Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) melaksanakan pengabdian masyarakat dengan memberikan edukasi literasi bahasa (baca-tulis) di MTsN Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Pengabdian masyarakat bertujuan untuk meningkatkan literasi bahasa (baca-tulis) tersebut diberi nama SIKAP GEMAS MARITIM, yang merupakan akronim dari Siswa Kepulauan Gemar Berliterasi Maritim, demikian siaran pers UI di Depok, Selasa.
Lima pengusul yang merealisasikan program pengabdian tersebut adalah Dr. Untung Yuwono, A.Md., S.S. (pengabdi utama), Dr. Hendra Kaprisma, S.Hum. dan Dr. Sri Munawarah, S.S., M.Hum. (pengabdi anggota dosen), serta Iqbal Firmansyah dan Meutia Swarna Maharani (tenaga pendukung mahasiswa).
Baca juga: Tim Pengmas UI beri edukasi membaca nyaring di Buleleng Bali
Aktivitas yang dilakukan selama pengabdian masyarakat (pengmas) antara lain pelatihan penulisan teks formal, pelatihan penulisan teks populer, pemantauan dan pendampingan penulisan artikel karya siswa, penerbitan antologi karya siswa, serta diakhiri dengan aktivitas pengecekan secara rutin laman dan pengingatan kepada siswa untuk pengayaan isi laman.
Reaksi antusias terhadap materi yang diberikan dapat terlihat dari keaktifan siswa dalam mengikuti rangkaian acara secara daring (dalam jaringan, online). Mereka mulai memahami pentingnya meningkatkan literasi bahasa.
Selain itu, para pemangku kepentingan dalam program pengabdian masyarakat ini juga menyambut baik penyelenggaraan kegiatan yang sejalan dengan salah satu misi sekolah, yakni menciptakan lingkungan madrasah yang kondusif, nyaman, dan menyenangkan bagi warga madrasah dalam mendukung pembelajaran.
Baca juga: UI dampingi warga Desa Komodo selenggarakan 'Komodo Culture Festival'
Literasi merupakan istilah umum yang merujuk pada seperangkat kemampuan dan keterampilan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, hingga memecahkan suatu permasalahan. Itu sebabnya, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan seseorang dalam berbahasa. Di Indonesia, kemampuan literasi murid masih tergolong rendah saat ini.
Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mencatat indeks kegemaran membaca di tanah air pada 2020 sebesar 55,74 atau masuk kategori sedang. Skor tersebut naik 1,9 poin dari tahun sebelumnya (2019) yang 53,84. Pada 2020, rata-rata kegiatan membaca masyarakat Indonesia adalah empat kali dalam seminggu dengan durasi rata-rata sekitar 1 jam 36 menit per hari. Survei tersebut melibatkan 10.200 responden di 34 provinsi yang bertujuan mengukur frekuensi membaca, durasi membaca, dan jumlah buku yang dibaca.
Baca juga: FIB UI gelar "Minggu Semata Wayang" untuk lestarikan kebudayaan
Rendahnya budaya membaca diperkuat lagi dengan kehadiran telepon selular yang memiliki daya pikat pada siswa, sehingga mereka lebih tertarik membaca potongan-potongan tulisan dan menonton video yang ada di sosial media. Hal ini menunjukan minat baca ada, namun daya baca rendah, sehingga mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Selain itu, murid cenderung bertanya sebelum membaca, padahal yang ditanyakan sudah diberikan informasinya secara lengkap.
Hal ini mengakibatkan murid menjadi kurang aktif dan kurang percaya diri dalam memberikan pendapat, karena kurangnya wawasan yang dimiliki. Mereka menjadi kurang berani tampil di depan publik untuk memberikan pendapat. Oleh karena itu, minat murid dalam hal membaca perlu ditingkatkan, salah satunya melalui pengembangan gerakan literasi di sekolah.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
Pengabdian masyarakat bertujuan untuk meningkatkan literasi bahasa (baca-tulis) tersebut diberi nama SIKAP GEMAS MARITIM, yang merupakan akronim dari Siswa Kepulauan Gemar Berliterasi Maritim, demikian siaran pers UI di Depok, Selasa.
Lima pengusul yang merealisasikan program pengabdian tersebut adalah Dr. Untung Yuwono, A.Md., S.S. (pengabdi utama), Dr. Hendra Kaprisma, S.Hum. dan Dr. Sri Munawarah, S.S., M.Hum. (pengabdi anggota dosen), serta Iqbal Firmansyah dan Meutia Swarna Maharani (tenaga pendukung mahasiswa).
Baca juga: Tim Pengmas UI beri edukasi membaca nyaring di Buleleng Bali
Aktivitas yang dilakukan selama pengabdian masyarakat (pengmas) antara lain pelatihan penulisan teks formal, pelatihan penulisan teks populer, pemantauan dan pendampingan penulisan artikel karya siswa, penerbitan antologi karya siswa, serta diakhiri dengan aktivitas pengecekan secara rutin laman dan pengingatan kepada siswa untuk pengayaan isi laman.
Reaksi antusias terhadap materi yang diberikan dapat terlihat dari keaktifan siswa dalam mengikuti rangkaian acara secara daring (dalam jaringan, online). Mereka mulai memahami pentingnya meningkatkan literasi bahasa.
Selain itu, para pemangku kepentingan dalam program pengabdian masyarakat ini juga menyambut baik penyelenggaraan kegiatan yang sejalan dengan salah satu misi sekolah, yakni menciptakan lingkungan madrasah yang kondusif, nyaman, dan menyenangkan bagi warga madrasah dalam mendukung pembelajaran.
Baca juga: UI dampingi warga Desa Komodo selenggarakan 'Komodo Culture Festival'
Literasi merupakan istilah umum yang merujuk pada seperangkat kemampuan dan keterampilan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, hingga memecahkan suatu permasalahan. Itu sebabnya, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan seseorang dalam berbahasa. Di Indonesia, kemampuan literasi murid masih tergolong rendah saat ini.
Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mencatat indeks kegemaran membaca di tanah air pada 2020 sebesar 55,74 atau masuk kategori sedang. Skor tersebut naik 1,9 poin dari tahun sebelumnya (2019) yang 53,84. Pada 2020, rata-rata kegiatan membaca masyarakat Indonesia adalah empat kali dalam seminggu dengan durasi rata-rata sekitar 1 jam 36 menit per hari. Survei tersebut melibatkan 10.200 responden di 34 provinsi yang bertujuan mengukur frekuensi membaca, durasi membaca, dan jumlah buku yang dibaca.
Baca juga: FIB UI gelar "Minggu Semata Wayang" untuk lestarikan kebudayaan
Rendahnya budaya membaca diperkuat lagi dengan kehadiran telepon selular yang memiliki daya pikat pada siswa, sehingga mereka lebih tertarik membaca potongan-potongan tulisan dan menonton video yang ada di sosial media. Hal ini menunjukan minat baca ada, namun daya baca rendah, sehingga mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Selain itu, murid cenderung bertanya sebelum membaca, padahal yang ditanyakan sudah diberikan informasinya secara lengkap.
Hal ini mengakibatkan murid menjadi kurang aktif dan kurang percaya diri dalam memberikan pendapat, karena kurangnya wawasan yang dimiliki. Mereka menjadi kurang berani tampil di depan publik untuk memberikan pendapat. Oleh karena itu, minat murid dalam hal membaca perlu ditingkatkan, salah satunya melalui pengembangan gerakan literasi di sekolah.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022