Pemerintah Kota (Pemkot) Depok Jawa Barat terus melakukan pembangunan untuk memudahkan akses mobilitas masyarakat termasuk kegiatan perekonomian, sehingga warga merasa aman dan nyaman ketika berada di kota yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta.
Jalan Margonda yang menjadi etalase Kota Depok yang menjadi pusat perekonomian terus bebenah agar menjadi jalan yang ramah bagi pejalan kaki dengan membuat pedestrian yang cukup lebar sehingga membuat nyaman bagi pejalan kaki.
Tidak hanya itu, sepanjang pedestrian akan diisi dengan bangku-bangku dan juga lampu-lampu etnik sehingga akan terlihat artistik, indah dan sedap dipandang mata apalagi pada malam hari.
Pedestrian atau trotoar yang dibangun juga akan ramah bagi penyandang disabilitas yang dilengkapi dengan 'guiding block' atau penunjuk arah bagi penyandang disabilitas.
"Guiding block" tersebut berfungsi sebagai rambu jalan bagi tunanetra, bertekstur timbul dengan warna kuning yang berada di trotoar. Karena trotoar juga menjadi hak seluruh pejalan kaki, termasuk penyandang disabilitas.
Kemudian, jalurnya tidak terputus, rapi, dan cat tak mudah terkelupas serta tidak menabrak tiang maupun pohon. Pedestrian nantinya memiliki bagian landai yang bertujuan untuk mempermudah pengguna kursi roda ketika naik dan turun trotoar. Lebar trotoar yang akan dibangun juga bervariasi.
Pembangunan terus dilakukan dengan melakukan revitalisasi jembatan di Jalan Grand Depok City (GDC) dengan memperbaiki badan jembatan dan juga menambah nuansa estetik jembatan tersebut agar semakin indah terlihat.
Badan jembatan nanti akan ditambah aspal sehingga semakin mulus jalannya dan juga dengan mempercantik estetika nuansa etnik dengan lambang Jawa Barat yaitu Kujang. Pemesanan Kujang ini dilakukan secara khusus.
Jembatan GDC nanti terlihat estetika bisa menghibur warga dan juga bisa melakukan swafoto dengan nuansa estetika dari lingkungan sekitar.
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Depok Jawa Barat menyiapkan anggaran Rp1,6 miliar untuk perbaikan jembatan di Jalan Boulevard Grand Depok City (GDC).
Selain itu DPUPR Kota Depok juga melakukan rekonstruksi lanjutan Jalan Boulevard Grand Depok City (GDC), Kota Depok Jawa Barat direkonstruksi sepanjang 1,8 km dengan nilai kontrak sebesar Rp15 miliar.
Peningkatan jalan, jembatan dan juga pedesterian tentunya akan memudahkan aktivitas warga untuk melakukan kegiatan ekonomi. Sepanjang jalan Margonda hingga GDC terdapat sentra-sentra ekonomi seperti pusat perbelanjaan, apartemen maupun pusat-pusat kuliner dengan tertatanya kota maka geliat ekonomi akan semakin lancar.
Wisata sejarah
Selain membangun jalan, jembatan dan trotoar, Pemkot Depok juga merencanakan melakukan revitalisasi kawasan Depok Lama dengan berkolaborasi dengan Pemerintah Belanda untuk bisa dijadikan kawasan wisata sejarah.
Duta Besar Belanda untuk Indonesia Lambert Grijns sudah dua kali mengunjungi kawasan Depok Lama atau biasa juga disebut kawasan Belanda Depok' karena banyaknya peninggalan sejarah Belanda berupa bangunan maupun lainnya hingga saat ini.
Lambert Grijns juga antusias dan mendapat kehormatan yang besar karena Belanda dan Depok ada hubungan yang kuat terhadap peninggalan sejarah.
Untuk itu ia mengajak sektor wisata, akademisi, dan masyarakat untuk bersinergi bersama dalam mengembangkan potensi wisata sejarah di Depok, agar peninggalan sejarah bisa lebih menarik.
