat untuk mengubah keadaan yang ada.

"Berkat komitmen kuat itu juga, Kota Bekasi ditunjuk sebagai satu dari tiga kota di Indonesia -selain Aceh dan Mataram- yang mendapatkan bantuan The Asian Development Bank berupa pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah kawasan pada tahun 2017," katanya.

Pembangunan IPAL kawasan yang ditargetkan pengerjaan fisiknya rampung dalam jangka waktu tiga tahun tersebut didukung ADB sejak perencanaan hingga terealisasi wujudnya.

Selain dari ADB, Kota Bekasi juga mendapatkan pendampingan dari Indonesian Urban Water Sanitation and Hygiene hingga lima tahun ke depan dalam upaya penataan sanitasi wilayah.

Andrea mengatakan, urusan sanitasi yang kini ada di bawah Bidang Perumahan dan Permukiman Dinas Bangunan dan Permukiman Kota Bekasi, ditangani lebih serius dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.

"Untuk wilayah yang serba terbatas lahannya, cara efektif mengatasi persoalan -termasuk sanitasi- ialah dengan pemanfaatan teknologi. Kami punya PROSANTI alias Program Sanitasi Berbasis Teknologi yang saat ini tengah digencarkan," katanya.

Ada dua hal yang menjadi pokok Prosanti, yakni menciptakan pelayanan cepat dan prima berbasis sistem informasi dan peningkatan sarana prasarana sanitasi berbasis teknologi.

Pelayanan berbasis sistem informasi dapat dinikmati warga dengan mengakses aplikasi khusus yang tersedia di `platform` Android, yakni L2T2 Bekasi Kota.

Melalui aplikasi ini, pemesanan layanan sedot tinja dilakukan secara modern, berikut penempatan sarana prasarana yang akan melayaninya.

"Jadi dari aplikasi tersebut, konsumen memesan layanan sedot tinja, nanti operator akan menerjunkan unit ke lokasi. Konsumen mendapat kepastian kapan mobil sedot tinja yang dipesannya tiba. Kepastian juga menyangkut tarif layanan yang langsung masuk ke kas Pemerintah Kota Bekasi karena pembayaran dilakukan secara transfer," katanya.

Sementara terhadap Instalasi Pengolahan Limbah Tinja di area Tempat Pembuangan Akhir Sumur Batu sudah diaplikasikan teknologi dengan sejumlah dukungan mesin.

Dengan demikian, hasil pengolahan limbah tinja menghasilkan sisa air buangan yang sudah aman secara baku mutu ketika dibuang ke sungai dan sering juga dimanfaatkan untuk kebutuhan penyiraman taman-taman kota.

Lumpur hasil olahannya juga bernutrisi tinggi untuk keperluan tanaman.

Pewarta: Andi Firdaus

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016