Palu (Antara Megapolitan) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Arief Yahya didampingi Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola menaiki kendaraan dokar, transportasi tradisional di Kota Palu, menuju Anjungan Nusantara di Teluk Palu, untuk menandatangani prasasti Festival Pesona Palu Nomoni, Sabtu malam.

Dari 100 iring-iringan dokar yang disediakan panitia, Arief bersama Longki Djanggola menggunakan dokar nomor satu, disusul dokar nomor dua, mengangkut Wali Kota Palu Hidayat bersama wakilnya Sigit Purnomo Said alias Pasha Ungu.

Arief menuju lokasi penandatanganan prasasti tersebut setelah membuka Festival Pesona Palu Nomoni (FPPN) di dekat lokasi penggaraman tradisional yang berjarak sekitar dua kilometer.

Hujan yang mengguyur Kota Palu pada pembukaan FPPN tersebut tidak menyurutkan semangat Arief Yahya maupun pengunjung yang diperkirakan mencapai 15.000 hingga 20.000 orang di sepanjang pantai Teluk Palu.

Menteri bersama gubernur sesekali melambaikan tangan kepada ribuan pengunjung yang dilalui sepanjang jalan. Sesekali Arief juga memandang Teluk Palu yang menjadi pusat kegiatan seni pertunjukan dan budaya ritual pada pelaksanaan FPPN.

Selama FPPN berlangsung, dokar dijadikan alat transportasi utama di sepanjang 7,2 kilometer Teluk Palu. Semua akses kendaraan sepeda motor maupun mobil ditutup sehingga hanya dokar menjadi pilihan utama.

Dokar merupakan alat transportasi tradisional di Kota Palu yang terkenal pada zamannya namun belakangan ini semakin berkurang jumlahnya akibat banjirnya pasar sepeda motor maupun mobil.

"Dokar sekarang sudah semakin berkurang. Dulu kami masih bisa hidup dari penghasil dokar, sekarang sudah berkurang," kata Amat, salah seorang kusir dokar dari Kelurahan Petobo.

Amat mengaku bangga karena dokar miliknya terpilih sebagai kendaraan yang mengangkut Menteri dan Gubernur menuju anjungan Nusantara.

Tergerusnya dokar juga diakui oleh Man, salah seorang kusir dokar dari Kampung Baru.

Ia juga bangga karena dokar miliknya terpilih menjadi kendaraan yang mengangkut Wali Kota Hidayat dan Wakil Wali Kota Sigit Purnomo Said.

Man mengatakan, dulu masih terdapat sekitar 10 unit dokar di kompleksnya di Jalan Mas Mansur, namun sekarang tinggal ia sendiri.

Penurunan jumlah tersebut juga ditandai dengan menurunnya jumlah pendapatan dari dokar.

Dalam sehari kata Man, biasanya ia hanya bisa dapat rupiah sekadar memenuhi makanan kuda peliharaannya. Padahal dokar merupakan transportasi warisan dari kakeknya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. (Ant).

Pewarta: Adha Nadjemuddin

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016