PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) mencatat realisasi pasokan biomassa untuk bahan baku co-firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mencapai 450.223 ton sepanjang semester I 2023.
Direktur Utama PLN EPI Iwan Agung Firstantara menjelaskan teknologi co-firing yang diterapkan di PLTU mampu menjadi salah satu cara efektif untuk menekan emisi karbon. Apalagi, penggunaan biomassa juga secara bertahap mengurangi porsi penggunaan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit.
"Pengembangan biomassa menjadi sangat penting dalam mencapai target pengurangan emisi. PLN EPI membentuk sistem rantai pasok yang terintegrasi dalam menjamin pasokan biomassa," kata Iwan dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.
Baca juga: PLTU 2 Jabar Palabuhanratu: Pasokan listrik aman saat Lebaran
Co-firing adalah penggunaan bahan bakar substitusi batu bara pada rasio tertentu di pembangkit listrik, dengan bahan biomassa seperti pelet kayu, sampah, cangkang sawit dan serbuk gergaji.
Dalam memastikan pasokan biomassa aman ke PLTU, lanjut Iwan, PLN EPI memastikan di sisi hulu terjamin. Pertama, lewat pengembangan hutan energi. Kedua, bekerja sama dengan pemerintah provinsi dan daerah untuk mengelola sampah kota menjadi Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP).
"Lewat kepastian pasokan, maka kebutuhan biomassa semakin terjamin. Mengingat kebutuhan atas biomassa akan selalu tumbuh dari tahun ke tahun," tegas Iwan.
Hingga Desember 2023, PLN Grup membutuhkan pasokan biomassa untuk co-firing hingga 1,08 juta ton. Realisasi pemenuhan biomassa dari Januari tahun ini terus tumbuh, rata rata di angka 65 ribu ton per bulan.
Baca juga: Indonesia Power olah FABA dari PLTU Suralaya jadi bahan bangunan
Pada Mei lalu, pemenuhan biomassa juga meningkat signifikan hingga realisasi bulanan mencapai 82 ribu ton. Sedangkan khusus untuk bulan Juni realisasi pasokan mencapai 105.386 ton.
Saat ini, 42 PLTU yang dikelola PLN Grup telah menggunakan teknologi co-firing ini. PLN Grup akan terus meningkatkan porsi biomassa di pembangkit hingga 52 PLTU.
Penggunaan biomassa di PLTU, diharapkan mampu menurunkan emisi karbon hingga 429 ribu ton CO2 melalui teknologi co-firing. Hingga tahun 2025 mendatang target dekarbonisasi sebesar 954 ribu ton CO2 bisa tercapai.
Baca juga: PLTU Berau manfaatkan limbah cangkang sawit sebagai bahan bakar
"Kami terus menjaga komitmen rantai pasok energi primer yang andal, dengan menjaga kualitas bahan baku yang optimal serta terus mengedepankan upaya efisiensi rantai pasok. Langkah langkah strategis ini kami upayakan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat sehingga menjadi katalis pendorong pertumbuhan ekonomi," tutup Iwan.
PT PLN Energi Primer Indonesia merupakan Subholding PLN yang didirikan untuk memastikan ketersediaan pasokan suplai energi primer melalui konsolidasi proses pengadaan & logistik, pencarian sumber energi primer serta pengembangan ekosistem yang resilient dan rantai pasok yang kuat.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
Direktur Utama PLN EPI Iwan Agung Firstantara menjelaskan teknologi co-firing yang diterapkan di PLTU mampu menjadi salah satu cara efektif untuk menekan emisi karbon. Apalagi, penggunaan biomassa juga secara bertahap mengurangi porsi penggunaan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit.
"Pengembangan biomassa menjadi sangat penting dalam mencapai target pengurangan emisi. PLN EPI membentuk sistem rantai pasok yang terintegrasi dalam menjamin pasokan biomassa," kata Iwan dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.
Baca juga: PLTU 2 Jabar Palabuhanratu: Pasokan listrik aman saat Lebaran
Co-firing adalah penggunaan bahan bakar substitusi batu bara pada rasio tertentu di pembangkit listrik, dengan bahan biomassa seperti pelet kayu, sampah, cangkang sawit dan serbuk gergaji.
Dalam memastikan pasokan biomassa aman ke PLTU, lanjut Iwan, PLN EPI memastikan di sisi hulu terjamin. Pertama, lewat pengembangan hutan energi. Kedua, bekerja sama dengan pemerintah provinsi dan daerah untuk mengelola sampah kota menjadi Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP).
"Lewat kepastian pasokan, maka kebutuhan biomassa semakin terjamin. Mengingat kebutuhan atas biomassa akan selalu tumbuh dari tahun ke tahun," tegas Iwan.
Hingga Desember 2023, PLN Grup membutuhkan pasokan biomassa untuk co-firing hingga 1,08 juta ton. Realisasi pemenuhan biomassa dari Januari tahun ini terus tumbuh, rata rata di angka 65 ribu ton per bulan.
Baca juga: Indonesia Power olah FABA dari PLTU Suralaya jadi bahan bangunan
Pada Mei lalu, pemenuhan biomassa juga meningkat signifikan hingga realisasi bulanan mencapai 82 ribu ton. Sedangkan khusus untuk bulan Juni realisasi pasokan mencapai 105.386 ton.
Saat ini, 42 PLTU yang dikelola PLN Grup telah menggunakan teknologi co-firing ini. PLN Grup akan terus meningkatkan porsi biomassa di pembangkit hingga 52 PLTU.
Penggunaan biomassa di PLTU, diharapkan mampu menurunkan emisi karbon hingga 429 ribu ton CO2 melalui teknologi co-firing. Hingga tahun 2025 mendatang target dekarbonisasi sebesar 954 ribu ton CO2 bisa tercapai.
Baca juga: PLTU Berau manfaatkan limbah cangkang sawit sebagai bahan bakar
"Kami terus menjaga komitmen rantai pasok energi primer yang andal, dengan menjaga kualitas bahan baku yang optimal serta terus mengedepankan upaya efisiensi rantai pasok. Langkah langkah strategis ini kami upayakan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat sehingga menjadi katalis pendorong pertumbuhan ekonomi," tutup Iwan.
PT PLN Energi Primer Indonesia merupakan Subholding PLN yang didirikan untuk memastikan ketersediaan pasokan suplai energi primer melalui konsolidasi proses pengadaan & logistik, pencarian sumber energi primer serta pengembangan ekosistem yang resilient dan rantai pasok yang kuat.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023