Depok (Antara Megapolitan) - Universitas Indonesia (UI) Jakarta yang kemudian membangun kampus di Kota Depok, Jawa Barat, menduduki peringkat 325 dunia atau naik 33 poin dari peringkat sebelumnya pada 2015.

UI berhasil mempertahankan posisinya menjadi universitas terbaik di Indonesia selama 5 tahun berturut-turut menurut hasil publikasi tahunan QS University Ranking.

Pemeringkatan ini dilakukan oleh Quacquarelli Symonds (QS) World University Ranking 2016/2017 terhadap 916 Perguruan Tinggi di 81 negara di dunia yang dirilis pada Selasa (6/9) 2016 melalui situs http://www.topuniversities.com.

QS University Ranking merupakan pemeringkatan resmi yang dijadikan acuan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI untuk mengukur kualitas kelembagaan Perguruan Tinggi di Indonesia menuju World Class University.

Peringkat UI ditingkat asia juga meningkat, QS University Ranking mencatat peringkat UI di tingkat Asia mengalami peningkatan yaitu sebanyak 12 poin dalam jajaran top 100 universities se-Asia dengan peringkat ke-67(tahun sebelumnya menduduki peringkat 79) dan tetap menjadi perguruan tinggi terbaik di Indonesia.

Pemeringkatan tersebut dilakukan terhadap lebih dari 350 perguruan tinggi di Asia yang dirilis pada bulan Juni 2016.

Pencapaian Universitas Indonesia merupakan hasil kerja keras segenap sivitas akademika UI. Tahun 2016, UI menggencarkan pelaksanaan konferensi internasional guna memacu pengembangan budaya riset dan inovasi serta meningkatkan jumlah publikasi jurnal ilmiah internasional.

Rektor UI Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met menegaskan mengejar peringkat bukan menjadi tujuan utama melainkan UI berkomitmen meningkatkan mutu pendidikan universitas salah satunya melalui upaya pemenuhan indikator yang digunakan oleh lembaga pemeringkatan bergengsi dunia.

"Kami terus menjaga mutu pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat maka UI turut berkontribusi dalam menghasilkan lulusan unggul yang dapat bermanfaat dalam menyelesaikan permasalahan bangsa," katanya.

Pencapaian ini menunjukkan bahwa institusi pendidikan di Indonesia semakin direkognisi dan diperhitungkan oleh dunia.

Pada 2016, katanya UI menjadi tuan rumah sebanyak 24 Konferensi Internasional yang mengedapankan tema-tema pada riset unggulan di masing-masing fakultas di UI.

Sebagai contoh pada bidang biomedical engineering diantaranya konferensi drug development and delivery, tissue and stem cell engineering, medical treatment technology.

Berikutnya pada bidang ICT seperti konferensi bertemakan big data and information security serta advanced computer science and information system. Sedangkan pada bidang ilmu sosial dan humaniora mengangkat tema tentang human right, new imagination in language dan literatures and art.

Pada perhitungan yang dilakukan oleh tim QS, UI memiliki sejumlah keunggulan pada reputasi lulusan universitas dan reputasi akademik.

Selain itu indikator lain yang berhasil dipenuhi diantaranya terdapat peningkatan signifikan pada publikasi prosiding internasional terindeks Scopus serta kebijakan dan upaya internasionalisasi komunitas mahasiswa maupun tenaga pendidik.

Upaya ini juga sejalan dengan program pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi, riset dan inovasi guna mendukung daya saing bangsa.

Wakil Rektor UI bidang Riset dan Inovasi, Prof. Dr. rer. nat. Rosari Saleh, tren global sekarang, universitas kelas dunia sudah bertransformasi tidak hanya sebagai lembaga pendidikan dan riset, melainkan juga sebagai lembaga enterpreuner.

Lembaga universitas generasi ketiga menjadikan ilmu pengetahuan sebagai bisnis inti dan tujuan utama selain pendidikan dan riset. Untuk bisa bertransformasi menjadi universitas generasi ketiga, sebuah universitas tentu harus memperbaiki kualitas yang ditandai dengan perbaikan peringkatnya.

Dalam jangka pendek, UI ditargetkan memperbaiki peringkat hingga melampaui Universitas Chulalongkorn Thailand, yang pada tahun 2015 berada pada peringkat 253 dunia dan 53 di Asia.

Saat ini, katanya, jumlah dokumen publikasi sangat berpengaruh pada penentuan peringkat suatu universitas. UI akan mendorong mahasiswa dan dosen untuk menulis publikasi yang terindeks. Sebanyak 2.250 publikasi ditargetkan pada 2016 ini.

