Bogor, (Antara Megapolitan) - Sejumlah peneliti dan ahli antarbangsa, ‎Selasa, di Bogor, Jawa Barat, mendiskusikan kajian mengenai ‎bioinformatika-kemometrika-metabolomik dalam sebuah simposium.
"Dari Indonesia peneliti yang hadir berasal dari Sabang sampai ‎Merauke," kata ketua panitia simposium Dr Mohammad Rafi disela-sela k‎egiatan itu.
Sedangkan dari mancanegara, kata dia, berasal dari Australia, ‎Singapura, dan Malaysia.
Ia menjelaskan kegiatan "International Symposium on B‎ioinformatics, Chemometrics anda Metabolomics" (ISBCM) 2016 bertema
"The Emerging era of bioinformatics, chemometrics, and metabolomics in
agriculture, food and health: current success, future potentials and ‎challenges" itu digagas Pusat Studi Biofarmaka Tropika Lembaga P‎enelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Pertanian Bogor (‎LPPM-IPB) bersama Klaster Riset Metabolomik dan "working Group on ‎Bioinformatics" FMIPA-IPB.
Narasumber utama dalam simposium itu adalah ahli di tiga bidang t‎ersebut, yakni Dr Beben Benyamin dari University of Queensland, ‎Australia, Prof Dr Mohd Zaki Salleh dari Universiti Teknologi MARA, ‎Malaysia, dan Dr Sanjay Swarup dari National University of Singapore.
Kemudian, pembicara lainnya adalah Prof Abdul Rahman (‎UGM-Yogyakarta), Prof Teh Lay Kek (Universiti Teknologi MARA, ‎Malaysia), Assoc Prof Yaya Rukayadi (Universiti Putra Malaysia), serta t‎iga pakar IPB yakni Dr Nancy Dewi Juliana, Dr Farit M Afendi, dan Dr ‎Awang Maharijaya.
Mohammad Rafi -- yang juga peneliti di Pusat Studi Biofarmaka ‎Tropika IPB -- menjelaskan bahwa kegiatan itu merupakan yang pertama ‎digagas dengan harapan di antara ahli dan peneliti bisa berbagi ilmu ‎dan penelitian mengenai tiga bidang dimaksud.
Bagi Indonesia, kata dia, melalui simposium itu bisa ‎memperkenalkan potensi sumber daya alam seperti tanaman obat dari ‎herbal. Xcyang dimiliki, yang mempunyai khasiat kesehatan.
Dengan hadirnya peneliti dari seluruh Indonesia, katanya, maka p‎otensi sumber daya dimaksud bisa dibagi kepada narasumber utama yang ‎ahli dalam tiga kajian tersebut sehingga dapat dikembangkan melalui ‎penelitian lebih jauh.
"Sumber daya lokal dari seluruh Indonesia adalah kekayaan yang menjadi unggulan di masa depan dalam bidang kesehatan," katanya.‎
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Dari Indonesia peneliti yang hadir berasal dari Sabang sampai ‎Merauke," kata ketua panitia simposium Dr Mohammad Rafi disela-sela k‎egiatan itu.
Sedangkan dari mancanegara, kata dia, berasal dari Australia, ‎Singapura, dan Malaysia.
Ia menjelaskan kegiatan "International Symposium on B‎ioinformatics, Chemometrics anda Metabolomics" (ISBCM) 2016 bertema
"The Emerging era of bioinformatics, chemometrics, and metabolomics in
agriculture, food and health: current success, future potentials and ‎challenges" itu digagas Pusat Studi Biofarmaka Tropika Lembaga P‎enelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Pertanian Bogor (‎LPPM-IPB) bersama Klaster Riset Metabolomik dan "working Group on ‎Bioinformatics" FMIPA-IPB.
Narasumber utama dalam simposium itu adalah ahli di tiga bidang t‎ersebut, yakni Dr Beben Benyamin dari University of Queensland, ‎Australia, Prof Dr Mohd Zaki Salleh dari Universiti Teknologi MARA, ‎Malaysia, dan Dr Sanjay Swarup dari National University of Singapore.
Kemudian, pembicara lainnya adalah Prof Abdul Rahman (‎UGM-Yogyakarta), Prof Teh Lay Kek (Universiti Teknologi MARA, ‎Malaysia), Assoc Prof Yaya Rukayadi (Universiti Putra Malaysia), serta t‎iga pakar IPB yakni Dr Nancy Dewi Juliana, Dr Farit M Afendi, dan Dr ‎Awang Maharijaya.
Mohammad Rafi -- yang juga peneliti di Pusat Studi Biofarmaka ‎Tropika IPB -- menjelaskan bahwa kegiatan itu merupakan yang pertama ‎digagas dengan harapan di antara ahli dan peneliti bisa berbagi ilmu ‎dan penelitian mengenai tiga bidang dimaksud.
Bagi Indonesia, kata dia, melalui simposium itu bisa ‎memperkenalkan potensi sumber daya alam seperti tanaman obat dari ‎herbal. Xcyang dimiliki, yang mempunyai khasiat kesehatan.
Dengan hadirnya peneliti dari seluruh Indonesia, katanya, maka p‎otensi sumber daya dimaksud bisa dibagi kepada narasumber utama yang ‎ahli dalam tiga kajian tersebut sehingga dapat dikembangkan melalui ‎penelitian lebih jauh.
"Sumber daya lokal dari seluruh Indonesia adalah kekayaan yang menjadi unggulan di masa depan dalam bidang kesehatan," katanya.‎
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016