Wakil Wali Kota Depok Imam Budi juga mendukung hal tersebut sehingga pengembangan kawasan Depok Lama akan dilakukan melalui kolaborasi, revitalisasi, elaborasi sister city antara Kota Depok dan kota di Belanda, hingga penyelenggaraan Festival Budaya Belanda di Depok, yang mengadopsi kegiatan Festival Drama Depokkers (A Colonial Tale Unravels) di Belanda.
Sejumlah peninggalan sejarah Belanda di Kota Depok dan menjadi peradaban di antaranya Stasiun Depok Lama, bangunan di sekitar Jalan Pemuda, serta Rumah Cimanggis.
Selain itu, juga ada beberapa heritage lainnya berupa hutan raya, 23 situ, dan tiga sungai besar.
Berbagai kajian penelitian sedang dilakukan untuk menjadikan kawasan bersejarah Depok Lama sebagai cagar budaya dan bisa menjadi wisata sejarah. Pengembangan kawasan bersejarah tersebut bisa memberi tambahan pilihan bagi wisatawan.
Ahli sejarah Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) Boy Loen menyatakan optimistis atas inisiatif Pemerintah Kota dan DPRD Depok untuk berkolaborasi bersama kalangan kampus dari UI, UIII, IPB, Trisakti, hingga alumni Rotterdam Belanda untuk ambil bagian dalam penelitian dan pengembangan potensi heritage di kawasan Depok Lama.
Sebagai generasi ke-8 Kaoem Depok atau yang familiar dipanggil "Belanda Depok" dari marga Loen, Boy Loen (72) mengatakan Belanda Depok dalam sejarahnya memiliki tanah luas dan menjadi orang yang berada, karena mewarisi berbagai aset Cornelis Chastelein yang di abad ke-17 merupakan tuan tanah kaya raya dan baik di zamannya.
Namun seiring berjalannya waktu, ada kondisi-kondisi yang menyebabkan beberapa aset sejarah tersebut punah atau beralih kepemilikan karena dijual pemilik aslinya.
Hal ini berpotensi hilangnya nilai-nilai atau aset sejarah yang jadi bagian dari salah satu identitas kawasan.
Untuk mewujudkan Pemerintah Kota (Pemkot) Depok Jawa Barat bersama Tim Peneliti Historic Urban Landscape Belanda menggelar Pelatihan Quick Scan Historic Urban Landscape atau Lanskap Kota Bersejarah pada 21–25 November 2022 yang menghadirkan para narasumber kelas dunia dari Belanda.
Depok yang menjadi tuan rumah Pelatihan Quick Scan HUL menghadirkan para narasumber kelas dunia seperti Peter Timmer dan Jacqueline Rosbergen (Kementerian Pendidikan, Budaya dan Sains Belanda).
Selain itu juga ada Hesti Tarekat Dipoyono (Diaspora Indonesia di Belanda) serta Profesor Dr Kemas Ridwan Kurniawan dari Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) bersama para mitra dari Yayasan Cornelis Chastelein (YLCC), Universitas Trisakti, IPB University dan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).
Depok dengan segala dinamikanya termasuk menjadi kota yang mengalami berbagai Perubahan lanskap, yang pada tingkat tertentu terpengaruh oleh faktor sosial budaya, politik,dan ekonomi.
Sehingga membentuk lanskap sejarah di kota-kota yang menanamkan nilai-nilai warisan, sebagai atribut yang menjadi ciri dan pembeda kota satu dengan kota lainnya hingga Konferensi Umum UNESCO pun mengadopsi rekomendasi tentang Lanskap Kota Bersejarah (Historic Urban Landscape atau HUL).
Pendekatan lanskap kota bersejarah (HUL) bertujuan untuk melestarikan kualitas lingkungan manusia dan meningkatkan penggunaan ruang kota yang produktif dan berkelanjutan, sambil mengenali karakter dinamisnya dan mempromosikan keragamaman sosial dan fungsionalnya.
Pendekatan ini mengintegrasikan tujuan pelestarian pusaka kota dan tujuan pembangunan sosial dan ekonomi.
