Bogor (Antara Megapolitan) - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto tertarik untuk menggunakan aplikasi autosensor antipornografi yang diciptakan tiga mahasiswa IPB untuk diterapkan di wilayahnya, terutama pengelola warnet.

"Inovasinya bagus, saya akan undang mereka untuk memamparkan temuannya, dan segera dijadwalkan," kata Bima saat dihubungi melalui pesan singkat, Rabu.

Sebelumnya, Bima berkesempatan membaca link berita yang terkait temuan mahasiswa IPB yang berhasil mengembangkan inovasi berupa aplikasi sensor otomatis konten pornografi tersebut. Informasi yang tersaji dalam pemberitaan tersebut, membuat Bima tertarik untuk mengenal lebih jauh aplikasi tersebut.

"Punya nomor contak mahasiswanya, saya akan coba hubungi mereka," kata politisi PAN ini.

Dalam sebuah kesempatan, Bima yang juga memiliki latar belakang sebagai pengajar di salah satu perguruan tinggi swasta kerap melibatkan sejumlah perguruan tinggi dalam mendukung program pembangunan di Kota Bogor.

Beberapa kerja sama telah dijalankan seperti di bidang kesehatan melibatkan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB meluncurkan Mobil Curhat, yakni mobil layanan konseling tentang gizi maupun sosial masyarakat.

Belum lama ini, pada saat Hari Jadi Bogor (HJB) ke-534, Pemkot Bogor juga melibatkan Universitas Prasetya Mulya dalam menciptakan "city branding" Kota Bogor yang dipaparkan dalam kegiatan "Bogor Punya Cerita".

Pemerintah Kota Bogor juga menggandeng mahasiswa dari Universitas Jayabaya untuk melakukan kajian kinerja lalu lintas pada saat uji coba sistem satu arah (SSA) di seputaran Kebun Raya Bogor.

"Ini bagian dari semangat kolaborasi yang kita dengungkan, elemen kampus kita libatkan dalam berbagai aspek mulai dari Tim Tata Bangunan, Tim Percepatan Pelaksana Prioritas Pembangunan (TP4), melibatkan kampus sebagai panitia kegiatan. Kampus sudah mulai mewarnai, dari perencanaan dan kegiatan, bahkan program Smart City juga berkolaborasi dengan ITB," kata Bima.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Aplikasi Autosensor antipornografi yang berhasil dikembangkan oleh mahasiswa IPB cocok digunakan untuk pengguna warnet atau warung internet, sehingga membantu mengoptimalkan upaya pemerintah dalam mengawasi penggunaan internet yang mengandung unsur pornografi di masyarakat.

"Aplikasi ini sebaiknya digunakan di warnet-warnet, ini akan memudahkan pengawasan, mencegah konten-konten pornografi dijangkau oleh masyarakat khususnya anak remaja," kata Yuandri Trisaputra, salah satu anggota tim penemu aplikasi autosensor antipornografi.

Tiga mahasiswa Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB yakni yakni Ilham Satyabudi selaku ketua tim, Gusti Bima Marlawanto, dan Yuandri Trisaputra, berhasil mengembangkan aplikasi "Autocencor Antiporn". Ketiganya merupakan mahasiswa semester delapan.

Yuandri menjelaskan, cara kerja aplikasi (ekstensi/add-on web browser) anti pornografi ini dengan cara melakukan sensor terhadap konten-konten porno baik berupa tulisan maupun gambar (citra) yang ada di mesin pencari internet seperti Google Chrome, Mozilla Fairfox dan Opera.

"Aplikasi ini harus diunduh terlebih dahulu, caranya gampang tinggal cari di situs ayosensor.in, unduh dan bisa langsung digunakan," katanya.

Komputer yang sudah terpasang aplikasi, akan ada penanda sensor pada sisi kanan laman mesin pencari. Penanda sensor berupa logo IPA berwarna hijau hitam. Jika sudah terpasang, aplikasi akan bekerja secara otomatis. Bila terdapat teks atau gambar yang terindikasi pornografi akan tersensor otomatis.

"Untuk tesk, tulisan yang muncul berupa bintang-bintang, sedangkan pada gambar akan diganti otomatis dengan gambar kartun anak-anak," katanya.

Saat ini, ketiga mahasiswa tersebut baru memasukkan korpus 199 kata baik dalam bahasa Indonesia, Jawa, bahasa gaul dan Bahasa Inggris yang terindikasi mengandung unsur pornografi. Aplikasi tersebut masih memerlukan penyempurnaan dengan menambah korpus kata-kata sehingga upaya penyensoran dapat mencapai 100 persen.

Menurut Yuandri, sejak dipublikasikan tiga bulan lalu, aplikasi tersebut telah diunduh oleh sejumlah pengguna yang sebagian besar adalah mahasiswa. Statistik menunjukkan pengguna aplikasi untuk google chrome sebanyak 140 aktif, yang menginstal sebanyak 700 pengguna. Sedangkan mozilla mengguna aktif sebanyak 10 pengguna dan yang mengunduh atau menginstal sebanyak 500 pengguna.

"Kami masih terus memaksimalkan aplikasin ini, tingginya jumlah pengguna sempat membuat server lumpuh (down). Tetapi sekarang sudah kita coba naikkan lagi kemampuannya," kata Yuandri.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016