Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyebutkan perlu ada upaya yang lebih keras agar kualitas udara menjadi lebih baik.
“Yang penting hasilnya. Artinya, kebijakan apapun silakan diambil, tapi yang utama itu bagaimana supaya hasilnya (indeks kualitas udara) turun, dan sekarang kita lihat hasilnya belum turun (masih tinggi di angka 170 per Selasa pagi), itu poin pertama,” ujar Tjandra di Jakarta, Selasa (5/9).
Ia menegaskan, pemerintah perlu bekerja keras untuk menganalisa penyebab utama polusi udara di Jabodetabek, sehingga bisa dilakukan penanggulangan yang tepat.
“Ada polusi akibat ulah manusia atau faktor alam seperti el-nino, cuaca, arus angin, dan lain sebagainya, jadi memang harus dianalisis, faktor alam apa perannya, dan penyebabnya apa. Walaupun sudah diungkapkan beberapa kali, menurut saya harus dikaji secara jelas penyebab utamanya yang mana, dan Jakarta ini kan besar, Jakarta Utara dan Selatan bukan tidak mungkin berbeda (penyebabnya),” kata dia.
Baca juga: IPB University rancang perkuliahan via daring demi kurangi polusi
Ia menuturkan, meski upaya memperbaiki kualitas udara ini sudah dilakukan sekian lama, tetapi angkanya masih belum turun secara bermakna.
“Saya tahu sudah ada beberapa hal yang dilakukan, tetapi kalau dilakukan lebih masif lagi lebih baik, misalnya saya ambil contoh konkret, di beberapa tempat misalnya saat saya di luar negeri, pada saat polusi udara sedang tinggi, pembangunan rumah dihentikan, truk juga tidak boleh masuk kota agar angkanya turun dulu. Penggunaan generator juga tidak boleh yang menggunakan bensin, harus yang menggunakan gas,” ucapnya.
Contoh yang diungkapkan Tjandra membuktikan bahwa analisis penyebab yang tepat bisa menghasilkan intervensi tepat pula sehingga hasilnya lebih terukur.
“Kalau memang penyebabnya industri, harus segera dilakukan langkah konkret, saya kira pemerintah juga sudah mengeluarkan beberapa pernyataan, yang jelas apapun yang dilakukan, angkanya tolong segera diturunkan,” paparnya.
“Yang penting hasilnya. Artinya, kebijakan apapun silakan diambil, tapi yang utama itu bagaimana supaya hasilnya (indeks kualitas udara) turun, dan sekarang kita lihat hasilnya belum turun (masih tinggi di angka 170 per Selasa pagi), itu poin pertama,” ujar Tjandra di Jakarta, Selasa (5/9).
Ia menegaskan, pemerintah perlu bekerja keras untuk menganalisa penyebab utama polusi udara di Jabodetabek, sehingga bisa dilakukan penanggulangan yang tepat.
“Ada polusi akibat ulah manusia atau faktor alam seperti el-nino, cuaca, arus angin, dan lain sebagainya, jadi memang harus dianalisis, faktor alam apa perannya, dan penyebabnya apa. Walaupun sudah diungkapkan beberapa kali, menurut saya harus dikaji secara jelas penyebab utamanya yang mana, dan Jakarta ini kan besar, Jakarta Utara dan Selatan bukan tidak mungkin berbeda (penyebabnya),” kata dia.
Baca juga: IPB University rancang perkuliahan via daring demi kurangi polusi
Ia menuturkan, meski upaya memperbaiki kualitas udara ini sudah dilakukan sekian lama, tetapi angkanya masih belum turun secara bermakna.
“Saya tahu sudah ada beberapa hal yang dilakukan, tetapi kalau dilakukan lebih masif lagi lebih baik, misalnya saya ambil contoh konkret, di beberapa tempat misalnya saat saya di luar negeri, pada saat polusi udara sedang tinggi, pembangunan rumah dihentikan, truk juga tidak boleh masuk kota agar angkanya turun dulu. Penggunaan generator juga tidak boleh yang menggunakan bensin, harus yang menggunakan gas,” ucapnya.
Contoh yang diungkapkan Tjandra membuktikan bahwa analisis penyebab yang tepat bisa menghasilkan intervensi tepat pula sehingga hasilnya lebih terukur.
“Kalau memang penyebabnya industri, harus segera dilakukan langkah konkret, saya kira pemerintah juga sudah mengeluarkan beberapa pernyataan, yang jelas apapun yang dilakukan, angkanya tolong segera diturunkan,” paparnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023