Membuka usaha sektor pertambangan merupakan salah satu peluang yang menggiurkan dan diandalkan, karena bisa mengolah sumber daya alam (SDA) untuk kemakmuran rakyat dan mendukung percepatan pembangunan nasional. Namun jika tidak dikelola dan diawasi secara baik bisa menjerat pelakunya ke masalah hukum, tersangkut korupsi, bahkan bekas arealnya bisa menimbulkan potensi bencana alam.

Adanya sejumlah oknum pejabat, pengusaha, kepala daerah yang berurusan dengan masalah hukum, dan juga dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), karena diduga telah melakukan penyalahgunaan soal perizinan dan hal terkait lainnya, agaknya patut menjadi perhatian agar pembangunan sektor ini bisa tepat sasaran sesuai harapan.

Bagi setiap kepala daerah, yang wilayahnya luas dan memiliki potensi pertambangan, tentu sangat mengharapkan agar potensi itu dapat dieksplorasi, lalu dieksploitasi, sehingga sumber daya alam yang ada bisa dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, baik secara lokal maupun nasional.

Berbagai upaya, seperti promosi peluang usaha/bisnis dan investasi selalu dilakukan bahkan digencarkan oleh pemerintah provinsi, kabupaten, kota bahkan nasional untuk menarik penanam modal (investor) di berbagai bidang, termasuk sektor pertambangan.

Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat, Deddy Mizwar misalnya, ketika berbicara pada peresmian sebuah parik baru semen di Citeureup, Kabupaten Bogor, baru-baru ini mengatakan, pihaknya terus mengundang investor untuk menanamkan modal di daerahnya.

Hal itu selain agar lebih mempercepat pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi, juga yang tidak kalah pentingnya lagi adalah terbukanya lapangan kerja baru dan terserapnya tenaga kerja bagi masyarakat di daerahnya.

"Saya mengecek banyak apa tidak pekerja di pabrik semen ini yang dari warga sekitar sini. Rupanya masih banyak," katanya.

Namun dia juga mengingatkan kepada para pengusaha termasuk pengelola industri pertambangan di daerahnya agar benar-benar memperhatikan masalah pengelolaan lingkungan hidup (LH) di lingkungan perusahaannya.

"Masalah lingkungan hidup sangat perlu diperhatikan, agar setelah usaha ini selesai nanti bukan jurtru bencana yang ditimbulkan," kata Deddy Mizwar menegaskan.

Dengan demikian, keberadaan perusahaan bukan hanya mementingkan faktor produksi, tetapi masalah kelangsungan terpeliharanya lingkungan hidup, kerukunan antar-pekerja dan perusahaan juga merupakan hal yang harus dikelola secara baik.

Demikian pula dengan sinergitas dalam pengelolaan dan penyaluran dana kepedulian sosial perusahaan (CSR) juga perlu dikelola secara baik sesuai dengan kebijalan pembangunan daerah, sehingga bisa tercapai sesuai sasaran yang diharapkan.

Pohon Cinta

Tidak dimungkiri, kebanyakan dari usaha sektor pertmbangan selalu membutuhkan areal lahan yang amat luas, dan masa penggarapannya pun memakan waktu puluhan bahkan ratusan tahun, sesuai dengan potensi bahan galian atau tambang yang ada.

Kebanyakan dari kasat mata sering kali terihat di areal pengelolaan atau eks garapan tambang itu pemandangan yang tidak sedap, lingkungan rusak, gersang, semak belukar, kubangan, kolam, kotor, sampah, bau tidak sedap, dan lainnya dan seling kali pula justru menimbulkan pencemaran lingkungan lebih parah.

Namun demikian, ada perusahaan yang memiliki komitmen kuat untuk tetap menjaga kelesatian lingkungan itu, dengan memberdayakan lahan eks-tambang itu menjadi tetap terpelihara dan bermanfaat, melalui berbagai cara, di antaranya adalah dengan cara melakukan penghijauan, reklamasi atau penghutanan kembali.

Sebagai contoh, sejumlah petani mitra kerja/binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa (Tbk) sukses melakukan ujicoba penanaman Pohon Cinta/Philo (Philodendron Bininnatifidium) yang memiliki nilai ekonomis untuk memasok kebutuhan bahan baku pengusaha/perajin bunga di kawasan Jabodetabek.

"Kami sudah mulai melakukan ujicoba penanaman sebagai proyek percontohan di areal sekitar dua hektare sejak November 2015, ternyata hasilnya cukup lumayan," kata petani di Kampung Tegal Panjang, Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Jawa Barat, Toni (67), di Tegal Panjang.

Toni, didampingi Supervisor CSR dari PT Indocement, Hilman Herdiansyah menjelaskan, setelah ditanam selama enam bulan, pohon itu bisa dipanen setiap satu bulan sekali, dengan harga jual bervariasi antara Rp100 sampai dengan Rp200/tangkai daun philo.

Penjualannya juga tidak sulit, karena ada pedagang yang menampung, bahkan ada yang datang langsung membeli di lokasi pertanian.

Hilman, sarjana lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu menjelaskan, pohon Cinta sangat potensial dikembangkan di wilayah Bogor, antara lain karena iklimnya yang relatif sejuk.