Intinya terdapat pada hubungan yang seimbang dan berkelanjutan antara lingkungan kota yang alami, antara kebutuhan generasi sekarang dan mendatang, dan warisan dari masa lalu.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
Jalan Margonda yang menjadi etalase Kota Depok yang menjadi pusat perekonomian terus bebenah agar menjadi jalan yang ramah bagi pejalan kaki dengan membuat pedestrian yang cukup lebar sehingga membuat nyaman bagi pejalan kaki.
Tidak hanya itu, sepanjang pedestrian akan diisi dengan bangku-bangku dan juga lampu-lampu etnik sehingga akan terlihat artistik, indah dan sedap dipandang mata apalagi pada malam hari.
Pedestrian atau trotoar yang dibangun juga akan ramah bagi penyandang disabilitas yang dilengkapi dengan 'guiding block' atau penunjuk arah bagi penyandang disabilitas.
"Guiding block" tersebut berfungsi sebagai rambu jalan bagi tunanetra, bertekstur timbul dengan warna kuning yang berada di trotoar. Karena trotoar juga menjadi hak seluruh pejalan kaki, termasuk penyandang disabilitas.
Kemudian, jalurnya tidak terputus, rapi, dan cat tak mudah terkelupas serta tidak menabrak tiang maupun pohon. Pedestrian nantinya memiliki bagian landai yang bertujuan untuk mempermudah pengguna kursi roda ketika naik dan turun trotoar. Lebar trotoar yang akan dibangun juga bervariasi.
Pembangunan terus dilakukan dengan melakukan revitalisasi jembatan di Jalan Grand Depok City (GDC) dengan memperbaiki badan jembatan dan juga menambah nuansa estetik jembatan tersebut agar semakin indah terlihat.
Badan jembatan nanti akan ditambah aspal sehingga semakin mulus jalannya dan juga dengan mempercantik estetika nuansa etnik dengan lambang Jawa Barat yaitu Kujang. Pemesanan Kujang ini dilakukan secara khusus.
Jembatan GDC nanti terlihat estetika bisa menghibur warga dan juga bisa melakukan swafoto dengan nuansa estetika dari lingkungan sekitar.
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Depok Jawa Barat menyiapkan anggaran Rp1,6 miliar untuk perbaikan jembatan di Jalan Boulevard Grand Depok City (GDC).
Selain itu DPUPR Kota Depok juga melakukan rekonstruksi lanjutan Jalan Boulevard Grand Depok City (GDC), Kota Depok Jawa Barat direkonstruksi sepanjang 1,8 km dengan nilai kontrak sebesar Rp15 miliar.
Peningkatan jalan, jembatan dan juga pedesterian tentunya akan memudahkan aktivitas warga untuk melakukan kegiatan ekonomi. Sepanjang jalan Margonda hingga GDC terdapat sentra-sentra ekonomi seperti pusat perbelanjaan, apartemen maupun pusat-pusat kuliner dengan tertatanya kota maka geliat ekonomi akan semakin lancar.
Wisata sejarah
Selain membangun jalan, jembatan dan trotoar, Pemkot Depok juga merencanakan melakukan revitalisasi kawasan Depok Lama dengan berkolaborasi dengan Pemerintah Belanda untuk bisa dijadikan kawasan wisata sejarah.
Duta Besar Belanda untuk Indonesia Lambert Grijns sudah dua kali mengunjungi kawasan Depok Lama atau biasa juga disebut kawasan Belanda Depok' karena banyaknya peninggalan sejarah Belanda berupa bangunan maupun lainnya hingga saat ini.
Lambert Grijns juga antusias dan mendapat kehormatan yang besar karena Belanda dan Depok ada hubungan yang kuat terhadap peninggalan sejarah.
Untuk itu ia mengajak sektor wisata, akademisi, dan masyarakat untuk bersinergi bersama dalam mengembangkan potensi wisata sejarah di Depok, agar peninggalan sejarah bisa lebih menarik.
