Pemerintah membahas persiapan menghadapi dampak El Nino, fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normalnya di Samudra Pasifik bagian tengah yang dapat menurunkan curah hujan dan memicu kekeringan di wilayah Indonesia.
"Kami bersama Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden, Bapak Menko, dan beberapa menteri membahas tentang antisipasi dan kesiapan dalam menghadapi ancaman El Nino yang diprediksi puncaknya akan terjadi di bulan Agustus-September," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengenai rapat kabinet yang berlangsung di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa.
Dia menyampaikan bahwa El Nino dikhawatirkan mempengaruhi ketersediaan air dan produktivitas tanaman pangan.
Baca juga: Pupuk Kujang: Stok pupuk di Jabar dan Banten menumpuk jika ada El Nino
"Tadi sudah dikoordinasikan antisipasinya, sudah dimulai sejak bulan Februari-April, itu sudah berjalan, (tapi) perlu diperkuat," katanya.
Dwikorita juga mengemukakan bahwa wilayah Indonesia umumnya sudah memasuki musim kemarau, yang memunculkan risiko kekeringan di daerah-daerah tertentu.
Namun, ia melanjutkan, selama musim kemarau hujan yang dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi basah seperti banjir masih berpeluang turun di bagian wilayah Indonesia, yang berada di antara dua samudra, dilintasi garis khatulistiwa, dan memiliki topografi bergunung-gunung.
"Artinya bukan berarti seluruhnya serempak kering, ada di sela-sela itu yang juga bisa mengalami bencana hidrometeorologi basah," katanya.
Baca juga: Bapanas dorong BUMN bidang pangan tambah stok antisipasi el nino
Oleh karena itu, pemerintah daerah dan warga diimbau untuk menjalankan langkah-langkah mitigasi dampak cuaca selama musim kemarau.
"Selain terus menjaga lingkungan, mengatur tata kelola air, kemudian juga beradaptasi dengan pola tanam, dan juga terus memonitor perkembangan informasi cuaca dan iklim yang sangat dinamis dari waktu-waktu dari BMKG," kata Dwikorita.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menyampaikan bahwa pemerintah mengantisipasi dampak cuaca terhadap produksi pangan serta menyiapkan langkah-langkah untuk mengatasinya.
Baca juga: Kementan persilakan petani akses KUR antisipasi fuso ketika el nino
"Cuaca pun kita antisipasi ini di daerah Jawa akan terjadi panas, ini dingin, itu sudah diukur satu persatu. Itu yang (juga) diurus. Kalau terjadi ini, pangan bagaimana. Tadi ada menteri pertanian, ayamnya bagaimana, telurnya bagaimana, berasnya itu bagaimana. Itu semua terkait," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
"Kami bersama Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden, Bapak Menko, dan beberapa menteri membahas tentang antisipasi dan kesiapan dalam menghadapi ancaman El Nino yang diprediksi puncaknya akan terjadi di bulan Agustus-September," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengenai rapat kabinet yang berlangsung di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa.
Dia menyampaikan bahwa El Nino dikhawatirkan mempengaruhi ketersediaan air dan produktivitas tanaman pangan.
Baca juga: Pupuk Kujang: Stok pupuk di Jabar dan Banten menumpuk jika ada El Nino
"Tadi sudah dikoordinasikan antisipasinya, sudah dimulai sejak bulan Februari-April, itu sudah berjalan, (tapi) perlu diperkuat," katanya.
Dwikorita juga mengemukakan bahwa wilayah Indonesia umumnya sudah memasuki musim kemarau, yang memunculkan risiko kekeringan di daerah-daerah tertentu.
Namun, ia melanjutkan, selama musim kemarau hujan yang dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi basah seperti banjir masih berpeluang turun di bagian wilayah Indonesia, yang berada di antara dua samudra, dilintasi garis khatulistiwa, dan memiliki topografi bergunung-gunung.
"Artinya bukan berarti seluruhnya serempak kering, ada di sela-sela itu yang juga bisa mengalami bencana hidrometeorologi basah," katanya.
Baca juga: Bapanas dorong BUMN bidang pangan tambah stok antisipasi el nino
Oleh karena itu, pemerintah daerah dan warga diimbau untuk menjalankan langkah-langkah mitigasi dampak cuaca selama musim kemarau.
"Selain terus menjaga lingkungan, mengatur tata kelola air, kemudian juga beradaptasi dengan pola tanam, dan juga terus memonitor perkembangan informasi cuaca dan iklim yang sangat dinamis dari waktu-waktu dari BMKG," kata Dwikorita.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menyampaikan bahwa pemerintah mengantisipasi dampak cuaca terhadap produksi pangan serta menyiapkan langkah-langkah untuk mengatasinya.
Baca juga: Kementan persilakan petani akses KUR antisipasi fuso ketika el nino
"Cuaca pun kita antisipasi ini di daerah Jawa akan terjadi panas, ini dingin, itu sudah diukur satu persatu. Itu yang (juga) diurus. Kalau terjadi ini, pangan bagaimana. Tadi ada menteri pertanian, ayamnya bagaimana, telurnya bagaimana, berasnya itu bagaimana. Itu semua terkait," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023