Sukabumi, 13/7 (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menyiapkan lahan seluas 1.815 hektare untuk pengembangan pertanian organik dengan produksi gabah kering giling diperkirakan mencapai tujuh ton per hektare.
"Pemerintah daerah saat ini tengah mengembangkan pertanian organik. Lahan yang disediakan mencapai 1.815 hektare yang tersebar di seluruh kecamatan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (DPTP) Kabupaten Sukabumi Sudrajat di Sukabumi, Jumat.
Menurut dia, kebijakan pengembangan produksi dan lahan pertanian organik ini terkait tingginya permintaan masyarakat terhadap produk yang tidak menggunakan bahan kimia.
Selain itu, kata dia, ternyata produk pertanian organik lebih menguntungkan dilihat dari beberapa sisi, seperti mengembalikan kesuburan tanah, produksinya tidak terlalu lama, serta menggunakan bahan organik mulai dari penyemaian hingga perawatan yang harganya lebih murah.
"Pertanian yang menggunakan sistem organik ternyata ongkos produksinya lebih murah meski panennya sedikit terlambat. Namun yang jelas hasilnya lebih besar dan berkualitas dari pada hasil pertanian menggunakan bahan kimia yang harganya di pasaran bisa sampai dua kali lipat," ujarnya.
Ia mengatakan, khusus untuk produksi gabah kering giling organik, setiap hektare bisa menghasilkan tujuh ton, padahal tanaman padi yang menggunakan bahan kimia pada produksinya maksimal hanya 6,6 ton.
Menurut dia, dengan mengembangkan tanaman pangan organik ini selain bisa mengembalikan kesuburan tanah, hasil produksinya lebih banyak dan harganya juga bersaing. Ini akan menguntungkan para petani.
"Pemerintah daerah terus mengembangkan progam tanaman pangan organik ini dengan menambah luas areal pertaniannya," kata Sudrajat.
Namun diakui masih ada kendala untuk mengembangkan progam ini, yakni mengubah kebiasaan petani dari menggunakan bahan kimia ke organik pada proses tanam.
"Karena itu kami terus berupaya menyosialisasikan kelebihan pertanian organik. Saat ini lahan pertanian di Kabupaten Sukabumi mencapai 64.077 hektare, masih relatif kecil dibanding luas lahan yang menggunakan pola tanam organik," katanya.
Aditya
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012
"Pemerintah daerah saat ini tengah mengembangkan pertanian organik. Lahan yang disediakan mencapai 1.815 hektare yang tersebar di seluruh kecamatan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (DPTP) Kabupaten Sukabumi Sudrajat di Sukabumi, Jumat.
Menurut dia, kebijakan pengembangan produksi dan lahan pertanian organik ini terkait tingginya permintaan masyarakat terhadap produk yang tidak menggunakan bahan kimia.
Selain itu, kata dia, ternyata produk pertanian organik lebih menguntungkan dilihat dari beberapa sisi, seperti mengembalikan kesuburan tanah, produksinya tidak terlalu lama, serta menggunakan bahan organik mulai dari penyemaian hingga perawatan yang harganya lebih murah.
"Pertanian yang menggunakan sistem organik ternyata ongkos produksinya lebih murah meski panennya sedikit terlambat. Namun yang jelas hasilnya lebih besar dan berkualitas dari pada hasil pertanian menggunakan bahan kimia yang harganya di pasaran bisa sampai dua kali lipat," ujarnya.
Ia mengatakan, khusus untuk produksi gabah kering giling organik, setiap hektare bisa menghasilkan tujuh ton, padahal tanaman padi yang menggunakan bahan kimia pada produksinya maksimal hanya 6,6 ton.
Menurut dia, dengan mengembangkan tanaman pangan organik ini selain bisa mengembalikan kesuburan tanah, hasil produksinya lebih banyak dan harganya juga bersaing. Ini akan menguntungkan para petani.
"Pemerintah daerah terus mengembangkan progam tanaman pangan organik ini dengan menambah luas areal pertaniannya," kata Sudrajat.
Namun diakui masih ada kendala untuk mengembangkan progam ini, yakni mengubah kebiasaan petani dari menggunakan bahan kimia ke organik pada proses tanam.
"Karena itu kami terus berupaya menyosialisasikan kelebihan pertanian organik. Saat ini lahan pertanian di Kabupaten Sukabumi mencapai 64.077 hektare, masih relatif kecil dibanding luas lahan yang menggunakan pola tanam organik," katanya.
Aditya
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012