Pemerintah Kota Bogor mendapat apresiasi dari tingkat Provinsi Jawa Barat atas inisiatif pemberian tablet penambah darah kepada calon pengantin dalam mencegah kekerdilan pada tubuh anak atau stunting.

Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor Rudy Mashudi di Kota Bogor, Rabu, mengatakan bahwa inisiatif pemberian tablet penambah darah kepada calon pengantikn sejak tahun 2022 menjadi unggulan karena di tingkat Provinsi Jawa Barat bahkan belum dianggarkan sebagai program pencegahan.

"Program ini diapresiasi Provinsi Jawa Barat karena Kota Bogor sudah memberikan tablet penambah darah kepada 80 persen Catin sejak 2022. Sementara di Provinsi saja pemberian tablet penambah darah belum dianggarkan," kata Rudy.

Baca juga: Ribuan siswa di Mamuju minum tablet penambah darah

Menurut Rudi, hasil penilaian kinerja pelaksanaan delapan aksi konvergensi penurunan stunting terintegrasi di 27 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat secara virtual, pada Selasa (4/7), semua langkah Kota Bogor dinilai baik.

Wakil Wali Kota Bogor, Dedie Abdul Rachim pun bersama Sekretaris Daerah (Sekda), Syarifah Sofiah dan organisasi perangkat daerah (OPD) setempat pun mendengarkan langsung arahan hasil penilaian mengenai penanganan stunting.

"Jadi beberapa hal terkait dengan regulasi, kelembagaan, pendataan, kolaborasi, inovasi dan penanganan stunting di 27 kota/kabupaten selama 2022 dilakukan penilaian oleh Provinsi Jawa Barat," ujarnya.

Baca juga: Kemenkes gelar Gerakan Nasional Aksi Bergizi tekan kasus stunting di Indonesia

Beberapa program Kota Bogor yang mendapat respon positif pemerintah Jawa Barat yakni bunda peduli stunting yang sudah ada sampai tingkat kelurahan, kelembagaan tim Percepatan penanganan stunting yang diketuai Wakil Wali Kota Bogor.

Dinas Kesehatan (Dinkes) ada program pendampingan yakni tanggap "lengitkeun" stunting Bogor (Talas Bogor), serta ada pula program ibu anak tangguh Kota Bogor (Batagor) dari Childfund bersama warga upadaya berkolaborasi dengan pemerintah Kota Bogor.

Selanjutnya, di tahun ini program yang menjadi unggulan jga di Kota Bogor yakni setiap ASN berkontribusi memberikan 1,5 kg telur per bulan selama enam bulan untuk pemberian makanan tambahan bagi anak stunting.

Baca juga: Menkes: TTD dan pola hidup sehat harus mulai diterapkan sejak remaja guna cegah stunting

Dari semua program yang dilakukan, kata Rudy, angka stunting Kota Bogor berdasarkan data bulan penimbangan balita (BPB) sebesar 5,25 persen, sementara dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yakni survei yang dilakukan BKKBN angka stunting Kota Bogor berada di angka 18,7 persen.

Rudy menerangkan perbedaan angka ini karena survei SSGI hanya dilakukan berdasarkan sampling. Sementara data Kota Bogor berdasarkan nama dan alamat di 980 posyandu yang dibina di masing-masing puskesmas.

"Tadi kami sandingkan juga antara data SSGI dengan data BPB. Sesuai dengan target nasional, Kota Bogor harus menurunkan angka stunting sampai di bawah 14 persen," katanya.

Pewarta: Linna Susanti

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023