BKKBN Jawa Barat menyebutkan kalangan buruh pabrik di Kabupaten Karawang perlu mendapatkan sosialisasi seputar stunting untuk menjaga keseimbangan bagi mereka yang memiliki anak.
"Secara kelembagaan, penanganan kasus stunting di Karawang memang cukup kompak," kata Koordinator Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Jabar, Elma Triyulianti, usai Sosialisasi Semangat 21 25 Keren Dalam Percepatan Penurunan Angka Stunting Bersama Mitra Kerja, di Karawang, Kamis.
Namun, kata dia, penanganan kasus stunting di Karawang perlu dioptimalkan dengan melakukan sosialisasi seputar stunting kepada kalangan buruh. Sebab Karawang adalah daerah industri yang tentunya banyak kalangan buruh.
Baca juga: Pemkab Karawang salurkan Rp333 juta untuk pemenuhan gizi dan nutrisi anak stunting
Menurut dia, keseimbangan gizi balita harus dilakukan dalam penanganan kasus stunting. Bagi mereka, khususnya bagi suami+istri yang bekerja, menjaga keseimbangan gizi balitanya itu tidak mudah.
"Jadi sosialisasi seputar stunting, khususnya di Karawang, juga perlu disampaikan ke kalangan buruh, agar mereka tetap menjaga keseimbangan gizi balitanya," kata Elma.
Ia mengatakan, saat ini kasus stunting di Jawa Barat masih cukup tinggi, pada tahun 2021 mencapai 24,5. Jadi "pekerjaan rumah" saat ini ialah menurunkan 10 poin untuk sampai tahun 2024.
Menurut dia, BKKBN Jawa Barat terus berikhtiar untuk menurunkan kasus stunting. Hal terbaru, kini pihaknya fokus agar tidak ada lagi kasus stunting baru.
Baca juga: Wabup Karawang: Penimbangan dan pengukuran bayi jadi deteksi dini atasi masalah gizi
"Kita ingin angka nol pada kasus stunting baru. Artinya, jangan ada lagi kasus stunting baru pada balita," katanya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak, khususnya dukungan keluarga.
"(Dukungan keluarga perlu) karena kalau keluarga tidak sadar tentang pentingnya stunting dan stunting dapat dicegah, itu akan sulit," katanya.
Sementara itu, Yayan, Kasi Pemberdayaan Ketahanan Keluarga Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Karawang menyampaikan kalau di Karawang penanganan stunting dilakukan mulai dari hulu.
Baca juga: Pemkab Karawang wajibkan seluruh kepala OPD dan camat jadi bapak asuh anak stunting
"Mulai dari anak remaja putri, calon pengantin, kami sampaikan sosialisasi mengenai stunting," katanya.
Ia menyampaikan kepada para remaja agar tidak menikah muda. Sebab jika menikah dalam usia muda, itu akan berpotensi melahirkan bayi stunting baru karena belum siap secara fisik dan mental.
Sementara itu, kegiatan Sosialisasi Semangat 21 25 Keren Dalam Percepatan Penurunan Angka Stunting Bersama Mitra Kerja, di Karawang, diikuti sekitar 165 warga Desa Sukamerta, Kecamatan Rawamerta, Karawang. (KR-MAK)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
"Secara kelembagaan, penanganan kasus stunting di Karawang memang cukup kompak," kata Koordinator Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Jabar, Elma Triyulianti, usai Sosialisasi Semangat 21 25 Keren Dalam Percepatan Penurunan Angka Stunting Bersama Mitra Kerja, di Karawang, Kamis.
Namun, kata dia, penanganan kasus stunting di Karawang perlu dioptimalkan dengan melakukan sosialisasi seputar stunting kepada kalangan buruh. Sebab Karawang adalah daerah industri yang tentunya banyak kalangan buruh.
Baca juga: Pemkab Karawang salurkan Rp333 juta untuk pemenuhan gizi dan nutrisi anak stunting
Menurut dia, keseimbangan gizi balita harus dilakukan dalam penanganan kasus stunting. Bagi mereka, khususnya bagi suami+istri yang bekerja, menjaga keseimbangan gizi balitanya itu tidak mudah.
"Jadi sosialisasi seputar stunting, khususnya di Karawang, juga perlu disampaikan ke kalangan buruh, agar mereka tetap menjaga keseimbangan gizi balitanya," kata Elma.
Ia mengatakan, saat ini kasus stunting di Jawa Barat masih cukup tinggi, pada tahun 2021 mencapai 24,5. Jadi "pekerjaan rumah" saat ini ialah menurunkan 10 poin untuk sampai tahun 2024.
Menurut dia, BKKBN Jawa Barat terus berikhtiar untuk menurunkan kasus stunting. Hal terbaru, kini pihaknya fokus agar tidak ada lagi kasus stunting baru.
Baca juga: Wabup Karawang: Penimbangan dan pengukuran bayi jadi deteksi dini atasi masalah gizi
"Kita ingin angka nol pada kasus stunting baru. Artinya, jangan ada lagi kasus stunting baru pada balita," katanya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak, khususnya dukungan keluarga.
"(Dukungan keluarga perlu) karena kalau keluarga tidak sadar tentang pentingnya stunting dan stunting dapat dicegah, itu akan sulit," katanya.
Sementara itu, Yayan, Kasi Pemberdayaan Ketahanan Keluarga Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Karawang menyampaikan kalau di Karawang penanganan stunting dilakukan mulai dari hulu.
Baca juga: Pemkab Karawang wajibkan seluruh kepala OPD dan camat jadi bapak asuh anak stunting
"Mulai dari anak remaja putri, calon pengantin, kami sampaikan sosialisasi mengenai stunting," katanya.
Ia menyampaikan kepada para remaja agar tidak menikah muda. Sebab jika menikah dalam usia muda, itu akan berpotensi melahirkan bayi stunting baru karena belum siap secara fisik dan mental.
Sementara itu, kegiatan Sosialisasi Semangat 21 25 Keren Dalam Percepatan Penurunan Angka Stunting Bersama Mitra Kerja, di Karawang, diikuti sekitar 165 warga Desa Sukamerta, Kecamatan Rawamerta, Karawang. (KR-MAK)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022