Sukabumi (Antara Megapolitan) - Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat berada di peringkat enam Indonesia yang merupakan daerah paling rawan terjadi bencana alam mulai dari angin puting beliung, longsor, banjir, gempa bumi hingga tsunami.
"Wilayah Kabupaten Sukabumi yang dikeliling gunung serta memiliki garis pantai yang panjang serta berada di patahan bumi menyebabkan daerah ini sepanjang tahun selalu dilanda bencana," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Irwan Fajar kepada Antara di Sukabumi, Jumat.
Menurutnya, untuk di Indonesia daerah paling rawan bencana di peringkat pertama adalah Garut kemudian Tasikmalaya dan Aceh. Kondisi topografi daerah berbukit dan memiliki tanah yang labil serta dilintasi sungai dan anak sungai sehingga Kabupaten Sukabumi kerap dilanda bencana.
Selain itu, bisa dikatakan daerah ini merupakan gudangnya bencana, karena dari 13 jenis bencana sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana semuanya ada di Kabupaten Sukabumi.
Bencana yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh farktor alam saja, tetapi ada juga yang faktor non-alam serta manusia. Bahkan, sejak Januari hingga November 2016 sudah terjadi sekitar 300 kejadian bencana yang kerugiannya mencapai puluhan miliar rupiah.
"Bencana yang paling besar di Kabupaten Sukabumi terjadi pada November lalu yakni banjir bandang di Kecamatan Cidolog dan Sagaranten yang menyebabkan ratusan rumah dan sarana lainnya terendam. Belum lagi di waktu bersamaan juga terjadi longsor di belasan titik di beberapa kecamatan yang menyebabkan rumah rusak dan jalan raya tertimbun tanah, bahkan belasan jembatan penghubung putus," tambahnya.
Irwan mengatakan untuk meminimalisasikan dampak bencana tersebut pihaknya secara rutin melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan pencegahan di daerah rawan bencana seperti memasang bronjong kawat penahan banjir dan longsor.
Namun, yang paling penting untuk mencegah terjadinya bencana yakni harus "bersahabat" dengan alam. Maksudnya, tidak melakukan aktivitas yang bisa memicu bencana seperti penebangan pohon secara liar, membangun rumah di bantaran sungai, tidak membuang sampah ke sungai, yang intinya harus menjaga alam.
"Bencana bisa datang kapan saja dan tidak terprediksi, untuk itu kami mengimbau kepada warga agar selalu waspada dan menjaga alam khususnya tidak melakukan kegiatan yang bisa menimbulkan bencana," tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Wilayah Kabupaten Sukabumi yang dikeliling gunung serta memiliki garis pantai yang panjang serta berada di patahan bumi menyebabkan daerah ini sepanjang tahun selalu dilanda bencana," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Irwan Fajar kepada Antara di Sukabumi, Jumat.
Menurutnya, untuk di Indonesia daerah paling rawan bencana di peringkat pertama adalah Garut kemudian Tasikmalaya dan Aceh. Kondisi topografi daerah berbukit dan memiliki tanah yang labil serta dilintasi sungai dan anak sungai sehingga Kabupaten Sukabumi kerap dilanda bencana.
Selain itu, bisa dikatakan daerah ini merupakan gudangnya bencana, karena dari 13 jenis bencana sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana semuanya ada di Kabupaten Sukabumi.
Bencana yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh farktor alam saja, tetapi ada juga yang faktor non-alam serta manusia. Bahkan, sejak Januari hingga November 2016 sudah terjadi sekitar 300 kejadian bencana yang kerugiannya mencapai puluhan miliar rupiah.
"Bencana yang paling besar di Kabupaten Sukabumi terjadi pada November lalu yakni banjir bandang di Kecamatan Cidolog dan Sagaranten yang menyebabkan ratusan rumah dan sarana lainnya terendam. Belum lagi di waktu bersamaan juga terjadi longsor di belasan titik di beberapa kecamatan yang menyebabkan rumah rusak dan jalan raya tertimbun tanah, bahkan belasan jembatan penghubung putus," tambahnya.
Irwan mengatakan untuk meminimalisasikan dampak bencana tersebut pihaknya secara rutin melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan pencegahan di daerah rawan bencana seperti memasang bronjong kawat penahan banjir dan longsor.
Namun, yang paling penting untuk mencegah terjadinya bencana yakni harus "bersahabat" dengan alam. Maksudnya, tidak melakukan aktivitas yang bisa memicu bencana seperti penebangan pohon secara liar, membangun rumah di bantaran sungai, tidak membuang sampah ke sungai, yang intinya harus menjaga alam.
"Bencana bisa datang kapan saja dan tidak terprediksi, untuk itu kami mengimbau kepada warga agar selalu waspada dan menjaga alam khususnya tidak melakukan kegiatan yang bisa menimbulkan bencana," tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016