"Jumlah ini berasal dari 30 persen mahasiswa post graduate dan 30 persen dosen," jelas peraih gelar doktor dari Universitaet Marburg, Jerman yang kerap disapa Oca tersebut.

Menurut Oca, universitas memfasilitasi dosen dan mahasiswa dalam menyusun penelitian dan menerbitkannya dalam bentuk publikasi terindeks di Scopus maupun Web of Science.

Setiap tahun, fakultas menyelenggarakan dua kali konferensi untuk postgraduate dan dua kali konferensi untuk undergraduate. Untuk menciptakan iklim penelitian dan penulisan publikasi di kalangan mahasiswa sedini mungkin.



Vokasi UI

Direktur Program Vokasi Universitas Indonesia Sigit Pranowo Hadiwardoyo mengatakan pendidikan vokasi sangat penting untuk terus dikembangkan karena mampu menjawab langsung persoalan bangsa akan kebutuhan tenaga kerja siap pakai yang berkualitas.

Di sinilah dibutuhkan Pendidikan Vokasi yang secara praktis memastikan peserta didik memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh industri sebagaimana praktik yang sudah lama dilakukan di berbagai negara maju seperti Jerman, Amerika Serikat dan sebagainya.

Pendidikan vokasi tentu saja akan menuai sukses bila melibatkan industri yang ada di suatu wilayah. Kerja sama antara institusi pendidikan dan industri sangat menentukan keberhasilan pemantauan, dan evaluasi serta pembinaan dan koordinasi pelaksanaan jalur, jenjang, dan jenis Pendidikan Tinggi termasuk pendidikan tinggi vokasi di dalamnya.

Sigit yang juga Ketua Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia (FPTVI) yang menjadi mitra pemerintah menjadi alat pemersatu penyelenggara pendidikan tinggi vokasi di Indonesia untuk membangunan kemandirian bangsa melalui penyiapan SDM yang tangguh kreatif inovatif (TKI).

Semua unsur penyelenggara pendidikan tinggi vokasi secara komprehensif dalam mendukung industri manufaktur maupun industri lainnya tanpa membedakan satu sama lain.

Pendidikan vokasi harus berorientasi pada peningkatan partisipasi kewirausahaan masyarakat Indonesia untuk mengausai pasar ASEAN.

Selain itu juga memperkuat ideologi anak didik untuk siap menghadapi liberalisasi dan ekplorasi kapitalis terhadap SDA Indonesia dalam wujud penyiapan tenaga teranpil siap kerja.

Direktur Pembinaan Kelembagaan Pendidikan Tinggi, Totok Prasetyo mengatakan revitalisasi pendidikan vokasi harus dimulai dari perubahan paradigma dan uji sertifikasi untuk para lulusan.

Saat ini ada paradigma yang harus diubah dalam pendidikan kejuruan yang cenderung dipandang sebagai penghasil tenaga buruh kelas rendah.

Jumlah institusi kejuruan yang sedikit ini turut berpengaruh terhadap kualitas tenaga kerja Indonesia. Berdasarkan penelitian pemerintah, daya saing tenaga kerja Indonesia ada di peringkat 29 dibandingkan negara Asia lainnya.

Dekan Humanities and Applied Science, National Yunlin University of Science Technology, Taiwan Mingchang Wu mengatakan keunggulan program pendidikan vokasi di Taiwan ada pada, Program dan Sistem yang komprehensif.

Selain itu Program yang adaptif dan memiliki banyak pilihan, Kerja sama antara industri dan akademik, Output/keluaran yang terukur dan langsung dapat diaplikasikan serta Memiliki banyak penghargaan di luar negeri.

Terdapat tiga kunci pembangunan pendidikan vokasi di Taiwan, yaitu dukungan pemerintah, sistem edukasi yang terstandar dan sesuai dengan kebutuhan industri, serta jurusan yang lebih menekankan kepada iptek dan teknologi.

"Sistem edukasi kami lanjutnya siswa sudah diajak untuk berpikir tentang rencana hidup mereka di tingkat SMP, sehingga tingkat pendaftaran sekolah vokasi di Taiwan cukup tinggi, karena anak-anak muda paham minat dan tujuan hidup mereka," ujar Wu.

Pemerintah juga memberikan dukungan dalam bentuk pendanaan, evaluasi kurikulum setiap 4 tahun sekali, pengembangan inkubasi bisnis, pusat-pusat vokasi regional, serta para pengajar yang mumpuni.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016