Sedangkan areal ujicoba yang ada sekarang masih merupakan sebagian kecil dari areal reklamasi pemulihan pasca-tambang bekas galian bahan baku pabrik semen Tiga Roda, Milik PT Indocement.

Tanaman yang dikembangkan di kawasan budi daya tanaman itu bermacam-macam, mulai dari jati, mahoni, jarak, jambu, sawo, pepaya, pohon cinta, serta aneka buah-buahan dan sayuran, khusus jati sudah mencapai 17.000 batang usia lima sampai enam tahun.

Tentang Penjualan pohon cinta, Toni maupun Hilman mengatakan tidak sulit, karena di kota-kota besar banyak perajin/pengusaha bunga ucapan, rias pengantin, dan pesta-pesta lainnya.

Penjualnnya tidak sulit, karena ada pedagang penampungnya di kawasan Rawa Belong Jakarta. Selain itu ada juga yang datang langsung ke lokasi budi daya.

Cara penanaman pohon cinta, katanya menambahkan, juga tidak begitu sulit, karena hanya dengan jarak antara 20 hingga sekitar 30 cm, atau tidak sampai setengah meter sudah cukup baik.

Penanamannya tidak boleh terlalu jarang, karena kalau terlalu jarang-jarang daunya terlalu besar tidak menghasilkan ukuran tangkai daun yang ideal sesuai permintaan pembeli.

Sebelumnya, sejumlah petani mitra kerja (binaan) PT Indocement Tunggal Prakarsa (Tbk) itu juga mempersiapkan lahan garapan untuk ditanami jagung manis dengan target sudah bisa dipanen menjelang dan saat perayaan tahun baru 2017.

Direktur SDM dan CSR PT Indocement Kuky Permana, didampingi Sekretaris Perusahaan Pigo Pramusakti dan Humasnya Rizky Dini Hari mengatakan, pihaknya berkomitmen tinggi untuk memelihara lingkungan hidup di sekitar pabtik.

"Tidak benar jika pabrik semen itu merusak lingkungan dan boros air, karena nyatanya kawasan pabrik dan pertanian di sekitarnya di areal sekitar 200 hektare bisa terjaga baik," katanya.

Kuky Permana menambahkan, pernah ada tamu dari luar negeri, Malaysia yang berkunjung ke areal pabriknya. Tadinya mereka akan melihat pabrik semen. Ternyata, setelah sampai tidak jadi melihat pabrik semen yang besar-besar itu, mereka malah ingin melihat tanaman jarak budi daya yang dikembankan perusahaan, yang tadinya tidak ada kaitannya dengan soal semen.

Mengolah Sampah

Tidak itu saja, pihak Manajemen PT Indocement Tunggal Prakarsa juga menyatakan sudah lama siap membantu Pemerintah Kota dan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dalam mengolah sampah di dua daerah itu menjadi bahan bakar alternatif pengganti batu bara.

Kuky Permana mengatakan, Bogor bakal banyak sampah. Mau diapakan sampah-sampah yang makin lama makin banyak itu?, dan pihaknya sudah lama siap untuk membantu.

Hal itu mengingat karena pihaknya juga sudah berhasil melakukan proyek percontohan pengolahan sampah dengan teknologi baru sejak tahun 2011.

Pengolahan sampah menggunakan teknologi "Biodrying" itu telah diujocoba dengan sukses oleh Indocement di dua tempat kawasan pabrik, masing-masing berkapasitar 20 ton sampah.

"Melalui teknologi Biodrying itu, antara lain dengan cara sampah ditutup/diselimuti hanya selama 21 hari sudah kering dan tidak berbau," katanya.

Sisa sampah yang sudah diolah itu selanjutnya bisa dimanfatkan untuk bahan bakar alternatif pabrik semen Tiga Roda, sehingga secara bertahap bisa mengurangi penggunaan batu bara untuk bahan bakar pabrik.

Hasil sukses ujicoba pengolahan sampah menggunakan Biodrying itu telah dikomunikasikan dan dipaparkan pula kepada bupati Bogor, bahkan gubernur Jawa Barat.

"Sudah kita paparkan dan foto-fotonya juga sudah kita sampaikan ke ibu bupati Bogor dan Pak gubernur Jawa Barat. Mereka sudah tahu," katanya.

Namun, pihaknya belum tahu pasti kapan akan dimulai pengolahan sampah menggunakan teknologi baru di kawasan Nambo, yang sudah direncanakan sejak tiga tahun lalu dengan investasi sekitar Rp400 Miliar tersebut.

Padahal, jika pengolahan sampah dengan teknologi baru itu bisa terealisasi dengan baik, maka setidaknya masalah sampah dari wilayah Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Kota Depok Jawa Barat dapat teratasi.

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, sebelumnya mengatakan, pihaknya tidak ingin kotanya penuh sampah atau "banjir sampah".

Namun tingginya volume sampah di daerahnya bisa dimaklumi, karena Kota Bogor termasuk salah satu kota tujuan wisata andalan di Indonesia, karena setiap hari libur atau akhir pekan banyak wisatawan yang datang untuk berwisata di sejumlah objek wisata Kota Bogor.

Terkait dengan hal itu pihaknya sudah selalu mengingatkan dan meminta agar pihak instansi terkait di daerahnya untuk bisa mengatasi masalah sampah tersebut dengan baik.

Pewarta: M. Tohamaksun

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016