Hasil riset Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menyatakan rokok dapat menyebabkan stunting, sehingga kenaikan cukai adalah salah satu solusi untuk pencegahan dari persoalan gagal tumbuh akibat kurang gizi itu.  

Dekan FEB UI Teguh Dartanto, PhD di Kampus UI Depok, Selasa mengatakan hasil penelitiannya tidak hanya diakomodasi oleh masyarakat yang viral di twitter, tetapi juga diadopsi sebagai sebuah kebijakan berupa kenaikan cukai rokok.

Hubungan rokok dengan stunting bermula dari bagaimana perokok membelanjakan uang di keluarganya.

Kepala keluarga yang merokok, memprioritaskan uangnya untuk belanja rokok dibandingkan untuk kesejahteraan keluarga. Bahkan ketika mendapatkan bantuan sosial untuk pemerintah, ternyata digunakan juga untuk merokok.

Baca juga: Hasil survei FEB UI: 61 persen pemilik UKM berumur lebih dari 40 tahun

Penelitian ini dengan mengikuti 7.000 lebih data orang tua dan anak selama puluhan tahun yang diperoleh dari Indonesia Family Life Survey 2018, ditambah dengan penelitian langsung di Demak, Jawa Tengah. "Dari situlah kami mendapati bahwa orang tua yang merokok, cenderung anaknya stunting,” ujar Teguh yang juga Ketua peneliti FEB UI.

Teguh berharap, masyarakat luas dapat memahami filosofi kenapa cukai rokok perlu dinaikkan. Hal ini karena ketika harga rokok semakin mahal, maka semakin seseorang tidak mau beli rokok. Selain itu, ia juga berpesan kepada masyarakat untuk memprioritaskan gizi dan pendidikan anak.

Penerima bantuan dari Pemerintah (Program Keluarga Harapan/PKH) telah menandatangani klausul bantuan sosial tidak boleh digunakan untuk merokok. 

“Daripada duit dibakar dan mahal juga, lebih baik berhenti merokok saja, itulah tujuan utamanya dari kenaikan cukai,"kata Teguh. 

Baca juga: Guru Besar FKUI: Polusi udara berkontribusi terhadap 11,65 persen kematian





 

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023