Perusahaan konsultan Ekowisata Kreatif Indonesia (Ekotifa) memfasilitasi 223 siswa kelas II SMA Plus YPHB (Yayasan Persaudaraan Haji Bogor) Kota Bogor melakukan riset dalam kegiatan Youth Research Camp di kawasan Dieng, Jawa Tengah. 

Para siswa itu  terbagi ke dalam 44 kelompok yang kini telah mengerucut menjadi delapan kelompok yang diuji oleh para peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Sabtu (25/2). 

Co-Founder ekotifa, Afro Indayana di Kota Bogor, Minggu, menerangkan Youth Research Camp (YRC) adalah sebuah program edukasi berbasis wisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung program SDG’S 4 yaitu berkaitan dengan Pendidikan Berkualitas.

"Program ini diselenggarkan melalui hasil kerja sama Ekotifa dan SMA YPHB Bogor untuk menerapkan konsep learning by research and traveling dan pendidikan berbasis project (Project based learning)," ujar Afro.

Afro yang juga penggagas program Bike Heritage ini menuturkan, program YRC juga untuk dapat diimplementasikan dari beberapa kurikulum. Di antaranya, kurikulum abad21 mengenai critical thinking, creativity, communication, collaboration (4C) dan kurikulum  High Order Thinking Skills (HOTS). 

Dari kedua itu, yang diterapkan kepada para siswa itu yaitu analisa, evaluasi, kreasi dan pendidikan berkarakter serta literasi.

"Program ini bertujuan untuk memicu dan memacu peserta agar dapat memiliki aktifitas konstruktif ketika liburan, dengan aktivitas riset di suatu kawasan, dengan luaran Project Research berbasis solusi aplikatif," ungkapnya.

Afro menyebut para peserta YRC dari SMA Plus YPHB Bogor didampingi oleh tutor dari berbagai latar belakang pendidikan perguruan tinggi dengan profil luar biasa.

Kali ini, Ekotifa berhasil memicu dan memacu peserta YRC 2023 memiliki karya yang solutif dan aplikatif terdiri dari 26 proyek riset IPA dan 18 proyek riset IPS.

"Yang kemudian akan ditentukan empat proyek terbaik dari IPA dan IPS, yang nantinya akan diuji oleh Bapak Dr. Sukma Surya Kusumah dan ibu Anggun Pesona," katanya. 

Dr. Sukma Surya Kusumah adalah 
Peneliti Ahli Utama, Bidang kepakaran Komposit lignoselulosa dan Bio-adhesive, Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk BRIN sedangkan Anggun Pesona adalah dosen Manajemen dan Kewirausahaan PPM School of Management sekaligus Co-Founder Yayasan Terminal Hujan dan Expert Associate di Platform Usaha Sosial. 

Setelah pengujian oleh para ahli tersebut diharapkan peserta telah memiliki karakter riset yang solutif dan aplikatif sehingga dapat berkontribusi nyata untuk sekitarnya.

Kepala Sekolah SMA Plus YPHB Kota Bogor, Joko Pitoyo menambahkan YRC merupakan program unggulan yang sudah menjadi rutinitas SMA Plus YPHB Kota Bogor dengan menggandeng Ekotifa. 

"Program ini sesuai dengan visi SMA Plus YPHB menghadapi era global, anak-anak harus berpikir kritis untuk menemukan sesuatu yang bisa di inovasi untuk kebutuhan masyarakat sekitar Bogor," katanya.

Joko mengutarakan, proyek riset ini tentunya harus ada tindak lanjutnya, sehingga inovasi dari para siswa ini dapat memberikan kontribusi untuk kepentingan masyarakat.

"Tindak lanjut produknya harus kita diciptakan produk untuk kepentingan masyarakat Bogor atau tempat risetnya di Dieng," katanya.

Baca juga: UI dan Victoria State Goverment kerja sama perkuat riset dan inovasi

Baca juga: Riset UI: Kenaikan cukai rokok salah satu solusi cegah stunting


 

Pewarta: Linna Susanti

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023