Wakil Wali Kota Depok Imam Budi juga mendukung hal tersebut sehingga pengembangan kawasan Depok Lama akan dilakukan melalui kolaborasi, revitalisasi, elaborasi sister city antara Kota Depok dan kota di Belanda, hingga penyelenggaraan Festival Budaya Belanda di Depok, yang mengadopsi kegiatan Festival Drama Depokkers (A Colonial Tale Unravels) di Belanda.
Sejumlah peninggalan sejarah Belanda di Kota Depok dan menjadi peradaban di antaranya Stasiun Depok Lama, bangunan di sekitar Jalan Pemuda, serta Rumah Cimanggis.
Selain itu, juga ada beberapa heritage lainnya berupa hutan raya, 23 situ, dan tiga sungai besar.
Berbagai kajian penelitian sedang dilakukan untuk menjadikan kawasan bersejarah Depok Lama sebagai cagar budaya dan bisa menjadi wisata sejarah. Pengembangan kawasan bersejarah tersebut bisa memberi tambahan pilihan bagi wisatawan.
Ahli sejarah Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) Boy Loen menyatakan optimistis atas inisiatif Pemerintah Kota dan DPRD Depok untuk berkolaborasi bersama kalangan kampus dari UI, UIII, IPB, Trisakti, hingga alumni Rotterdam Belanda untuk ambil bagian dalam penelitian dan pengembangan potensi heritage di kawasan Depok Lama.
Sebagai generasi ke-8 Kaoem Depok atau yang familiar dipanggil "Belanda Depok" dari marga Loen, Boy Loen (72) mengatakan Belanda Depok dalam sejarahnya memiliki tanah luas dan menjadi orang yang berada, karena mewarisi berbagai aset Cornelis Chastelein yang di abad ke-17 merupakan tuan tanah kaya raya dan baik di zamannya.
Namun seiring berjalannya waktu, ada kondisi-kondisi yang menyebabkan beberapa aset sejarah tersebut punah atau beralih kepemilikan karena dijual pemilik aslinya.
Hal ini berpotensi hilangnya nilai-nilai atau aset sejarah yang jadi bagian dari salah satu identitas kawasan.
Untuk mewujudkan Pemerintah Kota (Pemkot) Depok Jawa Barat bersama Tim Peneliti Historic Urban Landscape Belanda menggelar Pelatihan Quick Scan Historic Urban Landscape atau Lanskap Kota Bersejarah pada 21–25 November 2022 yang menghadirkan para narasumber kelas dunia dari Belanda.
Depok yang menjadi tuan rumah Pelatihan Quick Scan HUL menghadirkan para narasumber kelas dunia seperti Peter Timmer dan Jacqueline Rosbergen (Kementerian Pendidikan, Budaya dan Sains Belanda).
Selain itu juga ada Hesti Tarekat Dipoyono (Diaspora Indonesia di Belanda) serta Profesor Dr Kemas Ridwan Kurniawan dari Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) bersama para mitra dari Yayasan Cornelis Chastelein (YLCC), Universitas Trisakti, IPB University dan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).
Depok dengan segala dinamikanya termasuk menjadi kota yang mengalami berbagai Perubahan lanskap, yang pada tingkat tertentu terpengaruh oleh faktor sosial budaya, politik,dan ekonomi.
Sehingga membentuk lanskap sejarah di kota-kota yang menanamkan nilai-nilai warisan, sebagai atribut yang menjadi ciri dan pembeda kota satu dengan kota lainnya hingga Konferensi Umum UNESCO pun mengadopsi rekomendasi tentang Lanskap Kota Bersejarah (Historic Urban Landscape atau HUL).
Pendekatan lanskap kota bersejarah (HUL) bertujuan untuk melestarikan kualitas lingkungan manusia dan meningkatkan penggunaan ruang kota yang produktif dan berkelanjutan, sambil mengenali karakter dinamisnya dan mempromosikan keragamaman sosial dan fungsionalnya.
Pendekatan ini mengintegrasikan tujuan pelestarian pusaka kota dan tujuan pembangunan sosial dan ekonomi.
Intinya terdapat pada hubungan yang seimbang dan berkelanjutan antara lingkungan kota yang alami, antara kebutuhan generasi sekarang dan mendatang, dan warisan dari masa lalu.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022