Jakarta (Antara Megapolitan) - Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga meminta Baitul Maat wat Tamwil (BMT) atau KSPPS (Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah) melakukan reformasi total untuk meningkatkan daya saingnya.

Menteri Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Puspayoga dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, mengatakan ia menyambut baik langkah Perhimpunan BMT atau KSPPS yang telah melakukan program verifikasi keaktifan anggota.

Hal itu dinilainya sebagai salah satu langkah yang selaras dengan reformasi total koperasi Indonesia.

"Langkah ini ideal untuk menuju BMT berkualitas atau BMT 'go quality', ini sudah sejalan dengan reformasi total koperasi," katanya.

Puspayoga menyambut baik dengan semakin banyaknya BMT yang berkembang bahkan beberapa di antaranya telah mampu membuka cabang di luar negeri.

"Saya malah bangga dengan sedikit koperasi namun berkualitas seperti juga yang ditunjukkan oleh beberapa BMT, dimana ada yang sudah membuka cabang di Singapura, ada yang omsetnya ratusan miliar, ada yang membangun institut BMT dan masih banyak lagi," ujar Puspayoga.

Ia memantau, pertumbuhan BMT di Indonesia cukup menggembirakan dengan jumlah mencapai 4.500 BMG pada 2015 melayani 3,7 juta orang dengan aset mencapai Rp16 triliun dan dikelola 20.000 orang.

Pihaknya mencatat jumlah koperasi di Indonesia mencapai 150.223 unit dengan 1,5 persen di antaranya merupakan BMT/KSPPS.

"Kami optimistis jumlah BMT/KPPS akan berkembang terus demikian juga kualitasnya semakin meningkat," katanya.

Menteri yakin BMT di Indonesia bisa menjadi salah satu motor penggerak ekonomi bangsa sepanjang daya saingnya baik.

Sementara itu Ketua Umum Perhimpunan  BMT Indonesia, Jularso, mengatakan pada 2016 ini pihaknya melakukan verifikasi ulang terhadap anggotanya, dimana dari 550 BMT yang terdaftar, sebanyak 200 BMT di antaranya tidak melakukan registrasi ulang.

Terkait eksistensi BMT, Jularso mengatakan saat ini tantangannya jauh lebih berat baik eksternal maupun internal.

"Program KUR misalnya, di satu sisi itu menggembirakan karena ada akses dana murah, namun di sisi lain juga menjadi masalah, karena perbankan konvensional juga telah masuk ke sektor mikro dimana banyak BMT beroperasi, jelas kami kalah kasta, kalah kelas dibanding bank, karena itu kami minta perlakuan yang fair," katanya.

Menurut dia, salah satu modal yang membuat BMT bertahan adalah, BMT tidak semata-mata memberikan jasa keuangan, namun juga menfasilitasi masalah kesehatan, pendidikan sampai pendalaman masalah kerohanian.

"Maka tak heran jika antara lain anggota kami mampu memberikan wakaf sebesar Rp10 miliar untuk pembangunan BMT Institute di Yogyakarta," katanya.

Beberapa BMT juga terbukti telah berhasil mengembangkan usahanya, misalnya BMT Tumang Boyolali, Jawa Tengah, yang sudah mampu melakukan ekspor ke Amerika Serikat dan asetnya sudah mencapai lebih dari Rp100 miliar. (Ant/BPJ/MTh).
 

Pewarta: Hanni Sofia Soepardi

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016