Bogor (Antara Megapolitan) - Sebanyak 510 orang warga Kota Bogor Provinsi Jawa Barat mengikuti gerakan sosial mengetik ulang buku untuk tuna netra yang diselenggarakan oleh Yayasan Mitra Tuna Netra dan IBM Indonesia di Balai Kota Bogor, Senin.

Asisten Ekonomi Pembangunan Kemasyarakatan Kota Bogor Erna menyebutkan, peserta gerakan itu adalah pelajar, masyarakat umum, komunitas, dan pegawai di lingkungan Pemkot Bogor.

"Dari 510 peserta yang ikut, artinya Kota Bogor menyumbang 510 buku untuk tuna netra," katanya lagi.

Gerakan sosial mengetik ulang buku untuk tuna netra dihadiri oleh Wali Kota Bima Arya Sugiarto, Wakil Wali Kota Usmar Hariman, Presiden Direktur IBM Indonesia Gunawan Susanto, Pembina Yayasan Mitra Netra Anita Chairul Tanjung, Ketua Perhimpunan Tuna Netra (Pertuni) Aria Indrawati, dan jajaran Muspida Kota Bogor.

Bima Arya mengatakan, buku sebagai jendela dunia, sehingga melalui buku orang yang membaca dapat berkenalan dengan dunia, mengasah nurani dan empati.

Menurutnya, gerakan mengetik buku untuk tuna netra lebih bermanfaat dan besar pahalanya karena membantu kaum tuna netra untuk bisa melihat dunia.

Langkah tersebut menghilangkan kegalauannya terkait demam Pokemon Go yang melanda masyarakat Indonesia saat ini.

"Saya risau dan galau, demam Pokemon Go sekarang sehingga banyak anak-anak yang berlomba-lomba mencari Pokemon. Bermain game banyak mudaratnya, akan lebih baik waktu dihabiskan untuk kegiatan sosial mengetik buku untuk tuna netra," kata Bima lagi.

Bima mengajak agar pelajar harus dan mau membaca buku, karena buku adalah jendela dunia, mengingat keterbatasan akses dan ketersediaan buku untuk tuna netra maka sulit bagi penyandang disabilitas tersebut untuk mendapatkan buku bacaan yang akan memperluas wawasan mereka.

"Karena itu, dengan gerakan sosial ini kita mengetik buku untuk tuna netra, melalui jari kita kaum tuna netra dapat membuka jendela dunia," kata politisi PAN tersebut.

Dia mendorong agar gerakan sosial kerelawanan mengetik buku untuk tuna netra terus bergulir dan menjadi gerakan nasional hingga global, sehingga dapat membantu para penyandang tuna netra untuk membuka wawasannya.

"Hendaknya buku yang diketik itu bermanfaat dan menginspirasi serta memotivasi. Jangan buku panduan mencari Pokemon Go, dan buku ecek-ecek lainnya. Pilihlah buku yang bagus-bagus. Buku bagus dan luar biasa ada kisah Ainun-Habibie, itu adalah `the most romantic love story` yang dimiliki Indonesia," katanya lagi.

Presiden Direktur IBM Indonesia Gunawan Susanto mengatakan, Bogor adalah kota pertama yang ditantang untuk mengetik ulang buku untuk tuna netra.

Pihaknya sengaja memilih Bogor sebagai magnitude agar gerakan tersebut bisa bergaung ke seluruh Indonesia raya.

"Setelah tantangan ini selesai, Wali Kota Bogor dapat menantang kota lain untuk melakukan gerakan yang sama," katanya.

Harapannya melalui gerakan ini, lanjut Gunawan, tidak hanya berdampak bagi kota-kota yang ada di Indonesia tetapi secara regional bahkan juga global.

Pembina Yayasan Mitra Netra Anita Chairul Tanjung mengatakan, setiap tahun rata-rata penerbit buku di Indonesia menerbitkan 10 ribu buku, 2.800 di antaranya buku brailer, dan 2.500 buku sudah diaudiokan.

"Sedangkan jumlah penyandang tuna netra di Indonesia mencapai 3,5 juta jiwa, sehingga dari jumlah buku yang tersedia belumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan membaca bagi kalangan tuna netra," katanya pula.

Anita mengatakan, tuna netra merupakan aset yang dapat diberdayakan kemampuannya dalam berpikir maupun berkarya. Apabila wawasannya dikembangkan dengan kemudahan mereka mengakses pengetahuan, maka tuna netra tidak lagi menjadi beban.

"Mereka bisa berdaya secara ekonomi dan juga sosial," katanya pula.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016